`Evaluasi Taman Bermain pada Taman Kanak-kanak (Studi Kasus Kota Bogor)
Abstract
Anak-anak adalah calon pemimpin akan datang. Dntuk itu, pendidikan sejak dini yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), akan sangat baik dalam menunjang bentuk perilaku dan perkembangan berpikir mereka kelak sebagai landasan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Taman bermain suatu ruang-luar TK merupakan tempat yang baik untuk pendidikan selain di dalam kelas. Pelaksanaan bennain di luar kelas dapat merangsang daya anak untuk berekspresi, bereksplorasi, berirnajinasi dan berinisiatif (Tagor, 1994). Namun sampai saat ini belum pernah (ii1akukan evaluasi keadaan tempat bermain pada berbagai sekolah atau ruang pendidikan yang dapat mendukung peningkatan pengetahuan dan pendidikan pemakainya tennasuk juga pada areal bermain TK. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi taman bennain-luar ruang pada Taman Kanak-Kanak yang berada di Kota Bogor terutama keadaan penataan ruang dan sarana bermainnya. Metode penelitian menggunakan metode penentuan contoh dengan pengambilan sampel acak sebanyak 20% dari jumlab total TK yang ada di Kota Bogor yaitu berjumlah 20 TK. Data ditabulasi dan seJanjutnya dianalisis seara deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif. Data-data yang dikumpulkan yaitu: (1) pengguna dan perilaku anak di ruang bennain, (2) ruang bermain, dan (3) sarana bennain. Hampir keseluruhan pengguna ruang bermain luar adalah murid TK setempat dengan berbagai rnacam bentuk perilaku bennain seperti menggunakan semua sarana bermain yang ada, sarna sekali tidlik menggunakan sarana bermain, mendominasi sebuah sarana bennain, terus menerus menggunakan sarana bennain tertentu dan bermain diternani pengasuhnya. Sekitar 60% TK memiliki ruang bennain !uar yang tidak terpisah dan 40% sisanya terpisah menjadi beberapa bagian mengikuti letak bangunan atau jalur sirkulasi/vegetasi. r~ dengan ruang bermain tidak terpisah memiliki aksesibilitas yang tergolong jelas, mudah dan mengundang, namun pada TK yang ruang bermainnya terpisah tidak semua aksesibilitasnya memenuhi kriteria tersebut. Kesan aksesibilitas alami kurang terwujud, transisi ruang dalam dan luar bersifat sebagai teras kelas. Secara skalatis anak, TK memiliki aksesibilitas yang baik. Terdapat keragaman tinggi antara luas areal bermain danjumlah muridnya. Luas areal bermain TK berkisar 46-2100 m2 dan jumlah murid berkisar 10-167 siswa. Dari hasil perhitungan hanya 20% dari total TK yang diteliti memenuhi persyaratan standar minimum yang diajukan Francis (1998) terutama dalam hal ukuran ruang bermain diperbandingkan dengan jumlah murid. Ruang bermain TK membentuk pola segi empat atau pengulangannya. Bentukan ini menghasilkan kesan penyatuan ruang yang lebih kuat dengan struktur bangunan dan daya tampung luas serta penggunaan yang maksimum dibandingkan dengan bentuk alami atau bentuk geometrik lainnya. Namun jika tidak diaplikasikan secara baik pola ini cenderung memberi kesan monoton, kaku dan tidak menghasilkan perasaan nyaman bagi pengguna. Sekitar 60% areal hijau TK berkategori baik secara kuantitatif, namun areal hijau tersebut belum dimanfaatkan sebagai sarana yang interaktif untuk meningkatkan perkembangan anak karena lebih banyak berfungsi sebagai pemberi keindahan, peneduh, atau pembatas dan kurang berguna dalam mendukung pendidikan dan pengetahuan anak. Kondisi visual sekeliling TK dapat membangkitkan pengetahuan anak, tetapi sekitar 65% ruang bermain TK tidak memiliki pandangan dari ruang bermain ke sekeliling area TK. Keadaan ini dapat menghambat perkembangan psikologis anak karena membuat anak kurang mendapat perasaan sebagai bagian dari suatu lingkungan. Rata-rata sarana bermain yang dimiliki TK berjumlah 13 buah dan digunakan secara individual dan kelompok. Dua peringkat teratas sarana yang paling digemari adalah tipe sarana bermain individual, hal ini dikhawatirkan jumlah dan jenis sarana yang ada tidak dapat mengakomodasikan seluruh anak dan suasana bermain alami tidak terwujud. Ditinjau dari standar zona keselamatan alat, penempatan sarana bermain yang ada saat ini sudah tergolong baik. TK yang meletakkan sarana bermainnya secara teratur geometrik cenderung mengisi semua ruang bermain luar dengan peralatan permainan, berbeda dengan TK yang meletakkan sarana bermain mengikuti tepi ruang atau secara alami dimana masih tersisa ruang terbuka, namun ruang terbuka tersebut hanya mengakomodasikan aktivitas motorik dan kurang mengakomodasi aktivitas yang bersifat kognitif atau sosial. Hanya sebagian kecil sarana bermain TK menggunakan bahan alami, sebagian besar sarana dibuat di pabrik dan menggunakan bahan sintesis sehingga didapat kecenderungan bentuk rancangan sarana bermain yang sejenis dari satu TK ke TK lainnya. Selain itu dari segi bahan dan bentuk kurang mendekatkan anak pada lingkungan alam dan lebih menitikberatkan pada aktivitas motorik. Dari segi pemilihan wama secara umum sudah cukup baik yaitu penggunaan wama-wama primer. Secara umum dapat dikatakan ruang bermain luar pada Taman KanakKanak di Kota Bogor sebagian besar tergolong kurang baik dalam hal tata ruang, aksesibilitas, ukuran ruang, kesan ruang, keadaan lingkungan, dan jenis serta bentuk sarana bermain. Dalam kaitannya dengan ruang bermain di luar kelas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar TK di Bogor kurang menunjang perkembangan keterampilan, pengetahuan, dan pendidikan anak-anak didiknya.