Show simple item record

dc.contributor.advisorFirdaus,Muhammad
dc.contributor.authorArifin, Jatnika
dc.date.accessioned2012-03-01T02:19:03Z
dc.date.available2012-03-01T02:19:03Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53546
dc.description.abstractPembangunan Perdesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di Perdesaan. Dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan sektor agribisnis Perdesaan, petani dihadapkan dengan kondisi yang serba lemah (modal, skill, pengetahuan dan penguasaan lahan) dapat ditempuh melalui penerapan sistem pengembangan (system of development) agribisnis. Pengembangan agribisnis di Perdesaan merupakan pilihan tepat dan strategis untuk dapat menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Perdesaan. Pengembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang masih berhadapan dengan banyak kendala. Diantaranya, pertama sebagian besar kepemilikan lahan pertanian yang selama ini digunakan untuk bercocok tanam oleh masyarakat desa berstatus lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah. Lahan pertanian sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi bangunan markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) dan tanah-tanah yang ada dikuasai perusahaan-perusahaan dan pengembang. Kedua belum tampak secara riil usaha pemerintah untuk mengembangkan industri pertanian secara sungguh-sungguh di kedua desa. Sehingga iklim usaha kurang dapat merangsang investor untuk mengembangkan bidang agribisnis di kedua desa. Ketiga, kurangnya sarana pendidikan di Perdesaan menyebabkan rendahnya kualitas SDM di Desa Tangkil dan Hambalang. Selain itu kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan masih dirasa kurang. Oleh karena itu kedua desa harus dapat mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan Perdesaan baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang dirumuskan dalam strategi pengembangan agribisnis Perdesaan. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analisis formulasi strategi. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kerangka mata pencaharian berkelanjutan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL) dengan alat bantu analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan matriks EFE untuk analisis lingkungan Perdesaan, matriks SWOT untuk merumuskan strategi dan matriks QSP untuk memilih alternatif strategi berdasarkan prioritas. Faktor-faktor lingkungan internal Perdesaan terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki oleh Desa Tangkil dan Hambalang antara lain: (1) Mata pencaharian utama sebagai petani, (2) Minat dan semangat berwirausaha, (3) Situasi desa yang relatif aman dan kondusif, (4) Kemudahan memperoleh air bersih dan (5) Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani. Kelemahan yang dimiliki oleh Desa Tangkil dan Hambalang antara lain: (1) Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri, (2) Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa, (3) Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha, (4) Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak, (5) Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis dan (6) Skala usaha yang relatif kecil. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dihadapi Perdesaan terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi oleh Desa Tangkil dan Hambalang adalah: (1) Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, (2) Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya, (3) Adanya industri pengolahan hasil pertanian, (4) Adanya bantuan bibit dari pemerintah dan (5) Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan. Ancaman yang dihadapi oleh Desa Tangkil dan Hambalang adalah: (1) Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan, (2) Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat, (3) Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa, (4) Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan (5) Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif. Matriks SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan menghasilkan enam alternatif strategi yang kemudian dianalisis menggunakan matriks QSP, lalu diperoleh prioritas strategi yaitu Penanaman Sayuran Dalam Pot (Tambulapot) dengan nilai TAS sebesar 5,296. Dari hasil analisis tersebut strategi pengembangan agribisnis pedesaan dan pemberdayaan ekonomi perdesaan diharapakan dapat memberdayakan masyarakat miskin dan masyarakat ekonomi lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraannya dan memajukan perekonomian desa.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleStrategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record