Analisis Asam Lemak dan Pengamatan Jaringan Daging Fillet Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Akibat Penggorengan
Date
2011Author
Ningsih, Sherly Gustia
Jacoeb,Agoes M.
Poernomo,Djoko
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemanfaatan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) sebagai ikan konsumsi biasanya diolah dengan berbagai cara, salah satunya melalui proses penggorengan. Penggorengan adalah suatu proses pemanasan bahan pangan menggunakan medium minyak goreng sebagai penghantar panas. Pemanasan dapat menyebabkan perubahan fisik, komposisi kimia dan struktur jaringan daging ikan. Komposisi kimia yang sangat dipengaruhi oleh proses penggorengan adalah lemak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, proksimat (kadar air, abu, lemak dan protein kasar), kandungan asam lemak dan deskripsi struktur jaringan daging fillet ikan patin akibat penggorengan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011. Analisis yang dilakukan adalah analisis proksimat (AOAC 1995, AOAC 1999, AOAC 2005), analisis asam lemak menggunakan metode kromatografi gas dan pengamatan jaringan daging ikan patin dengan metode parafin menggunakan pewarna hematoksilin-eosin. Ikan patin memiliki panjang total rata-rata 35,55 cm, tinggi rata-rata 4,85 cm dan bobot rata-rata 397,13 gram. Rendemen daging patin sebesar 38,56%, kulit 14,43% dan jeroan 3,73%. Rendemen terbesar terdapat pada kepala dan tulang patin yaitu 43,28%. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa daging patin merupakan hasil perairan yang berprotein tinggi dan lemak rendah. Protein daging patin segar dan goreng adalah 15,07% dan 19,45%, sedangkan kadar lemaknya 0,36% dan 7,34%. Penggorengan menyebabkan penurunan kadar air sebesar 22,74% dan perubahan secara proporsional pada kadar abu, lemak dan protein. Analisis asam lemak menunjukkan bahwa daging patin mengandung asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty Acid/MUFA) dan asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA). Daging patin segar mengandung 30 jenis asam lemak yang terdiri atas 11 jenis SFA (tertinggi palmitat), 8 jenis MUFA (tertinggi oleat) dan 11 jenis PUFA (tertinggi linoleat), sedangkan daging patin goreng mengandung 24 jenis asam lemak, terdiri atas 12 jenis SFA, 4 jenis MUFA dan 8 jenis PUFA. Penggorengan menyebabkan peningkatan relatif asam lemak pada daging patin sebesar 29,35%. Pengamatan jaringan menunjukkan bahwa struktur jaringan daging patin segar terdiri atas serabut-serabut yang tidak kompak, terputus-putus dan terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sedangkan jaringan daging patin goreng lebih kompak dan menyatu. Pemanasan yang terjadi saat penggorengan menyebabkan air dalam daging patin merembes keluar, sehingga struktur jaringan menjadi lebih lengkap.