Show simple item record

dc.contributor.authorDardja, Diah Widyasari
dc.date.accessioned2010-05-14T09:57:02Z
dc.date.available2010-05-14T09:57:02Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21745
dc.description.abstractDalam kondisi krisis ekonomi, industri kecil diharapkan mampu berperan sebagai penyangga perekol1Ol11ian nasional yang saat ini tengah terguncang. Hal ini disebabkan karena industri kecil akan membuka peluang kesempatan kerja dan berusaha yang lebih besar. Industri kecil pengolahan pangan telah memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional dengan kemampuan industri ini untuk menyerap tenaga kelja dan nilai produksi yang dihasilkan. Tiga sub sektor yang memberikan sumbangan nilai produksi terbesar adalah sektor industri makanan, minuman, dan tcmbakau. Sehubungan dengan adanya krisis ekonomi, industri kecil tahu clan tempe sebagai bagian. dari inclustri pengoJahan pangan akan terancam kelangsungan .lIsahanya. Hal m1 clisebabkan karena bahan baku untuk pembuatan tahu tempe hampir seluruhnya menganclung bahan baku Impor. Namun, terlepas dari hal tersebut, sampai saat IIlI permintaan akan penganan tahu tempe tctap mcningkat, megingat harga jualnya yang relatif masih terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Hal inilah yang membuat para produsen tahu dan tempe di Kotamadya Bogor harus memperhilungkan stralegi apa saja yang harus ditempuh unluk mempertahankan keberaclaan usahanya, terlebih dalam situasi krisis seperli saat ini. Tujuan penelitian ini adalah: (l) membandingkan usaha inclustri tahu dan tempe di Kotamadya Bogor sebelum dan saat teljadinya krisis ekonomi dilihat dari struktur biaya dan penerimaan, keuntungan, dan pennodalan, (2) mengetahui upayaupaya atau strategi yang ditempuh para produsen tahu tempe di Kotamadya Bogor sehubungan dengan adanya lcrisis ekonomi, dan (3) mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap skala usaha industri tahu dan tempe setelah krisis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam menganalisa perkembangan usaha industri kecil tahu tempe terutama dalam kondisi !crisis ekonomi saat ini. Penelitian dilakukan di Kotamadya Bogor dengan mengambil lokasi di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Utara, Bogor Tengah, Bogor Timur, dan Bogor Selatan. Lokasi dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa keempat kecamatan tersebut merupakan sentra produksi tahu tempe di Kotamadya Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 1998. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sckundcr. Data primer dengan mewawancarai 30 responden dengan menggunakan kuesioner, dan dilakukan dengan metode aeak sederhana. Adapun batasan sebelum krisis adalah bulan Januari hingga Juli 1997, sementara batasan saat !crisis adalah bulan Januari hingga Juli 1998. Sumber bahan baku kedelai bagi produsen tahu dan tempe dipcroleh dari KOPT! dan luar KOPTI (pasar bebas). Adapun jenis kedelai yang disalurkan oleh KOPT! adalah jenis kedelai impor dan lokal. Dalam kenyataannya, para produsen tahu/tempe lebih tertarik menggunakan kedelai impor daripada kedelai lolcal. Di samping kualitas kedelai impor yang lebih baik, dalam pembuatan tempe khususnya, penggunaan kedelai impor akan memberikan tekstur tempe yang lebih kenyal dan liat. Sebelum krisis ekonomi, tidak ada masalah dalam perolehan kedelai mengingat harganya yang relatif masih terjangkau oleh produsen tahu/tempe. Tetapi setelah krisis ekonomi, harga kedelai melonjak demikian tingginya. Kenaikan harga jual kedelai rata-rata melalui KOPTI sebesar 43.67%, sementara melalui pasar bebas kenaikannya sebesar 69.70%. Pada industri tahu, biaya produksi rata-rata meningkat sebesar 2.3% sementara penerimaan rata-rata mengalami penurunan sebesar 20.3%. Dilihat dari proporsi pengeluaran masing-masing faktor produksinya, komponen biaya terbesar terhadap biaya total adalah biaya untuk pembelian kedelai, baik sebelum maupun setelah krisis. Dari perhitungan rasio RJC, industri tahu masih tetap layak diusahakan saat ini. Variabel yang paling berpengamh pada industri ini adalah kedelai clan \Vaktu bekerja dengan elastisitas masing-masing sebesar 0.626 dan 1.158. Selama penelitian industri tahu ditandai clengan pengaruh skala terhadap tingkat hasil yang meningkat (illcreas;llg returns to scale). Pada industri tempe, biaya procluksi dan penenmaan rata-rata mengalami peningkatan masing-masing sebesar 42.88% clan 38.83%. Dilihat dari proporsi pengeluaran masing-masing faktor produksinya, komponen biaya terbesar aclalah biaya untuk pembelian kedelai, baik sebelum maupun setelah krisis. Berdasarkan perhitungan rasio RJC, industri tempe masih tetap layak diusahakan saat ini. Variabel kedelai dan jumlah tenaga kelja sangat berperan penting clalam industri ini clengan elastisitas masing-masing sebesar 11.977 dan 0.524. Industri tempe ini ditanclai dengan pengaruh skala terhadap tingkat hasil yang menurun (decreas;llg retllms 10 scale). Adapun strategi yang ditempuh oleh para produsen tahu adalah dengan mengurangi ukuran dari 5x5 em menjadi 3x3 em dengan harga jual yang tetap, yaitu sebesar Rp 50/potong atau Rp 80/pofong. Pada industri tempe, strategi yang dilakukan adalah dengan menghasilkan ukuaran yang tetap seperti sebelum krisis, yaitu 30x20 em. dan 25x15 em dengan harga jual yang lebih tinggi, yaitu Rp 800/potong menjadi Rp 1,300/potong (ukuran 30x20 em) dan Rp 500/potong menjadi Rp 800/potong (ukuran 25x15 em). Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar: (I) meningkatkan peran KOPTI dalam rangka suplai bahan baku kedelai kepada anggotanya, (2) mengendalikan harga kedelai baik di tingkat KOPTI maupun di tingkat grosir/pasar bebas oleh lembaga terkait, dan (3) menetapkan standar upah untuk tenaga kerja dalam meneegah terjadinya pemutusan hubungan kerja.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleKajian Perkembangan Usaha Industri Tahu dan Tempe dalam Menghadapi Kondisi Krisis Ekonomi di Kotamadya Bogorid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record