Show simple item record

dc.contributor.authorNurcahyo, Rais Andang
dc.date.accessioned2011-08-11T03:03:46Z
dc.date.available2011-08-11T03:03:46Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49734
dc.description.abstractKayu merupakan suatu bahan (rawmaterial) yang berasal dari proses metabolisme organisme hidup yaitu pohon. Dalam kehidupannya, pohon dipengaruhi oleh faktor yang sangat kompleks, sehingga sifat-sifat dasar kayu menjadi sangat bervariasi. Variasi sifat dasar kayu tidak hanya terjadi antar jenis, tetapi dapat terjadi dalam jenis yang sama, bahkan variasi sifat dasar kayu dapat terjadi dalam satu batang. Disamping itu akibat faktor lingkungan yang sangat kompleks, batang pohon dapat tumbuh secara normal, tetapi tidak jarang batang pohon mengalami pertumbuhan yang abnormal. Salah satu bentuk abnormalitas batang pohon adalah adanya kayu reaksi (rection wood), yang pada jenis kayu dari subdivisio angiospermae dikotiledon disebut kayu tarik (tension wood). Besarnya pohon kayu tarik dan penyebarannya begitu luas terutama pada jenis-jenis pohon yang cepat tumbuh, sehingga kayu tarik dianggap suatu cacat yang serius. Bahkan berdasarkan penelitian Kartal dan Lebow (2000), dalam suatu tegakan pasti terdapat kayu reaksi yang mempunyai sifat berbeda dari kayu yang tumbuhnya normal. Di bawah kondisi-kondisi lingkungan yang kurang baik, tanaman perkebunan dan kehutanan dapat berisi sebanyak 40% kayu reaksi. Bahkan di dalam suatu tegakan yang dipelihara dengan baik sekalipun, tidak akan ada pohon yang bebas dari kayu reaksi. Selama ini orang meneliti sifat dasar kayu dari kayu yang normal, dan sedikit sekali yang meneliti kayu abnormal seperti kayu reaksi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap kayu reaksi untuk mengetahui perubahan struktur anatomi dan sifat fisiknya dari kayu yang normal. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pengukuran diameter dan sudut kemiringan pohon pada tegakan sengon di samping Rektorat IPB pada bulan Oktober 2005. Penelitian tahap kedua, yaitu penelitian terhadap sifat anatomi dan sifat fisik kayu tarik sengon di Laboratorium Kayu Solid Fakultas Kehutanan IPB dari bulan April sampai Juni 2006. Hasil yang didapatkan dalam perhitungan plot contoh diketahui bahwa sebagian besar pohon yang ada dalam plot contoh merupakan kayu yang mengalami cacat kayu tarik. Hasil pengamatan sifat makroskopik diketahui bahwa semakin besar sudut kemiringan pohon, maka akan semakin besar pula kandungan kayu tariknya. Pada kayu yang mengalami cacat kayu tarik diketahui pula bahwa empulurnya mengalami pergeseran. Empulur pada kayu tarik tidak berada di tengah batang lagi, akan tetapi bergeser ke sisi bawah batang. Tekstur kayu sengon adalah agak halus sampai kasar. Kayu tarik memiliki banyak kelemahan, salah satunya adalah timbulnya permukaan yang berserabut pada kayu setelah digergaji. Hasil pengamatan pada sifat mikroskopik diketahui bahwa terjadi perubahan ukuran diameter tangensial pori yang nyata dari kayu normal ke kayu tension. Pori kayu tarik lebih kecil dari pori kayu normal. Jumlah pori per mm2 juga tetjadi pengurangan, tetapi pengurangan ini sifatnya tidak berbeda nyata. Tinggi jari-jari tidak tetjadi perubahan ukuran yang nyata, tetapi pada diameter jari-jari terdapat perubahan ukuran yang nyata. Ukuran diameter jari-jari semakin besar pada kayu yang mengalami cacat kayu tarik. Hasil pengukuran panjang serat diketahui adanya pemendekan panjang serat yang nyata pada kayu yang mengalarni cacat kayu tarik. Diameter serat juga terjadi perubahan ukuran yang nyata, dimana diameter serat dari kayu tarik lebih besar daripada diameter serat dari kayu normal. Diameter lumen juga mengalami perubahan dengan semakin kecil ukuran diameter lumen pada kayu tarik. Tebal dinding sel mengalami perubahan dengan semakin besar tebal dinding sel pada kayu tarik. Menurut Tsoumis (1976), secara mikroskopis kayu tarik berbeda dari kayu normal terutama di dalam struktur serabutnya. Pada kayu tarik, dinding sel-sel serabut sangat tebal, kadang-kadang hampir memenuhi seluruh lumen selnya atau memperkecil lumennya sampai hanya berupa celah. Kayu tarik mempunyai kadar serabut yang lebih besar daripada kayu normal, dan sel pembuluh lebih kecil daripada kayu normal serta jumlahnya diredusir. Pada penampang melintang kayu juga dapat dilihat perubahan bentuk sel dari yang semula bulat pada kayu normal menjadi berbentuk tidak beraturan pada kayu tarik. Sifat fisik diperoleh hasil bahwa tetjadi kenaikan berat jenis pada kayu yang mengalami tarik dibandingkan dengan kayu normal. Menurut (Tsoumis, 1976), ini dapat diterangkan berdasarkan dinding sel serabut gelatinnya yang tebal. Kerapatan kayu tension juga mengalami kenaikan dibandingkan kayu normal. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), ini dikarenakan kandungan selulosa kayu tarik lebih tinggi dari kayu normal. Pada kayu tarik juga tetjadi penyusutan longitudinal yang lebih besar dibandingkan dengan kayu normal. Menurut (Tsoumis, 1976), berdasarkan tekstur lapisan gelatin yang berbentuk sarang lebah, diperkirakan bahwa tingginya penyusutan dan pengembangan longitudinal ini merupakan akibat dari bahan-bahan antar lamelanya yang bersifat isotropis.en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleStruktur Anatomi Dan Sifat Fisik Kayu Tarik Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)en


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record