Show simple item record

dc.contributor.advisorKarlinasari, Lina
dc.contributor.advisorRinekso, Soekmadi
dc.contributor.advisorMachfud, Machfud
dc.contributor.authorEkawati, Desy
dc.date.accessioned2024-04-19T00:27:47Z
dc.date.available2024-04-19T00:27:47Z
dc.date.issued2024-01-31
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146369
dc.description.abstractBambu merupakan sumber daya alam potensial yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk bernilai ekonomi, sekaligus mendukung fungsi ekologi dan jasa lingkungan. Bambu telah menjadi bagian dari kehidupan, sosial dan budaya masyarakat secara turun temurun. Dalam sektor kehutanan bambu merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan nasional yang belum mendapat perhatian secara optimal dalam pengembangan dan pemanfaatannya. Sebagai langkah awal penelitian dilakukan tinjauan literatur secara sistematis (systematic literature review) untuk mengetahui status penelitian bambu (state of the art) di Indonesia sekaligus untuk mengetahui merumuskan (novelty). Tinjauan literatur secara sistematis dilakukan pada penelitian-penelitian bambu Indonesia yang terbit dalam jurnal dan prosiding internasional. Dalam dua dekade terakhir (2001-2022) tercatat sekitar 230 judul penelitian yang terbit dalam publikasi internasional, dengan topik terbanyak terkait dengan konstruksi, biokomposit, sifat fisik-mekanik dan properti bambu, sementara ditemukan hanya dua topik terkait kebijakan pengelolaan bambu. Kabupaten Ngada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki potensi bambu tinggi didukung oleh adat, sosial dan budaya yang masih melekat sampai saat ini. Pada tahun 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Pemerintah Daerah mendeklarasikan Kabupaten Ngada sebagai Pusat Unggulan Bambu Rakyat. Untuk mewujudkannya diperlukan dukungan dan peran para pihak lintas sektor hulu, tengah dan hilir secara terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi tata kelola pengembangan bambu sebagai bahan baku industri secara berkelanjutan di Kabupaten Ngada, dicapai melalui tiga tujuan antara yaitu; menganalisis potensi sumber daya bambu dan sistem pengelolaannya, mendeskripsikan status pemanfaatannya serta memetakan para pihak, aktor dan kelembagaan (formal dan informal) yang terlibat. Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2019 - Desember 2022, di Kabupaten Ngada, NTT. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner, wawancara terstruktur, wawancara mendalam, focus group discussion (FGD) dan observasi langsung melalui beberapa kali kunjungan lapangan. Pendekatan dan analisis data dilakukan menggunakan data primer yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian dan para pihak yang terlibat, serta data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen rencana strategis daerah dan laporan-laporan hasil kegiatan sebagai data pendukung. Data kuisioner dengan purposive sampling didapatkan dari 240 responden yang terdiri dari 119 pemilik bambu (pribadi dan komunal) yang memiliki lebih dari 50 rumpun dan 121 pengrajin dan pelaku usaha bambu di Kabupaten Ngada, serta wawancara terstuktur dilakukan terhadap 25 orang responden yang berasal dari para pihak yang terlibat meliputi: pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten, praktisi dan ahli bambu yang memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana. Kabupaten Ngada, memiliki kondisi iklim dan geografis yang sesuai untuk pertumbuhan dan budidaya alami bambu yang optimal, tercatat 15 (limabelas) jenis bambu ditemukan dengan tiga jenis yang umum dimanfaatkan yaitu: Dendrocalamus asper (betung/bheto), Gigantochloa atter (atter/peri), dan Bambusa vulgaris (aur/guru). Bambu tumbuh dan tersebar di dua belas kecamatan di Kabupaten Ngada, dengan potensi dan sebaran tertinggi di tiga Kecamatan Bajawa, Golewa dan Golewa Barat. Terdapat dua tipe pola tanam bambu yaitu campuran dan monokultur, yang didominasi dengan pola campuran dengan luasan 10.974 ha dan monokultur 7453 ha. Dari sisi status kepemilikan bambu terdiri dari kepemilikan pribadi yang dikelola oleh rumah tangga sebanyak 67% dan kepemilikan komunal yang dikelola oleh kelompok adat atau suku (sa’o) sebanyak 33%. Pemanfaatan bambu di Ngada masih erat hubungannya dengan faktor sosial, adat dan budaya serta untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan bambu secara komersial untuk mendapatkan nilai ekonomi dan sumber pendapatan masih dilakukan secara individual atau pengrajin sebanyak 93%, yang didominasi oleh perempuan dengan keterampilan turun temurun dan alat sederhana. Pelaku usaha dalam bentuk usaha kecil dan menengah (UKM) dan koperasi sebanyak 6% dan terdapat satu industri pengolahan dan pengawetan strip/stik bambu (1%) yang merupakan bahan baku bambu laminasi. Produk utama bambu di Kabupaten Ngada adalah anyaman bambu (72%), kandang ternak (8%), furnitur (7%), dan dinding (naja) - atap (lenga) tradisional (3%), serta produk lainnya bangunan, alat musik, miniatur dan peralatan minum. Pemanfaatan bambu secara modern dengan sistem pengolahan mesin dimulai saat industri pengolahan bilah bambu dibangun pada tahun 2012, sebagai pabrik pertama di Ngada bahkan di NTT yang mengolah bambu bulat menjadi bambu strips/sticks sebagai bahan baku industri bambu laminasi/bambu rekayasa (engineered bamboo). Kabupaten Ngada memiliki modal sosial yang menjadi kekuatan dalam pengelolaan dan pengembangan bambu. Hasil penelitian menunjukkan salah satu modal sosial yang dimiliki adalah peran perempuan yang bergerak tidak hanya di sektor hilir sebagai pengrajin anyaman bambu dengan keterampilan, namun juga di sektor hulu dengan membuat bibit bambu untuk mendukung kegiatan penanaman bambu di lahan terdegradasi. Keterlibatan pemangku kepentingan dan para pihak dalam pengelolaan dan pengembangan bambu penting untuk membangun sinergi lintas sektor hulu, tengah dan hilir. Penelitian ini mengidentifikasi 18 (delapan belas) pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan dan pengembangan bambu berbasis masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Para pemangku kepentingan yang terlibat adalah masyarakat, kelompok adat, pemerintah desa, kabupaten, provinsi sampai pusat, lembaga swadaya masyarakat, kelompok usaha masyarakat dan sektor privat. Dengan pendekatan analisis jaringan sosial diketahui bahwa terdapat empat aktor kunci dalam pengelolaan dan pengembangan bambu di Kabupaten Ngada yaitu: lembaga swadaya masyarakat yang telah menjadi pendamping masyarakat dalam pengembangan bambu, industri pengolah bambu dan pemerintah daerah kabupaten melalui Bappelitbangda (Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah), serta KLHK dengan program-programnya sebagai pemerintah pusat. Dengan berdasarkan pada kondisi aktual dan situasi permasalahan yang dihadapi, penelitian ini merumuskan strategi tata kelola pengembangan bambu berbasis masyarakat sebagai bahan baku industri di Kabupaten Ngada. Pendekatan analisis faktor pendorong dan penghambat internal-eksternal yang diadaptasi dari analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, thread) dan analisis situasi komplek (rich pictures) dan analisis CATWOE (customer/pelanggan, actor/aktor, transformation/transformasi, worldview/ pandangan dunia, owner/pemilik, dan environment/kendala lingkungan) yang diadaptasi dari kerangka kerja Soft System Methodology (SSM). Analisis faktor pendorong dan penghambat internal-eksternal dirumuskan strategi pengelolaan bambu berbasis masyarakat sebagai bahan baku industri yang berkelanjutan. Strategi yang dirumuskan kemudian diuraikan ke dalam rencana aksi melalui analisis kesenjangan (gap analysis) sebagai rencana aksi koreksi dari situasi permasalahan yang ada menuju kondisi yang ingin dicapai. Perumusan strategi pengelolaan sebagai rencana tindakan korektif, yang merupakan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat merumuskan 10 (sepuluh) strategi: sektor hulu (3 strategi), sektor hilir (3 strategi), aspek sosial dan sumber daya manusia (2 strategi) serta dukungan program dan kebijakan (2 strategi). Sepuluh strategi tersebut merupakan strategi terintegrasi lintas sektor hulu-hilir dan aspek pendukungnya sumber daya manusia dan regulasi kebijakan. Untuk mencapai kondisi yang diharapkan kesepuluh strategi tersebut perlu dilaksanakan secara paralel dengan berbagi peran antar para pihak, pemangku kepentingan yang terlibat di lintas sektor hulu, tengah dan hilir. Berdasarkan kondisi saat ini dengan potensi sumberdaya bambu yang tersedia, status pemanfaatan dan modal sosial yang dimiliki Kabupaten Ngada, maka dari sepuluh strategi yang dirumuskan melalui penelitian ini terdapat empat prioritas strategi yaitu: i) aspek hulu (ekologi), peningkatan pemanfaatan bambu dengan pengelolaannya secara lestari (Strategi 1), ii) aspek hilir (ekonomi), peningkatan nilai tambah produk dan penguatan rantai nilai bambu (Strategi 4), iii) Aspek sumber daya manusia (sosial), penguatan modal sosial dan peningkatan kapasitas masyarakat (Strategi 7), iv) aspek pendukung (program dan kebijakan), dukungan dan keterlibatan pemangku kepentingan dalam pengembangan bambu berbasis masyarakat sebagai bahan baku industri secara berkelanjutan (Strategi 9).id
dc.description.sponsorship- ITTO (International Tropical Timber Organization) “The Freezailah Fellowship Fund” [2020-2022]; - Hibah Penelitian Disertasi Dokter (PDD) [2021-2022] Tahun 1: Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi; Tahun 2: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi; - Hibah Kerjasama Luar Negeri (HLN-KLHK) FST/2016/141 – The Kanoppi-2 Project [2019-2021] World Agroforestry Center (ICRAF) dan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR); dan FST/2021/161 – The Bamboo Villages Project [Jan - July 2022].id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddckebijakanid
dc.subject.ddctata kelolaid
dc.subject.ddcbambuid
dc.titleStrategi Tata Kelola Bambu Berbasis Masyarakat Sebagai Bahan Baku Industri Secara Berkelanjutan di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.id
dc.title.alternativeThe Strategy of Community-Based Bamboo Governance for a Sustainable Industrial Supply in Ngada Regency, East Nusa Tenggara.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordanalysis of problematic situationsid
dc.subject.keywordbamboo resourcesid
dc.subject.keywordgap analysisid
dc.subject.keywordstakeholder analysisid
dc.subject.keywordsustainable managementid
dc.subject.keywordupstream-downstream strategyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record