Show simple item record

dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.authorRahmi, Septiannisa
dc.date.accessioned2012-10-30T03:55:12Z
dc.date.available2012-10-30T03:55:12Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58170
dc.description.abstractUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah UMKM, sedangkan 0,01 persen lainnya tergolong sebagai usaha besar. UMKM di Indonesia memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian. Berdasarkan jumlah unit usaha tahun 2010, proporsi sektor ekonomi UMKM didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 49,58 persen. Adapun kontribusi UMKM sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki proporsi terbesar yaitu senilai 27,7 persen pada tahun 2010. Hal tersebut menggambarkan bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik UMKM Indonesia. Namun, pada umumnya UMKM menghadapi masalah mendasar yaitu keterbatasan akses terhadap sumber pembiayaan. Adapun sumber pembiayaan yang dinilai sesuai dengan karakteristik UMKM adalah Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Koperasi Baytul Ikhtiar (KBI) merupakan salah satu LKM yang bergerak dalam pelayanan jasa simpan pinjam berbasis pembiayaan syariah dengan model pembiayaan Grameen Bank. Sebagai lembaga intermediasi keuangan mikro yang menjangkau masyarakat pedesaan, KBI harus mampu memberikan pelayanan pembiayaan secara berkelanjutan. Kondisi tersebut dapat dicapai apabila pendapatan margin pembiayaan KBI dapat menutupi biaya operasional koperasi. Berdasarkan data KBI tahun 2009-2011, total pembiayaan yang disalurkan meningkat dengan laju pertumbuhan 56,9 persen per tahun yang diiringi dengan peningkatan jumlah anggota sebesar 37,35 persen tiap tahunnya. Namun, terdapat indikasi bahwa modal sendiri KBI hanya memiliki proporsi rata-rata sekitar 20,02 persen dengan tingkat penurunan sebesar 4 persen per tahun. Selain itu, perkembangan proporsi pembiayaan pertanian KBI pada tahun 2009-2011 masih dibawah rata-rata, yaitu secara berturut-turut hanya mencapai 4,8 persen, 6,77 persen, dan 6 persen dengan laju pertumbuhan senilai 0,61 persen per tahun. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kinerja keuangan koperasi dari aspek likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas usaha KBI, (2) menganalisis keberlanjutan finansial KBI, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan agribisnis KBI. Penelitian ini dilakukan pada anggota KBI yang sedang memperoleh pembiayaan agribisnis dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Metode penarikan sample yang digunakan adalah proportioned simple random sampling dengan responden yang tersebar di tiga wilayah, yaitu Kecamatan Dramaga, Taman Sari, dan Rumpin. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari analisis rasio keuangan, viabilitas finansial, dan model regresi linier berganda. Berdasarkan prinsip pembiayaan 5C, terdapat tujuh faktor iii yang diduga berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan yang diterima anggota adalah lama keanggotan, aset anggota, omset usaha per tahun, pendapatan bersih per tahun, frekuensi pembiayaan, jumlah pengajuan pembiayaan, dan jenis usaha anggota. Dalam perhitungan analisis rasio keuangan, digunakan data sekunder berupa laporan keuangan (neraca) dan laba rugi KBI tahun 2009-2011. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa likuiditas dan solvabilitas koperasi berada pada kondisi yang menurun akibat proporsi modal luar koperasi yang semakin meningkat. Hal ini menujukkan beban hutang yang ditanggung KBI semakin berat. Dalam hal pencapaian laba, KBI dinilai belum optimal dalam menghasilkan sisa hasil usaha (SHU). Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rentabilitas yang cenderung bernilai negatif, sedangkan dalam hal aktivitas usaha, koperasi telah menunjukkan hasil pertumbuhan yang positif tetapi belum mencapai standar minimal yang dianjurkan. Hasil perhitungan viabilitas finansial menunjukkan bahwa KBI mencapai kondisi viable pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2009 dan 2011 koperasi berada pada kondisi tidak viable. Hal ini disebabkan oleh besarnya komponen biaya operasional KBI sehingga bernilai lebih besar daripada pendapatan atas margin pembiayaan KBI. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan anggota sektor agribisnis KBI adalah frekuensi pembiayaan dan jumlah pengajuan pembiayaan pada taraf nyata 10 persen serta omset usaha per tahun yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 20 persen. Walaupun demikian, ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah pembiayaan yang diterima anggota. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan KBI dapat meningkatkan proporsi modal sendiri agar dapat memperbaiki kondisi likuiditas dan solvabilitas koperasi. Dalam upaya pencapaian kondisi keberlanjutan finansial, KBI sebaiknya mengoptimalkan efisiensi tenaga pendamping lapang untuk meningkatkan jumlah anggota koperasi yang akan berdampak pada peningkatan total pembiayaan per tenaga kerja tanpa meningkatkan biaya operasional. Selain itu, KBI disarankan untuk lebih mempertimbangkan frekuensi pembiayaan, jumlah pembiayaan yang diajukan, dan omset usaha per tahun yang dimiliki anggota untuk menetapkan besarnya pembiayaan yang disalurkan kepada anggota.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Keberlanjutan Finansial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Agribisnis pada Koperasi Baytul Ikhtiar Bogoren


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record