Show simple item record

dc.contributor.advisorIndrawan, Andry
dc.contributor.advisorRusdiana, Omo
dc.contributor.authorSukendar, Aep
dc.date.accessioned2024-04-02T01:45:58Z
dc.date.available2024-04-02T01:45:58Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/144625
dc.description.abstractDalam pemanfaatan hutan hujan tropika, usaha konservasi dalam rangka mempertahankan fungsi-fungsi hutan harus tetap dijaga dan diperhatikan. Salah satu aspek sistem silvikultur yang paling penting dalam pengusahaan hutan yaitu kegiatan penebangan (eksploitasi) yang sekaligus merupakan kegiatan yang dampaknya sangat besar terhadap kelestarian hutan. Beberapa data yang menunjukkan besarnya kerusakan hutan akibat aktivitas pemanenan diantaranya Cheol (1992) yang menyebutkan kerusakan rata-rata sebesar 43%. Kemudian Syachrani et.al. (1974) dan Soekotjo et.al. (1976) dalam Soekotjo (1992) menyebutkan bahwa kerusakan pada tegakan tinggal akibat aktivitas penebangan yaitu sebesar 40-45%. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) Struktur dan komposisi tegakan hutan primer, dan tegakan hutan bekas tebangan pada berbagai umur tebang yaitu Et + 0, Et +2, Et + 4, Et + 21, Et+25; (2) Kerusakan tegakan akibat kegiatan penebangan (eksploitasi) hutan, dan (3) Kelayakan potensi tegakan tinggal menurut sistem silvikultur TPΤΙ. Penelitian dilaksanakan pada areal hutan hujan tropik yang berlokasi di Areal HPH PT Ratah Timber Company Kalimantan Timur, mulai bulan April sampai bulan Juni 1998. Obyek penelitian terdiri dari tegakan hutan primer, tegakan hutan Et + 0, Et+2, Et + 4, Et + 21 dan Et + 25. Pada masing-masing tegakan hutan dibuat tiga petak pengamatan dengan ukuran masing-masing 100 x 100 m (1 ha). Pada masing- masing petak pengamatan dibuat sub petak pengamatan dengan ukuran sebagai berikut: untuk tingkat pohon 20 x 20 m, untuk tingkat tiang 10 x 10 m, untuk tingkat pancang 5 x 5 m dan untuk tingkat semai 2 x 2 m. Analisa vegetasi dilakukan pada setiap petak pengamatan yaitu untuk mengetahui struktur dan komposisi tegakan (dominansi jenis, kesamaan komunitas, dan keragaman jenis). Selanjutnya dilakukan pengukuran kerusakan tegakan akibat penebangan satu pohon, pengukuran kerusakan tegakan akibat kegiatan pemanenan kayu, analisa kerusakan tegakan tinggal, analisa keterbukaan lahan bekas tebangan dan stratifikasi tajuk. Disamping itu dari setiap petak pengamatan dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisa sifat fisik dan sifat kimianya. Hasil analisa laboratorium dari sampel tanah yang diperoleh, status kesuburan tanah pada areal bekas tebangan Et + 0, Et + 2, Et +4, Et + 21, Et + 25 dan tegakan hutan primer tergolong rendah. Rendahnya status kesuburan tanah ini dicirikan oleh rendahnya kandungan hara-hara primer....id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcForest managementid
dc.subject.ddcSilvicultureid
dc.titleEvaluasi penerapan sistem silvikultur TPTI di areal bekas tebangan hutan hujan tropikaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record