Analisis bio-teknik penangkapan bawal putih (Pampus argentus) di perairan Pangandaran Jawa Barat
Abstract
Pengetahuan tentang suatu jenis sumberdaya ikan merupakan hal yang penting dalam pengembangan usaha penangkapan ikan agar mendapatkan hasil yang optimal. Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Pangandaran, khususnya bawal putih, memerlukan suatu kajian bio-teknik penangkapan bawal putih agar mencapai hasil yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari unit penangkapan bawal putih dan pengoperasiannya, daerah dan pola musim penangkapan bawal putih, serta potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya bawal putih di perairan Pangandaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, sebagai kasusnya adalah aktivitas penangkapan bawal putih di perairan Pangandaran. Penekanan analisis yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu dengan pendekatan metode surplus produksi Schaefer melalui pendugaan Walter-Hiiborn dan analisis deret waktu metode rata-rata bergerak (moving average). ■o Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari nelayan Pangandaran melalui wawancara searah berdasarkan daftar pertanyaan yang te.iah disiapkan. Wawancara dilakukan terhadap lima orang nelayan pemilik, 10 orang nelayan pandega, tiga orang pegawai TPI dan tiga orang staf Dinas Perikanan Pangandaran. Data sekunder diperoleh dari Cabang Dinas Perikanan Pangandaran, berupa data hasil tangkapan dan upaya penangkapan bawal putih selama kurun waktu 1991-2000. Alat tangkap yang digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan bawal putih di perairan Pangandaran adalah jaring sirang. Jaring sirang terbuat dari bahan monofilament dengan ukuran mata jaring berkisar 4,5 - 6 inci. Panjang jaring sirang pada saat setting berkisar 840 - 2.580 m dan tinggi jaring berkisar 2 - 12 m. Perahu yang digunakan untuk kegiatan operasi penangkapan ikan adalah perahu jenis jukung (katir) dan terbuat dari bahan Jlbreglass. Ukuran perahu yang digunakan adalah panjang (L) antara 7 - 9 m, lebar (B) antara 0,8 - 1 m dan dalam (d) antara 0,6 - 1 m. Mesin yang digunakan untuk menggerakkan perahu berkekuatan 7-25 PK. Kegiatan operasi penangkapan bawal putih di Pangandaran dengan alat tangkap jaring sirang dilakukan oleh 2-3 orang nelayan. Tahap operasi penangkapan bawal putih dengan jaring sirang terdiri atas persiapan, pemasangan jaring dan pengangkatan jaring. Nelayan tradisional Pangandaran menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman turun-temurun. Jarak lokasi penangkapan ikan dari pantai sekitar 1 - 4 mil atau di jalur penangkapan satu. Daerah penangkapan ikan meliputi perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak, perairan Nusakambangan dan sebagian perairan Cilacap. Nilai Indeks Musim Penangkapan (IMP) bawal putih di perairan Pangandaran tahun 1991-2000 menunjukkan bahwa musim puncak penangkapan bawal putih di perairan Pangandaran terjadi pada bulan November, yaitu bertepatan dengan musim peralihan II dengan nilai IMP sebesar 262,948 satuan. IMP terendah terjadi pada bulan Mei, bertepatan dengan musim peralihan I, sebesar 38,420 satuan. Oleh karena itu, bulan November khususnya, atau musim peralihan II umumnya, merupakan waktu yang tepat untuk menangkap bawal putih di perairan Pangandaran. Hasil tangkapan bawal putih di Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran menggunakan jaring sirang setiap tahunnya berfluktuasi. Data statistik produksi perikanan dari PPI Pangandaran tahun 1991-2000 menunjukkan bahwa hasil tangkapan selama periode tersebut berkisar 23.717,8 - 119.547,6 kg dengan nilai rata-rata sebesar 49.291,3 kg per tahun. Hasil tangkapan terendah sebesar 23.717,8 kg pada tahun 1995 dan tertinggi pada tahun 1999 sebesar 119.547,6 kg. Upaya penangkapan bawal putih di PPI Pangandaran dengan alat tangkap jaring sirang antara tahun 1991-2000 berfluktuasi. Rata-rata upaya penangkapan bawal putih pada kurun waktu 1991-2000 sebesar 6.478 trip. Upaya penangkapan terendah dilakukan pada tahun 1998 sebesar 5.125 trip dan tertinggi dilakukan pada tahun 1993 sebesar 7.715 trip. Nilai CPUE berfluktuasi selama periode 1991-2000. CPUE tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 137,03 kg/trip atau 110,15 % di atas rata-rata CPUE per tahun dan terendah terjadi pada tahun 1995 sebesar 31,29 kg/trip atau 52,01 % di bawah rata-rata CPUE per tahun. Hasil perhitungan menunjukkan nilai parameter biologi dan lingkungan. Koefisien lingkungan (r) diperoleh sebesar 3,9040 satuan, artinya bahwa bawal putih akan tumbuh secara alami tanpa ada gangguan dari gejala alam maupun gangguan dari perlakuan manusia yang terjadi secara mendadak sebesar 3,9040 satuan. Koefisien alat tangkap (q) diperoleh sebesar 0,0006 satuan, artinya setiap peningkatan satuan upaya penangkapan dengan jaring sirang akan berpengaruh sebesar 0,0006 satuan terhadap hasil tangkapan bawal putih. Koefisien daya dukung lingkungan (k) diperoleh sebesar 224.104,04 kg per tahun, artinya lingkungan mendukung produksi bawal putih sebesar 224.104,04 kg per tahun dari aspek biologinya, diantaranya ketersediaan makanan, pertumbuhan populasi dan ukuran bawal putih. Berdasarkan nilai parameter biologi dan lingkungan tersebut didapat persamaan produksi C - 126,7523E - 0,01836E2. Nilai potensi lestari (Cmsy) didapat sebesar 245.475,72 kg dengan upaya penangkapan lestari (E0P[) sebesar 3.463 trip. Data hasil tangkapan yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan bawal putih tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 48,70 % dan terendah terjadi pada tahun 1995 sebesar 9,60 % dari nilai potensi lestari bawal putih di perairan Pangandaran. Oleh karena itu kegiatan penangkapan bawal putih masih bisa dikembangkan dengan upaya penangkapan tidak melebihi upaya tangkap optimum dan hasil tangkapan tidak melebihi nilai potensi lestari. Rata-rata tingkat pemanfaatan bawal putih periode 1991-2000 sebesar 20,08 % dapat dikatakan pemanfaatan sumberdaya bawal putih baru mencapai satu per lima dari potensi lestari maksimum yang dapat diperoleh. Pemerintah daerah setempat sebaiknya merencanakan suatu kebijakan untuk pengalihan upaya penangkapan dari unit penangkapan jaring sirang ke alat tangkap lain yang beroperasi di perairan Pangandaran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai musim pemijahan dan ukuran bawal putih yang layak tangkap, agar dapat melakukan pengelolaan sumberdaya bawal putih secara optimal.