Show simple item record

dc.contributor.advisorSinaga, Meity S.
dc.contributor.advisorGiyanto
dc.contributor.authorPanjaitan, Patuan
dc.date.accessioned2023-11-02T02:10:41Z
dc.date.available2023-11-02T02:10:41Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130066
dc.description.abstractAntraknosa merupakan salah satu penyakit yang sangat penting pada tanaman cabai. Serangannya pada pertan.man cabai dapat menurunkan nilai kualitas dan kuantitas hasil panen. Oleh karena itu pengendalian terhadap peyakit tersebut sangat dibutuhkan. Umunmya pengendalian antraknosa dititikberatkan pada penggunaan pestisida, dimana penggunaannya yang kurang bijaksana dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, resistensi patogen dan peningkatan biaya produksi. Oleh karena itu pengembangan teknik pengendalian yang aman terhadap lingkungan dan ekonomis dilakukan secara terus-menerus. Pengendalian dengan memanfaatkan agens hayati merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit antraknosa, yang dewasa ini berkembang dengan pesat. Agens hayati yang sudah dilaporkan efektif untuk mengendalikan C. capsici adalah Triclwderma spp.. Gliocladium spp. dan Pseudomonas spp. kelompok fluorescens. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu (1) Pengujian efektifitas Trichoderma harzianum, Gliocladium fimbriatum dan Pseudomonas spp. kelompok fluorescens untuk mengendalikan C. capsici pada pertanaman cabai di Kampung Perigi, Desa Bedahan, Kec. Sawangan, Kab. Bogor pada musim tanam Oktober 1997 sampai Februari 1998, (2) Analisis mikroflora clari pertanaman cabai tersebut tiga bulan atau lebih sesudah perlakuan agens hayati di alas. Perlakuan agens antagonis pada pertanaman cabai dilakukan dengan dua cara yaitu (1) Trichoderma harzianum dan Gliocladium fimbriatum diberikan pada perakaran tanaman masing-masing sebanyak 10 gram/lubang tanam dalam media campuran antara sebuk gergaji dengan dedak (1:1 dalam satuan volume), yang diberikan satu minggu sebelum tanam atau lima hari sesudah pemberian pupuk kandang, (2) Pseudomonas spp. kelompok fluorescens pacla filosfir cabai dengan dosis 107-108 cpu, yang diberikan pada tanaman berumur empat minggu sesudah tanam dengan cara menyemprotkan melalui udara. Sebelum diperlakukan pada pertanaman, ketiga agens antagonis tersebut diperbanyak pada media campuran antara sebuk gergaji dengan dedak untuk Trichoderma harzianum dan Gliocladium fimbriatum clan pada media nutrient agar (NA) untuk Pseudomonas spp. kelompok fluorescens. Percobaan ini dilakukan dengan rancangan faktorial dalam rancangan acak kelompok. Percobaan ini terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan agens antagonis yang terdiri atas enam taraf dan faktor kedua adalah perlakuan varietas yang terdiri alas tiga taraf. Peubah yang diamati adalah persentase buah yang terserang antraknosa dan produksi buah meliputi iumlah buah, berat basah dan berat kering buah per tanaman.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPlant protectionid
dc.subject.ddcInsectid
dc.titleAnalisis mikroflora pada tanaman cabai merah (capsicum annum L.) setelah perlakuan agens hayati untuk pengendalian colletotrichum capssicl (syd.) betler et Bisby) penyebab antraknosaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record