Tinjauan Resistensi Streptococcus agalactiae Penyebab Mastitis Subklinis di Peternakan Sapi Perah Kunak Bogor Terhadap Beberapa Antibotik (Studi Kasus)
Review of Resistance of Streptococcus agalactiae as A Cause Agent of Subclinical Mastitis to Several Antibiotic in Dairy Farm Kunak Bogor (Case Study).
Date
2011Author
Virgihani, Krisnia
Sudarwanto, Mirnawati B
Pisestyani, Herwin
Metadata
Show full item recordAbstract
Subclinical mastitis is an inflamation of the mamary gland which cause of decrease milk production. Streptococcus agalactiae is one of pathogenic microorganism agent of subclinical mastitis in dairy farm. This study showed that the percentage of Streptococcus agalactiae infection were 9.79% in dairy farm at KUNAK Bogor and the resistance of those Streptococcus agalactiae to severe antibiotic. In this case showed that Eritromycin were effective as antibiotic to Streptococcus agalactiae. The broad spectrum antibiotic made the therapy uneffetive to some antibiotic. Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang mengandung gizi tinggi yang dibutuhkan oleh anak sapi dan manusia. Susu dapat mengandung mikroorganisme yang berasal dari lingkungan maupun tubuh sapi. Peradangan pada ambing atau mastitis menyebabkan susu yang dihasilkan oleh sapi mengandung berbagai macam mikroba. Streptococcus agalactiae merupakan bakteri yang diwaspadai sebagai penyebab mastitis subklinis. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit tonsilitis dan meningitis pada manusia yang mengkonsumsi susu tercemar tanpa penanganan yang baik. Streptococcus agalactiae diketahui telah resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Resistensi bakteri Streptococcus agalactiae terhadap beberapa antibiotik menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif dan masa pengobatan menjadi lebih panjang serta tidak produktifnya ternak sapi perah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase sapi penderita mastitis subklinis yang disebabkan oleh Streptococcus agalactiae dan resistensi bakteri ini terhadap antibiotik yang sering digunakan untuk pengobatan mastitis subklinis. Metode dalam penelitian ini meliputi pengambilan sampel susu di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Cibungbulang, Bogor sebanyak 205 sampel kuartir dari 54 ekor sapi. Pengambilan sampel susu dilakukan secara aseptis. Pengujian sampel susu dilakukan di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet IPB, Bogor. Sampel susu diuji mastitis subklinis menggunakan metode Breed dan pereaksi IPB-1. Sampel positif mastitis subklinis dikultur dalam agar darah untuk diperiksa koloni yang tumbuh. Koloni yang diduga Streptococcus agalactiae di uji kembali dengan uji CAMP. Koloni positif pada uji CAMP diuji antibiogram menggunakan beberapa cakram antibiotik yang berbeda. Berdasarkan hasil uji antibiogram, Streptococcus agalactiae telah mengalami resistensi terhadap antibiotik Penisilin, Ampisilin, Tetrasiklin, Eritromisin, Gentamisin, Kanamisin, Siprofloksasin dan Enrofloksasin. Dalam penelitian ini, Eritromisin masih memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus agalactiae.