Show simple item record

dc.contributor.advisorMulatsih, Sri
dc.contributor.authorIrwanto, Eristya Puspitadewi
dc.date.accessioned2013-02-15T02:21:28Z
dc.date.available2013-02-15T02:21:28Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60851
dc.description.abstractPerkebunan selama ini memegang peranan yang penting sebagai sumber penerimaan devisa negara. Tahun 2010 devisa dari perkebunan mencapai US$ 20 miliar, yang berasal dari kelapa sawit US$ 15,5 miliar, karet US$ 7,8 miliar dan kopi US$ 1,7 miliar. Selain itu terdapat juga penerimaan negara dari bea keluar masuk minyak kelapa sawit sebesar Rp 20 triliun dan bea keluar kakao sebesar Rp 615 miliar. Peranan penting perkebunan yang lain adalah sebagai penyerap tenaga kerja, dari sekitar 114 juta tenaga kerja nasional pada tahun 2009, sebesar 19,7 juta orang (17,32 persen) diantaranya merupakan tenaga kerja pada sub sektor perkebunan. Atau jika dikalkulasi di sektor pertanian yang dapat menyerap 43,03 juta orang, perkebunan dapat menyerap 45,78 persen tenaga kerja (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Kakao merupakan salah satu komoditas andalan sektor perkebunan, yang peranannya penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang memiliki keunggulan komparatif yang menjadi modal utama yang harus ada pada suatu produk untuk memiliki kekuatan kompetitif. Permintaan ekspor kakao Indonesia oleh negara mitra dagang didominasi oleh biji kakao. Berdasarkan FAO 2009 (Food and Agriculture Organization of The United Nations), Indonesia merupakan produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Hal ini tentu saja membuat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan berbagai produk olahan kakao. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor komoditas kakao Indonesia ke kawasan Uni Eropa, dan (2) menganalisis daya saing perdagangan komoditas kakao Indonesia ke kawasan Uni Eropa. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data cross section sepuluh negara tujuan ekspor di kawasan Uni Eropa selama kurun waktu tahun 2002-2010. Sepuluh negara yang dimaksud adalah Belgia, Estonia, Prancis, Jerman, Italia, Lituania, Belanda, Polandia, Spanyol dan Inggris yang tergabung di dalam ICCO (International Cocoa Organization). Komoditas yang menjadi objek penelitian adalah kakao dengan kode Harmonized System 18. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan komoditas kakao Indonesia ke kawasan Uni Eropa adalah analisis data panel dengan menggunakan Gravity Model. Untuk menganalisis posisi daya saing komoditas kakao Indonesia di pasar Uni Eropa digunakan analisis Export Product Dynamic (EPD), sehingga dapat diketahui apakah komoditi tersebut merupakan produk dengan performa yang memiliki pertumbuhan yang cepat atau tidak. Sedangkan untuk menganalisis kondisi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing komoditas kakao Indonesia digunakan analisis Porter’s Diamond.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Komoditas Kakao Indonesia ke Kawasan Uni Eropaen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record