Show simple item record

dc.contributor.advisorRachmina, Dwi
dc.contributor.authorSarwanto
dc.date.accessioned2012-03-02T03:26:45Z
dc.date.available2012-03-02T03:26:45Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53599
dc.description.abstractPeranan langsung subsektor peternakan yang penting salah satunya yaitu penyedia pangan sumber protein hewani. Unggas merupakan salah satu komoditas subsektor peternakan yang menjadi pendorong utama penyediaan protein hewani nasional dari subsektor peternakan. Produksi daging unggas nasional merupakan produksi daging terbesar dibandingkan dengan daging non unggas. Salah satu unggas yang potensial untuk diusahakan adalah itik pedaging. Semakin banyak tempat makan yang menyediakan menu itik dapat menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap daging itik sehingga terdapat peluang untuk mengusahakan itik pedaging yang diantaranya usaha pada tahap pembesaran. Peternakan Maju Bersama merupakan salah satu perusahaan pembesaran itik pedaging yang didirikan atas dasar adanya informasi mengenai permintaan daging itik yang tinggi. Untuk memastikan bahwa Peternakan Maju Bersama telah memenuhi berbagai aspek kelayakan usaha, perlu dilakukan studi kelayakan usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis kelayakan usaha pembesaran itik pedaging pada Peternakan Maju Bersama berdasarkan aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomibudaya, dan lingkungan; 2) menganalisis kelayakan usaha pembesaran itik pedaging pada Peternakan Maju Bersama berdasarkan aspek finansial; 3) menganalisis sensitivitas usaha pembesaran itik pedaging pada Peternakan Maju Bersama jika terjadi peningkatan harga pakan broiler, peningkatan harga bibit, penurunan harga karkas, dan penurunan volume produksi. Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pengumpulan data dilaksanakan pada Juni 2011 sampai Juli 2011. Jenis dan sumber data yang digunakan berupa data primer dan sekunder yang dibutuhkan untuk analisis aspek non finansial dan finansial. Analisis dilakukan secara kualitatif pada aspek non finansial dan kuantitatif pada aspek finansial dengan bantuan program komputer Microsoft excel 2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pada aspek pasar, Peternakan Maju Bersama masih memiliki peluang pasar. Perusahaan juga telah melakukan bauran dan strategi pemasaran sehingga dapat mendukung proses pemasaran itik pedaging. Pada aspek teknis, pemilihan lokasi usaha telah tepat, teknologi dan peralatan dapat digunakan dengan baik, layout mendukung kelancaran produksi, dan proses produksi telah dipelajari dengan baik melalui produksi percobaan. Pada aspek manajemen, sudah terdapat garis koordinasi yang jelas dalam pengelolaan usaha. Pada aspek hukum, perusahaan telah memiliki surat keterangan domisili usaha dari kelurahan dan izin lingkungan dari RT dan RW setempat. Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dampak positif yang ditimbulkan diantaranya menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menambah aktivitas ekonomi pada hulu dan hilir agribisnis. Pada aspek lingkungan, iii perusahaan dapat menangani masalah limbah dan bau, menghasilkan pupuk kandang, dan mengurangi sampah dari limbah sayuran di pasar. Dengan demikian, berdasarkan aspek non finansial usaha pembesaran itik pedaging pada Peternakan Maju Bersama layak untuk dijalankan. Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial. Kriteria yang digunakan dalam analisis finansial pada Peternakan Maju Bersama yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tingkat bunga Bank Indonesia sebesar 6,00 persen dan umur bisnis selama enam tahun. Hasil penelitian aspek finansial pada Peternakan Maju Bersama menunjukan bahwa usaha telah layak untuk dijalankan. Besarnya NPV yang diperoleh yaitu Rp 125.300.857,53; IRR sebesar 64,44 persen, Net B/C sebesar 3,11; dan PP selama 2,36 tahun. Selain melakukan analisisi terhadap kriteria kelayakan investasi, juga dilakukan analisis Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Even Point (BEP). Perhitungan HPP dilakukan untuk melihat biaya yang digunakan dalam memproduksi satu ekor karkas itik ukuran satu kilogram. Nilai HPP pada Peternakan Maju Bersama yaitu Rp 24.998,42 per ekor. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan harga karkas yang ditetapkan yaitu Rp 30.000,00 per ekor sehingga terdapat marjin keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp 5.001,58 per ekor. Jumlah BEP unit yaitu 19.502 ekor karkas. Jumlah tersebut masih lebih rendah daripada total karkas yang dihasilkan sebesar 36.000 ekor. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan laba apabila berhasil menjual seluruh karkas yang dihasilkan selama umur bisnis. Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk melihat tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha jika terjadi peningkatan harga pakan broiler, peningkatan harga bibit, penurunan harga karkas, dan penurunan volume produksi. Hasil analisis menunjukan bahwa usaha sensitif terhadap penurunan harga karkas dan volume produksi namun tidak sensitif terhadap peningkatan harga pakan broiler dan bibit. Hal itu dikarenakan nilai pengganti dari penurunan harga karkas dan volume produksi relatif rendah yaitu 18,14 persen dan 18,33 persen sedangkan nilai pengganti dari peningkatan harga pakan broiler dan bibit relatif tinggi yaitu sebesar 75,00 persen dan 88,09 persen. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Peternakan Maju Bersama layak untuk dijalankan dari aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan. Peternakan Maju Bersama juga layak dari aspek finansial. Peternakan Maju Bersama sensitif terhadap penurunan harga karkas dan penurunan volume produksi namun tidak sensitif terhadap peningkatan harga pakan dan peningkatan harga bibit. Saran dari penelitian ini yaitu pengelola perlu melakukan penjajakan pasar dari produk (karkas) sebelum waktu panen supaya seluruh produk yang dihasilkan dapat terjual. Pengelola juga perlu melakukan magang pada peternakan itik pedaging yang lebih maju untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan budidaya itik pedaging. Selain itu, pemilik dapat melakukan perluasan skala usaha karena permintaan itik pedaging pada saat ini relatif tinggi. Untuk mengurangi persaingan, meningkatkan daya tawar, dan menambah informasi mengenai bisnis itik pedaging, pemilik bersama peternak yang lain dapat membentuk perkumpulan peternak itik pedaging.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleKelayakan Usaha Pembesaran Itik Pedaging (Studi Kasus pada Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record