Show simple item record

Effects of the Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) to Male Timor Deer (Rusa timorensis de Blainville 1822) Behaviour in Captive Breeding of Forest Research Dramaga, Bogor.

dc.contributor.advisorMasy’ud,Burhanuddin
dc.contributor.advisorTakandjandji,Mariana
dc.contributor.authorFebria, Rima
dc.date.accessioned2012-07-11T04:15:12Z
dc.date.available2012-07-11T04:15:12Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55699
dc.description.abstractThis study aims to determine the effect of giving the pasak bumi on behaviour (daily and sexual) and the level of feed intake male timor deer in captivity. The study was conducted in captive deer, Forest Research Dramaga Bogor, using a latin square design with four (4) treatment doses pasak bumi that is, R0 (0 mg), R1 (3000 mg), R2 (5000 mg) and R3 (7000 mg). The study using four male timor deers. Provision of pasak bumi is doing for four (4) each period for 10 consecutive days. To find out the behavioral effects of sexual libido, each paired with a treatment stag timor deer one female at the end of the pasak bumi administration (10 days). The results showed there is no significant difference (P>0.05) on the daily behavior and male sexual timor deer. During the study, the average length of deer rest time without giving pasak bumi (R0) was 4,13 ± 0,25 hours, while the deer are given examples of the pasak bumi (R1, R2 and R3) showed the same an average length of rest periods is 4,25 ± 0,5 hours. The same thing is shown in the average length of time in which the consumption of deer control (R0) showing a long feeding behaviour during 4,88 ± 0,25 hours, while for a given doses of R1, R2 and R3 indicate the length of time to eat the same behaviour is, 4,75 ± 0,25 hours. Although the results of statistical analysis is not showing the differences influence significantly (P>0.05), but the observation result showing that there are differences influence relatively for giving pasak bumi doses of male sexual behavior timor deer in captivity. Grins on the behavior (flehmen), grinning at the highest frequency shown in the 3000 mg dose (13,13 ± 9,76 times) and decreased at a dose of 5000 mg (10,55 ± 12,66 times) and 7000 mg (9,53 ± 12,73 times). Ranggah rubbing behavior (rutting), its frequency increases with increasing doses of the dose of 3000 mg as many as 23,60 ± 29,66 times), 5000 mg dose of as much as 28,80 ± 31,34 times and decreased at a dose of 7000 mg which is 22,80 ± 40,75 times. On approaching the behaviour of females, the frequency was increased with increasing dose of pasak bumi row 0 mg (R0) as much as 0 time, at a dose of 3000 mg (R1) is 15 ± 1,87 times, the dose of 5000 mg (R2) is 19 ± 2,75 times, and the dose of 7000 mg (R3) of 23 ± 2,87 times. Frequency behaviour of the female genitalia seen kissing the fluctuation increases then decreases at higher doses, is the treatment 1/dosis 0 mg (R0) 0 times, treatment 2 (3000 mg-R1) is 28 ± 13 times, the treatment 3/dosis 5000 mg (R2) is 24 ± 3 times, the treatment 4/dosis 7000 mg (R3) is 46 ± 5,75 times. On behavior mounting the frequency of females was increased with increasing dose of the pasak bumi row 0 mg (R0) as much as 0 time, at a dose of 3000 mg (R1) is 7 ± 3,87 times, the dose of 5000 mg (R2) is 31 ± 4,63 times, and the dose of 7000 mg (R3) of 37 ± 5,37 times. Judging from the average amount of feed intake, the results show that feed increases as increasing doses of the earth peg consecutive dose of 3000 mg of 5,38 ± 0,22 kg stag pasak bumi fed with 5000 mg which is 5,86 ± 0,84 kg and at doses of 7000 mg amount of feed intake more that 6,08 ± 1,18 kg.en
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian pasak bumi terhadap perilaku (harian dan seksual) dan tingkat konsumsi pakan rusa timor jantan di penangkaran. Penelitian dilakukan di penangkaran rusa, Hutan Penelitian Dramaga Bogor, menggunakan rancangan bujur sangkar latin (latin square design) dengan empat (4) perlakuan dosis pemberian pasak bumi yaitu, R0 (0 mg), R1 (3000 mg), R2 (5000 mg) dan R3 (7000 mg). Penelitian menggunakan empat ekor rusa timor jantan. Pemberian pasak bumi dilakukan selama empat (4) periode masing-masing selama 10 hari secara berturut-turut. Untuk mengetahui efek perilaku libido seksual, setiap rusa jantan perlakuan dipasangkan dengan satu ekor rusa timor betina pada akhir masa pemberian pasak bumi (hari ke-10). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap perilaku harian dan seksual rusa timor jantan. Selama penelitian, rata-rata lama waktu istirahat untuk rusa tanpa pemberian pasak bumi (R0) adalah 4,13 ± 0,25 jam, sedangkan rusa contoh yang diberi pasak bumi (R1, R2 dan R3) menunjukkan rata-rata lama waktu istirahat yang sama yakni 4,25 ± 0,5 jam. Hal yang sama juga ditunjukkan pada rata-rata lama waktu konsumsi dimana rusa kontrol (R0) menunjukkan lama waktu perilaku makan selama 4,88 ± 0,25 jam, sedangkan untuk yang diberi dosis R1, R2 dan R3 menunjukkan lama waktu perilaku makan yang sama yakni 4,75 ± 0,25 jam. Meskipun hasil analisis statistik tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05), namun hasil pengamatan menunjukan bahwa secara relatif ada perbedaan pengaruh pemberian dosis pasak bumi terhadap perilaku seksual rusa timor jantan di penangkaran. Pada perilaku nyengir (flehmen), frekuensi nyengir tertinggi ditunjukkan pada pemberian dosis 3000 mg (13,13 ± 9,76 kali) dan menurun pada dosis 5000 mg (10,55 ± 12,66 kali) dan 7000 mg (9,53 ± 12,73 kali). Perilaku menggosok-gosok ranggah (rutting), frekuensinya meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis yakni dosis 3000 mg sebanyak 23,60 ± 29,66 kali), dosis 5000 mg sebanyak 28,80 ± 31,34 kali dan menurun pada dosis 7000 mg yakni 22,80 ± 40,75 kali. Pada perilaku mendekati betina, frekuensinya ternyata meningkat sejalan dengan meningkatnya pemberian dosis pasak bumi yakni berturut-turut 0 mg (R0) sebanyak 0 kali, pada dosis 3000 mg (R1) yaitu 15 ± 1,87 kali, dosis 5000 mg (R2) yaitu 19 ± 2,75 kali, dan dosis 7000 mg (R3) sebanyak 23 ± 2,87 kali. Frekuensi perilaku mencium alat kelamin betina terlihat fluktuatif yakni meningkat kemudian menurun pada dosis tinggi, yakni pada perlakuan 1/dosis 0 mg (R0) 0 kali, perlakuan 2 (3000 mg -R1) yaitu 28 ± 13 kali, pada perlakuan 3/dosis 5000 mg (R2) yaitu 24 ± 3 kali, pada perlakuan 4/dosis 7000 mg (R3) yaitu 46 ± 5,75 kali. Pada perilaku menaiki betina frekuensinya ternyata meningkat sejalan dengan meningkatnya pemberian dosis pasak bumi yakni berturut-turut 0 mg (R0) sebanyak 0 kali, pada dosis 3000 mg (R1) yaitu 7 ± 3,87 kali, dosis 5000 mg (R2) yaitu 31 ± 4,63 kali, dan dosis 7000 mg (R3) sebanyak 37 ± 5,37 kali. Dilihat dari rataan jumlah konsumsi pakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pakan meningkat sejalan meningkatnya dosis pasak bumi yakni berturut-turut dosis 3000 mg sebesar 5,38 ± 0,22 kg rusa jantan yang diberi pasak bumi dengan 5000 mg yakni 5,86 ± 0,84 kg dan pada dosis 7000 mg jumlah konsumsi pakan lebih banyak yakni 6,08 ± 1,18 kg.
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectcaptive breedingen
dc.subjectthe sexual behavioren
dc.subjectpasak bumien
dc.subjectmale timor deeren
dc.titleEfek Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap Perilaku Rusa Timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) Jantan di Penangkaran, Hutan Penelitian Dramaga, Bogoren
dc.titleEffects of the Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) to Male Timor Deer (Rusa timorensis de Blainville 1822) Behaviour in Captive Breeding of Forest Research Dramaga, Bogor.


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record