Show simple item record

dc.contributor.authorHarsanto, Prasetyo
dc.date.accessioned2010-05-17T08:43:43Z
dc.date.available2010-05-17T08:43:43Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22550
dc.description.abstractPerubahan mendasar perekonomian global dicirikan dengan dicapainya kesepakatan liberalisasi perdagangan intemasional dan investasi. Untuk itu visi pembangunan pertanian Indonesia pada abad 21 adalah mewujudkan pertanian yang tangguh, modem dan efesien. Salah satu subsektor petanian yang dominan adalah subsektor perkebunan dengan komoditas yang penting adalah karet alamo Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia di akhir ekade 90-an, dibutuhkan devisa yang cukup guna membiayai pembangunan nasional. Dengan semakin merosotnya penerimaan devisa dari sektor mig as, mendorong pemerintah guna meningkatkan ekspor non migas, khususnya karet olahan (SIR 20). Berdasarkan proyeksi Bank Dunia, diperkirakan sampai tahun 2020, laju pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dari laju pertumbuhan produksinya (Tabel 1). Hal tersebut memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara produsen terbesar karet alam dunia. Untuk itu Indonesia harns mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Guna menghasilkan produk yang berkualitas tersebut harus disertai dengan peningkatan kinerja usaha perusahaan. Sehingga analisa keuangan yang didapat dari intepretasi laporan keuangan perusahaan, merupakan instrument yang penting guna menilai kinerja perusahaan. Sehingga menarik dikaji bagaimana laporan keuangan sangat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Tujuan penelitian adalah menganalisis kondisi keuangan perusahaan dan mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menggunakan analisis Du Pont, RADAR, dan Economic Value Added (EVA). Yang mana penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaan guna menghasilkan dan menetapkan keputusan strategi bisnis guna meningkatkim kinerjanya. Penelitian ini merupakan studi kasus, yang lokasi penelitiannya dipilih secara sengaja (pUlposive). Di pilih secara sengaja karena Propinsi Jambi merupakan sentra produksi karet alam terbesar di Indonesia dan PT Angkasa Raya merupakansatu dari lima pabrik karet olahan terbesar di Jambi. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Hasil perhitungan Du Pont dan RADAR 1990-1997, dianalisis dengan menggunakan analisis trend dengan tahun dasar 1990 dan common size analysis, guna melihat kecenderungan dan peran dari masing-masing account yang terdapat pada laporan keuangan. Untuk menghitung tingkat resiko usaha menggunakan pendekatan beta akuntansi dan biaya modal dihitung secara rata-rata tertimbang (WACC). Return On Equity PT Angkasa Raya dari tahun 1990-1997 sebesar -0,46%; 0,612%; 0,53%; 0,4%, 2,8%; 10,9%; dan 57,08% (Tabel 3). Pada tahun 1990 ROE negatif dikarenakan perusahaan menderita kerugian dan secara keseluruhan memiliki trend yang meningkat. ROI, GPMR, OMR, NPMR dan RONW PT Angkasa Raya periode 1990-1997 masing-masing memiliki rata-rata sebesar 11,83%; 5,67%; 3,44%; 0,37%; dan 10,37%. SSASE perusahaan memiliki trend yang menurun dengan ratarata sebesar 334,6 (Tabel Lampiran 5). OMR dan GPMR memiliki trend yang menurun, tetapi secara keseluruhan profitabilitas perusahaan memiliki trend yang meningkat (Tabel Lampiran 6). SPE PT Angkasa Raya pada tahun 1996-1997 mengalami penurunan dan EPL pada tahun 1993 mengalami peningkatan pesat. NA VB dan WDR memiliki trend yang meningkat dan hal tersebut menunjukkan produktivitas perusahaan cukup baik. ITOR, TATOR, ARTOR, dan FATOR selama periode 1990-1997 memiliki trend yang meningkat dengan rata-rata sebesar 5,96; 4,49; 142,7;60,7 WCTOR perusahaan mengalami fluktuasi, sehingga secara keseluruhan pemanfaatan aktiva perusahaan cukup baik. Rasio lancar dan cepat perusahaan masih dibawah standar industri umumnya, namun demikian memiliki trend yang meningkat. ICR perusahaan memiliki trend yang menurun dan relatif stabil dan DTE memiliki trend yang menurun. Buffer ratio masih dibawah satu, sehingga perJu ditingkatkan lagi. Secara keseluruhan stabilitas perusahaan memiliki kinerja yang baik. Sampai tahun 1995, PT Angkasa selalu mengalami pertumbuhan penjualan dan NA VSG yang meningkat. Namun LSI masih dibawah satu. NWIR dan NPIR selama tahun 1990-1997 memiliki rata-rata sebesar 1,22 dan 3,94 (Tabel Lampiran 5). Secara keseluruhan potensi pertumbuhan perusahaan memiliki prospek yang cukup baik. PT Angkasa Raya selama tahun 1993-1997 memiliki nilai EVA yang positif, berarti terdapat nilai tambah dalam perusahaan. Sebagian besar sumber modal berasal dari hutang (70%-91,3%), hal tersebut menunjukkan resiko usaha perusahaan tinggi. Namun demikian biaya modallebih besar dari biaya hutangnya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleEvaluasi Kinerja Perusahaan Melalui Analisis Rasio dan Economic Value Added (EVA)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record