Show simple item record

dc.contributor.advisorIskandar, Sjarif Hidajat
dc.contributor.authorSunarto
dc.date.accessioned2024-03-06T02:11:18Z
dc.date.available2024-03-06T02:11:18Z
dc.date.issued1987
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/141031
dc.description.abstractTanaman karet (Hevea brasiliensis) pertama kali diusahakan oleh bangsa Portugis. Karet yang pertama datang di Indonesia ditanam di Cultuurtuin (LPTI Cimanggu) pada tahun 1876. Pada tahun 1902 perkembangan yang pesat terdapat di pulau Jawa dan selanjutnya menyebar ke Sumatera dan pulau lain, terutama di Asia Tenggara (Iskandar, 1984). Sampai tahun 1957 Indonesia masih tercatat sebagai negara produsen karet alam terbesar di dunia. Pada tahun tersebut produksi di Indonesia mencapai 695 000 ton, Malaya (Malaysia sekarang) 688 700 ton dan Thailand 133 000 ton. Tetapi pada tahun-tahun berikutnya laju peningkatan produk- si di Indonesia sangat rendah dan sebaliknya dengan Malaysia dan Thailand. Pada masa mendatang, Thailand merupakan saingan yang berat bagi Indonesia dan dapat menggeser kedudukan Indonesia sebagai produsen karet terbesar (Iskandar, 1984). Pada saat ini Indonesia merupakan produsen nomor dua setelah Malaysia. Kemunduran ini disebabkan (a) terlambat mengadakan peremajaan, (b) sebagian besar tanaman sudah tua dan bukan klon unggul, (c) situasi keamanan dan politik belum mendukung usaha peremajaan karet. Menurut data dari berbagai sumber sebagian besar produksi karet Indonesia pada dekade tujuh puluhan sebesar 23.9% dari produksi dunia, sedangkan Malaysia 43.9% (Iskandar, 1984).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPemanfaatan kebun PKK sebagai hortikultura di Kampung Cimulang Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogorid
dc.titlePemanfaatan kebun PKK sebagai hortikultura di Kampung Cimulang Kecamatan Semplak, Kabupaten Bogorid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record