Show simple item record

dc.contributor.advisorLaconi, Erika B.
dc.contributor.advisorAstuti, Dewi Apri
dc.contributor.advisorBahri, Sjamsul
dc.contributor.authorSusanto, Agus
dc.date.accessioned2014-11-03T02:39:23Z
dc.date.available2014-11-03T02:39:23Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/69981
dc.description.abstractAflatoksin dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada ternak dan manusia, sebab aflatoksin bersifat karsinogenik kelas I. Pengaruh aflatoksin antara lain penurunan nafsu makan, pertumbuhan, performen ternak dan penekanan sistem kekebalan tubuh. Glukomannan menunjukan kemampuan mengikat aflatoksin. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengekstraksi glukomannan dari umbi iles-iles (Amorphophallus oncophyllus) dan dilanjutkan pengujian fisika-kimiawi pada glukomannan yeast product (GYP) dan glukomannan dari proses ekstrak iles-iles (EI), 2) menguji kemampuan EI sebagai pengikat aflatoksin dan teori pengikatan kimianya 3) melakukan kajian performa, gambaran hematologi, berat organ visceral dan pengamatan makroskopik dan mikroskopik hati dan 4) menentukan dosis EI untuk digunakan sebagai pengikat aflatoksin. Metode pengujian fisika terdiri dari warna, tekstur, ukuran partikel dan gross energi. Pengujian kimia terdiri dari uji proksimat, glukosa, mannosa, NDF (Neutral Detergen Fiber), ADF (Acid Detergen Fiber), pH, Uji NIR (Near Infra Red) dan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Uji in vitro menggunakan cairan gastointestinal 3% dalam larutan ringer dan aflatoksin (Biopure®) dengan parameter yang diukur adalah persentase pengikatan aflatoksin. Uji in vivo menggunakan ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Pengamatan pada uji in vivo terdiri dari performa (berat badan akhir, konsumsi dan efisiensi pakan), hematologi, berat organ dalam (hati, jantung, limpa dan ginjal) dan pengamatan makroskopik dan mikroskopik hati. Hasil uji Fisika menunjukan bahwa tekstur dan gross energi GYP dan EI tidak berbeda nyata (p<0.05.). Hasil uji proksimat menujukan bahwa kadar air, abu, kadar protein kasar, lemak kasar dan serat kasar pada GYP berbeda nyata (p<0.05) dengan EI. Kadar air, lemak kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan karbohidrat dalam EI lebih tinggi daripada GYP tetapi kadar abu, protein kasar dan mannan dalam EI lebih rendah dibanding GYP. Kandungan glukomannan pada GYP dan EI dibuktikan berdasarkan pada uji kimiawi dan spectrofotometer-Fourier Transform Infra- Red (FTIR). Secara uji kimiawi GYP dan EI mengandung mannosa dan glukosa dengan perbandingan 1:1.2 dan 1:1.8 secara berturut-turut. Berdasarkan uji FTIR, GYP dan EI memiliki bilangan gelombang yang sama yang menunjukan adanya polisakarida (1000 – 700 Cm-1) and ikatan β-1, 4 glucosidic and β-1,4 mannosidic (1300 – 1000 Cm-1). Perbandingan spektrogram antara GYP dan EI menggunakan Near Infra Red Reflectance Spectroscopy (NIRS) menunjukan bahwa GYP dan EI memiliki spektrogram yang lebih mirip jika dibandingkan dengan spektrogram karbon aktif. Spektrogram dari FTIR, GYP dan EI memiliki gugus aktif yang sama yakni O ̶ H, C ̶ H2, C ̶ H, C ̶H3, C ̶ O ̶ C dan ≡C ̶ H, tetapi ada gugus fungsional yang hanya dimiliki GYP yakni C=O, sedangkan yang hanya dimiliki EI yakni gugus fungsional N ̶ H (bengkok). Interaksi GYP dan EI dengan aflatoksin menunjukan perubahan kimia antara sebelum dan sesudah direaksikan dengan aflatoksin, dengan indikasi dalam GYP berkurangnya bilangan gelombang untuk gugus fungsional C ̶ H (di luar bidang), sedangkan dalam EI tidak tampak N ̶H (regang) dan ditemukan gugus fungsional baru yaitu C≡C dan C=O. Bilangan gelombang yang diserap OH setelah berikatan dengan aflatoksin terjadi penurunan bilangan gelombang (frekuensi), hal ini menunjukan terjadinya ikatan hidrogen. Berdasarkan uji spektrogram dapat disimpulkan bahwa GYP dan EI mampu mengikat aflatoksin dengan ikatan hidrogen. Uji in vitro menggunakan aflatoksin, bahan pengikat (GYP dan EI), cairan gastro intestinum ayam broiler 3 % dalam larutan ringer. Berat binder adalah 41.05; 82.1; 123.15 dan 164.2 mg dan berat aflatoksin 0.1642 μg di setiap tabung. Hasil penelitian menunjukan persentase pengikatan aflatoksin meningkat sesuai dengan bertambahnya berat bahan pengikat baik GYP maupun EI. Persentase daya ikat aflatoksin GYP adalah 20.08; 21.31; 41.20; 46.34% dan EI adalah 4; 38.12; 40.16 dan 97.61% secara berturut turut. Persamaan regresi GYP adalah Yp = -6.92 + 12.03x, sedangkan untuk EI adalah Ye = -31.53 + 21.07x. Uji in vivo yang dilakukan pada ayam broiler berjumlah 63 ekor yang dibagi sama menjadi 9 kelompok perlakuan yakni: pemberian dengan pakan basal (kelompok 1), pemberian pakan yang terkontaminasi aflatoksin 50 μg/kg (kelompok 2) dan pemberian pakan yang terkontaminasi 2 mg/kg (Kelompok 3). Pemberian pakan yang terkontaminasi aflatoksin 50 μg/kg dan ditambah GYP 1 g/kg, EI 1 g/kg dan EI 2 g/kg secara berturut-turut pada kelompok 4, 5 dan 6. Pemberian pakan yang terkontaminasi aflatoksin 2 mg/kg dan ditambah GYP 1 g/kg, EI 1 g/kg dan EI 2 g/kg secara berturut-turut pada kelompok 7, 8 dan 9. Pengujian plasma darah meliputi penghitungan packed cell volume (PCV), Hemoglobin (Hb) dan Mean Corpusculer Hemoglobin Cell (MCHC), diffrensial sel darah putih dan glukosa sedangkan serum digunakan untuk pengujian kadar titer antibodi terhadap ND. Kandungan Hemoglobin, nilai MCHC dan kadar gula darah tidak berbeda nyata dari 9 kelompok perlakuan. Jumlah sel darah putih neutrofil, limfosit dan eosinofil dari 9 perlakuan tidak berbeda nyata (p<0,05). Titer antibodi terhadap ND paling tinggi ditemukan pada kelompok yang mendapatkan pakan yang tidak terkontaminasi aflatoksin dan paling rendah pada kelompok yang mendapat perlakuan pada pakannya ditambah aflatoksin 2 mg/kg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aflatoksin menyebabkan penurunan efisiensi pakan, penurunan nilai Packed Cell Volume dan titer antibodi terhadap New Castle Disease, perubahan warna hati dan mengalami peningkatan berat relatif organ hati. Pengujian histopatologi menunjukan aflatoksin menyebabkan organ hati pendarahan dan degenerasi lemak. Glucomannan Yeast Product dan ekstrak iles-iles mampu mengurangi pengaruh negatif dari aflatoksin. Dosis ekstrak iles-ilesI 1 g/kg pakan mampu melindungi ayam dari pengaruh negatif aflatoksin cemaran aflatoksin 50 μg/kg dan 2 mg/kg yaitu penurunan berat akhir ayam hidup, penurunan jumlah konsumsi pakan, penurunan efisiensi pakan, anemia, peningkatan berat organ hati, perubahan makroskopis dan mikroskopis dan penurunan titer antibodi terhadap New Catle Diseases pada cemaran aflatoxin 50 μg/kg, tetapi belum mampu meningkatkan titer antibodi terhadap New Castle Diseases pada cemaran aflatoksin konsentrasi 2 mg/kg.en
dc.language.isoid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleGlukomannan dari Iles-Iles (Amorphophalus oncophylus) sebagai Pengikat Aflatoksin pada Pakan Ayam Broileren
dc.subject.keywordaflatoksinen
dc.subject.keywordAmorphophallus oncophylusen
dc.subject.keywordekstraksien
dc.subject.keywordglukomannanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record