Show simple item record

dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.authorNasution, Dahula
dc.date.accessioned2024-02-02T02:25:27Z
dc.date.available2024-02-02T02:25:27Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137298
dc.description.abstractProspek perkembangan, perikanan Indonesia di masa mendatang sangat cerah, hal ini dikarenakan sektor perikanan tangkap di dunia dianggap sudah jenuh, karena banyak di negara-negara lain telah melampaui hasil maksimum lestari (maximum sustainable yield) seperti temuan O'Rourke untuk seluruh ikan di Amerika Serikat, Gallastegui untuk wilayah Spanyol, Henderson untuk wilayah Jepang. Untuk Indonesia, pada tahun 2001 tangkapan ikan laut sebesar 4.246.590 ton dengan potensinya sebesar 6.600.000 ton atau tingkat pemanfaatannya baru mencapai 64 persen dari potensi yang ada. Tingkat produksi perikanan Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-5 negara-negara di dunia pada sektor produksi hasil tangkapan ikan, ironisnya Indonesia adalah negara dengan perairan laut terluas di dunia. Dalam rangka mendukung dan menunjang keberhasilan pembangunan perikanan nasional, pemerintah telah membangun prasarana pelabuhan perikanan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan, diharapkan menjadi tumpuan dalam meningkatkan produksi perikanan Tangkap. Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tangkapan ikan nelayan PPN Palabuhanratu dipengaruhi oleh aktivitas perikanan tangkap, ini terlihat dari perkembangan usaha perikanan sebelum dan setelah dibukanya kolam baru yang memungkinkan penambahan unit dan jenis kapal yang berdomisili di PPN Palabuhanratu. Perkembangan usaha perikanan ini berdampak pada pengembangan wilayah penangkapan yang lebih luas dengan kemampuan darmaga baru sebagai tambat kapal perikanan yang berkapasitas lebih. Melihat jenis usaha perikanan dan karakteristiknya, bukan tidak timbul masalah setelah dibukanya kolam baru. Untuk usaha perikanan perahu motor tempel (PMT) yang melakukan penangkapan di perairan dangkal di sekitar teluk Palabuhanratu, masalah yang timbul seperti banyaknya armada beroperasi di wilayah penangkapan yang sama, keterbatasan mesin menjangkau daerah yang lebih jauh, dan fluktuasi biaya operasional melaut khususnya harga solar yang membebani nelayan golongan masyarakat miskin. Sedangkan kapal motor (KM) < 10GT (Gross Tonnage) dengan wilayah penangkapan yang mencapai Ujung Kulon, menghadapi kendala seperti wilayah penangkapan yang sama dengan nelayan PMT dan nelayan di Ujung Kulon, Banten, juga biaya solar yang tinggi, serta ukuran kapal yang terbatas. Dilain pihak nelayan KM > 10GT berorientasi pada ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga daerah penangkapannya pun di perairan lepas pantai dan ke Samudera Hindia memiliki kendala besarnya pengeluaran dikarenakan harga solar yang terus fluktuatif serta ketersediaan alat tangkap dan sukucadangnya di PPN Palabuhanratu. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcIkanid
dc.subject.ddcJawa Baratid
dc.subject.ddcSukabumiid
dc.titleAnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tangkapan ikan nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record