Show simple item record

dc.contributor.authorTriana, Ely
dc.date.accessioned2010-05-06T06:53:35Z
dc.date.available2010-05-06T06:53:35Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/13849
dc.description.abstractPusat Latihan Gajah (PLO) di Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi konflik yang terjadi antara manusia dan gajah dengan tujuan untuk mmgembalikan kesan masyarakat tentang gajah yang dianggap sebagai satwa perusak mel\jadi satwa yang berguna bagi manusia. Di PLG gajah dijinakkan dan dilatih untuk berbagai keperIuan. seperti untuk gajah tarik (log, bajak, kereta), gajah tangkap, gajah tunggang, dan gajah atraksi. Untuk menghasilkan gajah-gajah yang terIatih tersebut diperlukan metode dan kurikulwn pelatihan yang tepat untuk setiap gajah. Penerapan metode pelatihan harus disesuaikan dengan perilaku alami, tingkat kecerdasan, wnur, jenis kelamin, dan kondisi fisik g'\iah yang akan dilatih. Selain itu, keselamatan gajah dan pawang yang melatihnya harus betul-betul diperhatikan. Metode pelatihan gajah merupakan cara untuk mengubah perilaku alami gajah menjadi perilaku terajar, di mana gajah mengalami proses belajar dan pada akhimya gajah mau melakukan pekerjaan yang diperintahkan. Hal ini dapat dihubungkan dengan penelitian para ahli perilaku satwa untuk mengetahui perilaku belajar pada satwa, yang antara lain: classical conditioning alch Ivan Pavlov (1904) ins/rumen/al learning dan law of effect oleh Thorndike (1913) dan operant behaviour oleh Skinner (1937). Metode pelatihan gajah yang dikemukakan oleh U Toke Gale (J 974) dapat dijadikan pcmbanding dengan metode pelatihan gajah yang diterapkan di PLG Way Kambas sekarang ini. Laporan hasil penelitian tentang kurikulwu pelatihan gajah di Indonesia masih sedikit jumlabnya sehingga efektifitas kmikulum tersebut belwn diketahui. Oleh karena itu, kurikulum pelatihan gajah yang sekarang diterapkan di PLG Way Kambas perlu dikaji lebih dalam dan disesuaikan dengan proses bclajar pacta gajah dengan mengacu pada hasil peneiitian para ahli pcrilaku satwa terdahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mcngetahui jenis krikulul11 pelatihan gajah yang diterapkan di PLG Way Kambas dan efektifitas penerapannya terhadap gajah-gajah Sumatera yang dilatih. Penelitian dilakukan di PLG Way Kambas yang berada dalam zona pemanfaatan intensif Taman Nasiona! Way Kambas, Propinsi Lampung, dan berlangsung pada bulan Juli - Agustus 2000. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Kemudian data yang telah dikumpulkan tersebut dianalisis secm'a deskriptif. Gajah-gajah yang dimasukkan ke PLG Way Kambas adalah gajah-gajah yang terpisah dengan induknya, gajah perusak lahan peltanian atau perkeblll1an dan gajah dari kantong-kantong gajah yang terfragmentasi. Sampai saat ini, jwulah gajah yang telah dilatih di PLG Way Kambas sekitar 300 ekor dengan berbagai spesialisasi keterampi!an, yaitu: gajah tunggang, gajah tangkap, gajah tarik (loglkereta/bajak), dan gajah atraksi. Sebagian gajah tersebut telah ditransfer ke berbagai daerah di Indonesia untuk berbagai keperluan, diantaranya: untuk pariwisata (Bali, Malang, Bengkulu, dan Nusa Tenggara Barat), untuk kegiatan logging (Inhutani III, Barito Pasifik Group, Andalas Timber, dan Jambi), untuk kegiatan patroli di perkebunan (KCMU Lampung), untuk kepentingan kebun binatang (Bandung dan Gembira Loka), dan untuk kepentingan di Taman Safari Indonesia. Gajah yang masih tinggal di PLG Way Kambas sampai saat ini beIjumlah 98 ekor dan sudah melampaui daya tampung PLG Way Kambas. Penentuan spesialisasi keterampilan gajah dilakukan oleh Kepala Diklat Gajah PLG Way Kambas dengan melihat penampilan atau postur tuhuh gajah. Gajah yang bertubuh kecil dan biasanya berumur muda diarahkan menjadi gajah atraksi, sedangkan gajah yang be11ubuh besar dan kuat diarahkan menjadi gajah tangkap, gajah tunggang atau gajah tarik. Tahapan kegiatan pelatihan gajah di PLG Way Kambas terdiri dari: tahap latihan dasar, tahap latihan lanjutan, dan tahap latihan pengembangan. Untuk tahap latihan dasar dan latihan lanjutan, materi dan metode pelatihan yang diberikan sama untuk semua spesialisasi gajah. Sedangkan untuk tahap latihan pengembangan, keduanya dibedakan untuk setiap spesialisasi gajah. Materi pelatihan yang diberikan untuk spesialisasi gajah atraksi jumlahnya paling banyak dibandingkan spesialisasi gajah lain. Dalam melatih gajah, pawang mencampurkan perintah verbal (ucapan), visual (kode/isyarat) dan fisik (menekan bagian tubuh gajah). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah tongkat berkait (ganco), tali/tambang dan borgol rantai. Perintah verbal digunakan karena gajah mempunyai telinga yang peka sehingga dapat mendengar suara-suara dan mengingatnya. Sedangkan penggunaan perintah visual karena gajah mempunyai penglihatan yang cukup baik (Altevogt & Kurt, 1975). Untuk perintah fisik, harus dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan daerah-daerah yang sensitif dan kurang sensitif pada tubuh gajah karena jika dilakukan dengan sembarangan dapat berakibat fatal baik bagi gajah maupun pawangnya. Metode pelatihan yang diterapkan di PLG Way Kambas sekarang ini tampaknya mengacu pacta metodc on hand 1 yaitu pelatih tidak hanya menjadi pelatih tetapi juga menjadi pemimpin gajah (Anonimolls, 1999). Penerapan metode ini harns digabungkan dengan kombinasi yang seimbang antara penghargaan dan kasih sayang. Penentuan umur gajah saat mulai dilatih di PLG Way Kambas yang dominan pacta umur 3 tahun sesuai dengan pcmyataan Baluudin (1993) bahwa kegiatan pelatihan gajah sangat efektif bila gajah itu masih belUsia Illuda (2 - 3 tahun). Hal yang sama juga dilakukan di Nepal, sepe11i disebutkan oleh Dhungel (1990) bahwa latihan dasar dimulai saat gajah berumur sekitar 2'lS tahun. Selain itu d!lihat dari rata-rata jumlah ke[erampilan yang dikuasai gajah-gajah yang mulai dilatih pada umur 3 tahun, nilainya menempati urutan yang paling tinggi yaitu sebesar 8,91. Semakin bertambahnya 'umur gajah saat mulai dilatih, rata-rata jumlah keterampilan yang dikuasainya cenderUrig seiriakinmenurun. Hal tersebut teIjiidi karena jika gajah mulai dilatih pada umur lebih dari 3 tahuninaka akan lebihsulit tintulC melatihnyakarena.irkuran iubUhnya-yang sudah terlalu:besarakan , " ',' .. ,{ " .. ' .", " menyebabkan para pawang kewalahan dalam menllatasikekuatangaj:lb.yang ~emberontak pad~sa~t dilatib, dan selain itu gajah akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan yang diajarkan, terutama untuk gerakan atraksi. Sedangkan jika gajah dilatih pada saat berumur kurang dari 3 tahun maka tubuh gajah masib terlalu kecil sehingga dikhawatirkan tidak akan kuat menerima perlakuan fisik yang relatif keras pada saat mengikuti pelatihan. Lama pelatihan untuk gajah atraksi terbatas sampai selama 9-10 tahun saja untuk gajah yang mulai dilatih pada UIum 2 - 4 tahun, karena UI11ur untuk gajall atraksi dibatasi maksimal sampai unlUr 13 tahun. Jika sudah berumur lewat dari 13 tahun biasanya dialihfungsikan menjadi gajah dengan spesialisasi yang lain karena badannya sudah terlalu besar dan akan menyulitkannya dalam melakukan gerakan-gerakan atraksi, walaupun nilai rata-rata jUI11lah keterampilan yang dikuasai gajah cenderung meningkat sejalan dengan lamanya pelatiban. Kemampuan pawang dalam melatih gajah untuk melakukan berbagai keterampilan berbedabeda antara satu pawang dengan pawang yang lain. Kesabaran dan keteknnan pawang sangat penting dalam melatih gajall.Selain faktor dari dalam dirinya sendiri, ada beberapa faktor Iuar yang mempengaruhi sifat-sifat tersebut diantaranya yaitu Iatar belakang kehidupan sosialnya (kawin atau tidak) dan Iatar belakang ekonomi. Kurikulum pelatihan gajah yang ada di PLG Way Kambas sekarang ini beIUI11 menjadi kurikulunl pelatihan yang baku dan belum disusun secara tertulis. Oleh karena itl! perlu dilakukan penyusunan buku panduan dan daftar ajaran untuk membantu pawang dalam melakukan pelatihan. Demikian juga dengan kurikulum pelatihan yang perIu segera disusun sehingga dapat diterapkan di PLG lainnya di Indonesia dan dapat juga dibandingkan dengan kurikulum pelatihan di negara-negara yang melakukan program pelatihan gajah.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleKajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampungid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record