Analisis Sistem Pengelolaan Air Irigasi, Keragaan Usahatani Padi dan Pembayaran Iuran Irigasi (Studi Perbandingan Antara Sistem Pembagian Air Kontiniu pada Irigasi Teknis dengan Pembagian Air Giliran pada Irigasi Pompa)
Abstract
Irigasi merupakan suatu usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian dan penting sebagai landasan pengamanan pengadaan pangan. Pembangunan irigasi pada Pelita I sampai IV menitikberatkan pada rehabilitasi jaringan irigasi serta usaha eksploitasi dan pemeliharaan. Usaha E dan P ini diperlukan agar jaringan irigasi dapat terus memberikan pelayanan yang optimal sebagaimana mestinya. Eksplotasi adalah usaha pengaturan dan pemberian air untuk memanfaatkan potensi irigasi secara maksimal, sedangkan pemeliharaan adalah kegiatan perawatan, perbaikan dan penyempurnaan kondisi fisik jaringan irigasi. Tingkat pelayanan irigasi yang baik bukan hat:lya ditunjang oleh ketersediaan air yang cukup untuk produksi pertanian, tapi yang tidak kalah penting adalah bagairnana pengelolaan air tersebut dilakukan. Pada urnumnya ada dua sistem pembagian air yang sudah diterapkan dalam irigasi, yaitu sistem irigasi. giliran dan kontiniu. Pada sistem pembagian seca!a kontiniu, air diberikan secara terus menerus dan sekaligus. melalui jaringan pembagian air yang ada. Sedangkan dalam pembagian air secara giliran, pemberian air dipusatkan pada sebagian jaringan distribusi berdasarkan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Perbedaan pengelolaan air irigasi tersebut akan menimbulkan konsekuensi biaya dan tingkat iuran pengairan yang berbeda pula. Sistem pembagian air secara kontiniu dilakukan di Desa Tinggarjaya pada lahan sawah yang beririgasi teknis. Walaupun air diberikan secara terus menerus, petugas P3A tetap membuat jadwal pemberian air secara giliran, yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila tiba-tiba air yang dibutuhkan kurang atau tidak mencukupi. Sistem pembagian air giliran dilakukan di Desa Menganti dengan memanfaatkan irigasi pompa. Pembagian air tersebut dilakukan tanpa jadwal yang tetap, tergantung apakah air yang dialirkan ke satu kelompok sudah mencukupi atau belum. Apabila areal sawah yang termasuk dalam kelompok I sudah cukup terairi, giliran pemberian air dilakukan pad a kelompok kedua. Setelah itu air kembali dialirkan ke kelompok I, begitu seterusnya. Lamanya pergiliran tidak selalu ditetapkan, tapi biasanya berkisar selama 2 hari untuk masing-masing kelompok, bahkan terkadang giliran dilakukan dalam jangka waktu yang lebih sing kat lagi yaitu setiap 12 jam. Efektifitas pemberian air irigasi dapat dilihat dari besarnya stress days yang terjadi pada lahan sawah. Rata-rata stress days yang terjadi di Desa Tinggarjaya ?dalah 1,04 hari di atas tiga hari yang pertama. Se.dangkan di Desa Menganti, karena air diberikan secara bergiliran dan' giliran diberikan ke petak lain apabila dianggap air sudah cukup, maka secara umum pad a saat lahan ditanami tidak terdapat stress days. Sarana produksi yang digunakan petani cenderung sam a jumlahnya untuk setiap masa tanam. Mengacu pada pola tanam yang diterapkan di kedua desa, dimana pada kedua daerah tersebut dilakukan dua kali penanaman dalam setahun dan luas lahan yang ditanami adalah sama dengan luas baku lahan dengan kata lain lahan seluruhnya ditanami dengan padi, maka total intensitas tanam di masingmasing desa adalah 200 %. Total produksi per musim tan am di Desa Menganti lebih tinggi daripada produksi di Desa Tinggarjaya, walaupun perbedaan tersebut tidak terlalu besar. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa produksi di lahan sawah yang diairi secara giliran akan lebih tinggi daripada sawah yang diairi secara terus menerus. Total penerimaan usahatani yang didapat dari hasil perkalian volume produksi dengan harga jual rata-rata, lebih tinggi di Desa Menganti daripada di Desa Tinggarjaya, sehubungan dengan lebih tingginya hasil produksi di Desa Menganti dimana pad a daerah tersebut air diberikan secara giliran. Pendapatan atas biaya tunai yang lebih besar didapat oleh petani yang sawahnya diairi secara kontiniu, sedangkan bila dilihat dari pendapatan atas biaya total, maka petani yang sawahnya diairi secara giliran dan beririgasi pompa memperoleh besaran pendapatan yang lebih tinggi. Analisis imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansiai. Besarnya nilai RIC Ratio atas biaya tunai lebih besar di Desa Tinggarjaya, sedangkan nilai RIC Ratio atas blaya total lebih besar di Desa Menganti. Untuk DI Tajum, termasuk Desa Tinggarjaya, tarif iuran pelayanan irigasi (IPAIR) yang dikenakan pad a petani adalah sebesar Rp 19.500,00 per hektar per tahun. Dalam pelaksanaannya, iuran pengairan yang ditetapkan oleh pengurus P3A untuk ditarik dari petani lebih besar dari nilai di atas. luran yang ditarik dari petani bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk gabah yang merupakan hasil panen. Lain halnya di Desa Menganti yang areal sawahnya diairi dengan pompa, sebagian besar petani belum mengetahui tentang adanya IPAIR. Meskipun demikian, petani tetap membayar iuran pengairan. Besarnya iuran yang ditetapkan oleh pengurus P3A khusus untuk irigasi pompa ditetapkan atas dasar biaya pengoperasian pompa.