Show simple item record

dc.contributor.advisorAlikodra, Hadi S.
dc.contributor.advisorOntaryo, Yoyyo
dc.contributor.authorPatana, Pindi
dc.date.accessioned2024-04-03T00:58:07Z
dc.date.available2024-04-03T00:58:07Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/144850
dc.description.abstractKegiatan wisata di kawasan konservasi telah lama berkembang. Minat wisatawan datang ke. obyek-obyek alami sangat besar, karena kegiatan wisata alam memberikan pengalaman batiniah dan kesegaran jasmani, sehingga banyak wisatawan sengaja datang ke obyek-obyek alami untuk mengisi waktu luangnya meskipun harus menempuh jarak yang jauh (Douglass, 1982). Ekoturisme. Kegiatan pariwisata yang berkembang selama ini ternyata tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi melainkan telah menimbulkan kerusakan obyek wisata yang bersangkutan. Hal ini terjadi akibat tidak adanya keseimbangan antara kepentingan konservasi dan ekonomi. Pariwisata yang hanya mementingkan wisatawan dalam jumlah besar telah menimbulkan ketimpangan ekologi dan sosial. Obyek wisata menjadi rusak akibat perilaku wisatawan yang kurang menghargai lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan, vandalisme dan kurang menghargai nilai-nilai budaya masyarakat sehingga daya tarik wisata menjadi menurun, wisatawan yang datang berkurang, investor rugi dan masyarakat tidak dapat lagi mengambil manfaat dari adanya pariwisata. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut para ahli lingkungan membuat suatu pendekatan pariwisata yang lebih memperhatikan adanya keseimbangan antara konservasi dan ekonomi, wisatawan lebih menghargai lingkungan alam dan budaya serta masyarakat diuntungkan dengan adanya aktivitas wisata. Konsep tersebut dinamakan ekoturisme. Pengalaman yang dicari wisatawan ekoturisme apabila berkunjung ke tempat alami dan eksotik adalah kesempatan untuk bersatu dengan alam dan budaya lokal, dengan menjauhi rimba beton dan hal-hal mewah dari kehidupan modern. Lindberg (1995). memberi definisi ekoturisme sebagai perjalanan bertanggung jawab ke wilayah- wilayah alami, yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Ekoturisme dengan kata lain mengggabungkan suatu komitmen yang kuat terhadap alam dan tanggung jawab sosial. Hafild (1995), menyatakan bahwa ekoturisme memiliki tiga dimensi, yaitu: 1). Konservasi, kegiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin, 2). Pendidikan, wisatawan yang ikut kegiatan wisata tersebut akan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem, keunikan biologis dan kehidupan sosial di kawasan yang dilindungi, 3). Sosial, rakyat mendapat kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan wisata tersebut....id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcForest conservationid
dc.subject.ddcEcotourismid
dc.titleStudi ekoturisme Taman Wisata Alam Pangandaran dan sekitarnya Kabupaten DATI II Ciamis, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record