| dc.description.abstract | Potensi perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia dimana secara keseluruhan mencapai 65 juta ton, yang terdiri dari 7,3 juta ton pada sektor perikanan tangkap dan 57,7 juta ton pada sektor perikanan budidaya. Namun baru 9% atau sekitar 6 juta ton yang sudah dimanfaatkan. Menurut Setyorini (2006) diantara potensi tersebut rumput laut memiliki perkembangan volume produksi yang tertinggi dan meningkat dari tahun ke-tahun jika dibandingkan dengan ikan, crustacea, molusca, dan produk perairan lainnya. Namun, tingginya produksi NmpUt laut ini belum diimbangi dengan usaha pengembangan industri pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah rumput laut tersebut, sehingga biasanya rumput laut dijual dalam bentuk bahan mentah (raw materiaf). Sehingga terjadi fenomena meskipun produksi rumput laut tertinggi di Indonesia namun dari segi penerimaan rumput laut memiliki nilai terendah jika dibandingkan dengan crustacea, ikan, dan molusca. Hal ini sangat disayangkan jika mengingat bahwa rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan karbohidrat (gula, vegetable gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin seperti vitamin A, BI, Bz, B6, BIZ, dan C; betakaroten; serta mineral, seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi dan iodium. Kandungan Gracilaria verucosa terdiri dari asam amino esensial yang lengkap dan jumlahnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan provisional pattern asam amino yang ditetapkan oleh FA0 atau WHO. | id |
