Model Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota Bandung)
Date
2007Author
Saraswati, Endang
Alikodra, Hadi S.
Damanhuri, Enri
Hardjomidjojo, Hartisari
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengelolaan sampah Kota Bandung mempunyai masalah utama berupa keterbatasan dalam kapasitas pelayanan, yaitu hanya sekitar 60% dari sampah kota. Hal ini hanya bisa ditanggulangi melalui reduksi sampah oleh masyarakat. Oleh karena itu partisipasi masyarakat menjadi basis pengelolaan sampah. Tujuan penelitian adalah membuat model pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah kota yang berbasis partisipasi masyarakat. Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sampah kota adalah masyarakat penghasil sampah, pengelola sampah, pemanfaat sampah, pemerhati masalah sampah, dan pemerintah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik, organizational capacity assessment tool (OCAT) dan analisis prospektif. Responden yang terlibat meliputi 520 orang kepala rumah tangga, 26 orang Ketua RT, 26 orang Ketua RW, 26 orang Lurah, 26 orang Camat, 100 orang pemulung, 20 orang lapak, 4 orang pengusaha daur ulang, 3 orang pengusaha kompos, dan 4 lembaga swadaya masyarakat. Analisis statistik menghasilkan tujuh faktor dari rumah tangga yang berpengaruh nyata terhadap pengelolaan persampahan. Ketujuh faktor tersebut adalah (1) jumlah sampah (2) yang menangani sampah di rumah sebelum dibuang, (3) pengetahuan tentang 3R (reduce, reuse, recycle), (4) pemilahan, (5) pelaksanaan reduce, (6) pelaksanaan reuse dan (7) kesediaan melakukan recycle (daur ulang). Ibu rumah tangga merupakan pihak yang paling berperan dalam pengelolaan sampah di rumah sebelum dibuang. Masyarakat pengelola sampah adalah RT (rukun tetangga) dan RW (rukun warga) yang merupakan community based organization. Masyarakat pemanfaat sampah meliputi pemulung, lapak (bandar), perusahaan pembuatan kompos dan produk daur ulang. Analisis terhadap kapasitas organisasi pengelola persampahan kota, menunjukkan lembaga tersebut masih dalam taraf pengembangan (expanding). Aspek terlemah dalam kapasitas organisasi adalah aspek pelayanan. Faktor kunci dalam pengembangan kelembagaan pada pengelolaan persampahan kota berbasis partisipasi masyarakat adalah sosialisasi 3R, pemahaman 3R, peran ibu rumah tangga, kegiatan usaha kompos, pemasaran kompos, kegiatan usaha daur ulang, pemasaran produk daur ulang. Skenario yang terpilih dalam model pengembangan kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat adalah skenario Agak Optimis. Strategi untuk pencapaian skenario tersebut adalah dengan sosialisasi untuk pemahaman 3R. Sasaran utama sosialisasi adalah ibu rumah tangga. Model kelembagaan pengelolaan persampahan berbasis partisipasi masyarakat adalah rangkaian kegiatan pengelolaan sampah yang sinergis antara masyarakat penghasil, pengelola, pemanfaat sampah dan masyarakat pemerhati lingkungan serta pemerintah dalam aspek sosialisasi 3R dan pemasaran kompos dan produk daur ulang. Hasil simulasi reduksi jumlah sampah sebesar 40% dicapai dalam 20 tahun yang terbagi dalam 3 tahapan yaitu jangka pendek, menengah dan panjang. Hal tersebut dapat dicapai bila sosialisasi 3R (reduce, reuse dan recycle ) dilakukan serentak di 26 kecamatan.