Show simple item record

dc.contributor.authorCahyono, Tekat Dwi
dc.date.accessioned2010-05-07T13:17:20Z
dc.date.available2010-05-07T13:17:20Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15938
dc.description.abstractKayu lapis bagi masyarakat Indonesia sudah sangat dikenal dan banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Pemakaian kayu lapis sebagai bahan bangunan dan aksesorisnya seperti daun pintu, jendela, perlcngkapan interior rurnah tangga banyak dijumpai pad a bangunan rumah di Indonesia. Namun penggunaan kayu lapis sebagai bahan bangunan mengalami an cam an yang cukup serius oIeh serangan organisme perusak kayu karena sebagian besar produk kayu lapis di Indonesia menggunakan kayu dengan kelas awet rendah. Sementara itu rayap tanah merupakan salah saru organismc perusak yang menimbulkan kerugian cukup besar bagi manllsia. Oi Amerika Serikat sekitar 80 % bangunan diserang oleh rayap tanah dan biaya yang dikeluarkan tiap tahunnya untuk mengendalikan serangga tersebut mencapai US $ 1,5 milyar (Robertson dan Su, 1995 dalam Husni, 1999). Sementara itu di Australia kerugian akibat serangan rayap ditaksir mencapai US $ 6 juta tiap tahun, sedangkan di Hawai mencapai US $ 1 juta tiap tahun. Menurut Rahmawati (1996) kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan mellcapai Rp. 2,4 triliun. Perkiraan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan rayap sangat besar bila dibandingkan dengan upaya pengawetan yang dapat meningkatkan umur pakai (service live) dad prod uk kayu. Oleh karena itu pengawetan kayu Japis dengan tujuan untuk meningkatkan umur pakai kayu Japis dengan sifat fisis - mekanis sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) rnerupakan salah satu upaya untuk menghadapi tantangan tersebut. Sebuah pellelitian telah dilakukan untuk mengetahui keampuhan senyawa bifenthrin sebagai bahan pengawet kayu lapis terhadap serangan rayap tanah Coptotermes curvignalhus Holmgren di lapangan. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi upaya pengembangan teknologi pengawetan kayu lapis dan dapat diandalkan dalam mencegah serangan rayap tallah terhadap kayu lapis dengan syarat tidak mempengaruhi sifat fisis - mekanis kayu lapis yang telah diawetkan. Kayu lapis dibuat lima lapis dari lembaran fink kayu pinus dengan tebal core 3 mm, tebal face, back dan cross band 1,5 !TIm. Senyawa bifenthrin dengan dosis 0 g.ailm3 (sebagai kontrol), 5 g.ailrn3 , 1 0 g.ailm3 , 20g.ai/m3 , 30 g.ailm3 dan 40 g.ai/m3 , dicampurkan dalam perekat campuran yang menggunakan base urea formaldehida. Perekat dilaburkan sebanyak 300 glm' kemudian di kempa dingin selama II menit dan kempa panas dengan suhu 140 'c dan tekanan 1000 kPa selama 10 men it. Pengujian sifat fisis - mekanis kayu lapis dilakukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI-O 1-2074-1990). Sedangkan pengujian efikasi bah an pengawet dilakukan dengan metode yang dikembangkan oleh Forest Product Laboraty, USDA (1967). HasH penelitian menunjukkan bahwa penambahan senyawa bifenthrin sebagai bahan pengawet kayu lapis yang dicampurkan dengan perekat (glueline treatmetnt) memiliki nilai keteguhan rekat, modulus elastisitas (MOE), keteguhan lentur (MOR), keteguhan tekan dan kadar air yang sesuai dengan persyaratan SNI, baik untuk kayu lapis penggunaan umum maupun untuk kayu lapis struktural. Sidik ragam terhadap perlakuan menunjukkan bahwa pemberian senyawa bifenthrin tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keteguhan rekat kayu lapis, kadar air, kerapatan, stabililsasi dimensi kayu lapis, modulus elastisitas (MOE), keteguhan lentUf (MOR) dan keteguhan tekan kayu lapis. Pengamatan efikasi dilapangan menunjukkan bahwa contoh uji kontrol seluruhnya diserang oleh rayap sampai akhir periode pegumpanan dengan ciri khas seluruh bagian kayu yang diumpan terbungkus oleh tanah. Bagian kayu yang diserang adalah bagian face dan back serta beberapa bagian crosband dari bagian tepi ke arah tengah kayu lapis. Sedangkan pada kayu lapis yang diaplikasi dengan dosis bifenthrin 5 g.ai/m2 dan 10 g.ai/m2 , rayap mulai meninggalkan contoh uji pada minggu keenam dan pada mingu ketiga. Hal ini berhubungan dengan sifat bifentbrin yang bersifat gangguan terhadap sistem syaraf serangga, terutama syaraf penciuman dan pengecapan. Senyawa bifenthrin mengganggu enzim perut seranga dan memberikan rangsangan penolakan jika serangga mendekat atau mencicipi kayu, sehingga rayap tanah mulai meninggalkan kayu lapis setelah merasa terganggu aleh adanya senyawa bifenthrin pada kayu lapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian dosis bifenthrin 5 g.ailm2 sudah cukup efektif melindungi kayu lapis terhadap serangan rayap tanah. Oasis optimum agar kayu lapis tidak diserang oleh rayap adalah 20 g.ailm2 , dimana pada dosis ini kayu lapis benar-benar tidak disentuh oleh rayap tanah. Senyawa bifenthrin telah terbukti ampuh dalam meIindungi kayu lapis dari serangan rayap tanah. Sebagai sebuah studi lanjutan terhadap keampuhan senyawa bifenthrin sebagai ballan pengawet kayu dan produk kayu lapis, maka diperlukan pengujian efikasi senyawa bifenthrin pada kaYl! lapis dengan menggunakan finir dari jenis kayu dan perekat yang berbeda sehingga diketahui karakteristik ikatan antara perekat, senyawa bifenthrin dan komponen organik kaYl!. Pengujian tentang pemberian dosis aplikasi bifenthrin terhadap kayu dan prod uk kayu lainnya juga perlu dilakukan untuk pengembangan teknoiogi pengawetan kaYl!.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengujian Efikasi Bifenthrin Sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis Terhadap Serangan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren di Lapanganid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record