Show simple item record

dc.contributor.advisorHarmini
dc.contributor.authorMaulia, Syifa
dc.date.accessioned2013-02-13T04:20:08Z
dc.date.available2013-02-13T04:20:08Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60771
dc.description.abstractKentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang menjadi prioritas pengembangan oleh pemerintah. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki prospek dalam menunjang program diversifikasi pangan dan bahan baku industri. Pada perkembangannya, mulai tahun 2006 hingga 2011 produktivitas kentang di Indonesia menunjukkan tren menurun (Ditjenhorti 2012). Hal tersebut juga terjadi di Desa Cigedug yang menjadi salah satu daerah penghasil kentang di Kabupaten Garut. Desa Cigedug juga merupakan salah satu desa yang telah menjalin kemitraan dalam bentuk usaha pertanian kontrak (contract farming) dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM). Varietas yang digunakan dalam usaha pertanian kontrak adalah varietas Atlantic, sedangkan varietas Granola digunakan oleh petani yang tidak tergabung dalam usaha pertanian kontrak. Perbedaan harga yang ditawarkan pada kedua varietas dimana harga ratarata kentang varietas Granola relatif lebih rendah dibandingkan dengan kentang varietas Atlantic menjadi salah satu permasalahan usahatani kentang di Desa Cigedug. Selain itu, harga jual kentang varietas Granola cenderung berfluktuatif dikarenakan mengikuti harga pasar, sedangkan pada varietas Atlantic harga jual tetap sesuai dengan harga kontrak dengan PT IFM yang berlaku. Permasalahan lainnya adalah produktivitas kentang yang pernah dicapai Desa Cigedug hingga saat ini belum mencapai produktivitas potensialnya. Produktivitas aktual pada tahun 2011 sebesr 18 ton/ha (BP3K Cigedug 2012), padahal produktivitas potensial kentang yang dapat dicapai varietas Granola maupun Atlantic sebesar 30 ton/ha (Samadi 2007). Hal ini erat kaitannya dengan penggunaan faktor produksi yang mempengaruhi jumlah produksi dalam suatu kegiatan usahatani. Penggunaan faktor produksi perlu diperhatikan dalam kegiatan usahatani agar penggunaannya tidak berlebihan dan sesuai dengan kaidah standar operasional prosedur (SOP). Penggunaan faktor produksi yang berlebihan tentunya akan membuat petani mengeluarkan biaya yang besar pula, sedangkan kurangnya penggunaan faktor produksi diduga dapat menurunkan hasil.en
dc.publisherIPB ( Bogor Agricultural University )
dc.titleAnalisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kentang di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garuten


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record