Show simple item record

dc.contributor.advisorTjakrawiralaksana, Abas
dc.contributor.authorNasution, Mustafa Fakhri
dc.date.accessioned2024-04-22T07:00:09Z
dc.date.available2024-04-22T07:00:09Z
dc.date.issued1993
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146672
dc.description.abstractKekurangan modal merupakan masalah pokok pengusaha di daerah pedesaan. Untuk mendukung usaha-usaha pembinaan dan pengembangan industri kecil di daerah pedesaan, pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada lembaga perbankan untuk ikut serta berperan dalam membantu permodalan. Akan tetapi pada kenyataannya banyak pengusaha industri kecil sepatu belum memanfaatkan fasi- litas yang diberikan lembaga perkreditan formal. Berdasarkan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengidenti- fikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit, mengetahui persepsi pengusaha terhadap lembaga perkreditan, dan mempelajari potensi pasar kredit yang dikembangkan oleh Bank Bagi Hasil. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengambilan responden dilakukan secara acak sederhana dengan jumlah sampel 30 orang pengusaha sepatu dari tiga desa yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk melihat tingkat partisipasi dan persepsi pengusaha dalam memanfaat- kan lembaga perkreditan dilakukan analisa tabulasi dan deskripsi. Analisa ini juga digunakan dalam mengkaji potensi pasar kredit Bank Bagi Hasil di sektor industri kecil persepatuan. Sedangkan analisa regresi dilakukan untuk menganalisa dan me- nentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit. Dari hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa industri kecil sepatu belum mampu menghasilkan pendapatan di atas atau sama dengan suku bunga rata- rata yang berlaku dari kapasitas yang dimilikinya. Keadaan ini disebabkan oleh besarnya kenaikan harga bahan baku (20-30%) akibat menggunakan kredit non-formal berupa "bon putih". Fasilitas kredit ini terpaksa ditempuh karena terbatasnya modal usaha dan tidak adanya alternatif lain. Pada saat ini, hampir semua pengusaha sepatu mengggunakan sistem bon pu-tih. Faktor yang dominan yang dipertimbangkan untuk memilih lembaga penyalur kredit adalah prosedurnya mudah dan cepat, serta terikat pemasaran. Alasan pengusaha tidak menggunakan kredit formal, karena tidak dibenarkan agama, terikat pemasaran, takut tidak terbayar, tidak mau repot, tidak lengkap surat- surat, dan sedang merintis kredit formal. Hal ini menandakan bahwa kredit non- formal lebih berkembang dari pada kredit formal. Namun demikian kredit formal dengan sistem bagi hasil kelihatannya akan disenangi oleh pengusaha bila dilihat alasan yang dikemukakan oleh pengusaha…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcCreditid
dc.titlePotensi pasar kredit bank bagi hasil di sektor industri kecil persepatuan Ciomas : Studi kasus di Desa Ciomas Induk, Desa Ciomas Rahayu, dan Desa Pagelaran Kecamata Ciomas, Kabupaten Bogorid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record