Show simple item record

dc.contributor.authorIrjayanti, Erwin Puspaningtyas
dc.date.accessioned2010-05-05T10:38:04Z
dc.date.available2010-05-05T10:38:04Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12448
dc.description.abstractPenelitian mengenai anyaman bambu sebagai bahan baku bambu lapis telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Nugraha (2006). Pada penelitiannya, Nugraha menggunakan perekat UF dan PF dengan tiga vinir anyaman bambu untuk membuat satu panil bambu lapis. Anyaman bambu yang dibuat diberi dua macam perlakuan yang berbeda, yaitu ‘dengan perebusan’ dan ‘tanpa perebusan’. Hasilnya, nilai kadar air dan besarnya keteguhan rekat untuk bambu lapis tanpa perlakuan perebusan telah memenuhi standar SNI, JAS, dan ASTM. Sementara bambu lapis yang vinirnya diberi perlakuan perebusan, nilai keteguhan rekatnya sama sekali tidak memenuhi nilai standar yang telah ada. Besarnya MOE dan MOR tidak diketahui karena dua hal tersebut tidak termasuk dalam objek penelitian yang dilakukan. Penelitian kali ini dilakukan dengan membuat panil bambu lapis berbahan baku anyaman Bambu Tali dengan menerapkan perlakuan terbaik dari hasil penelitian Nugraha (2006) yang menunjukkan bahwa anyaman bambu yang tidak diberi perlakuan perebusan memiliki sifat keteguhan rekat yang lebih baik. Perekat yang digunakan adalah perekat berbahan dasar Isocyanate, dalam hal ini, MDI (Methylene Diphenyl Isocyanate). Pemilihan jenis perekat berbahan dasar Isocyanate berdasarkan pada kenyataan bahwa perekat jenis ini merupakan perekat yang bebas emisi formaldehida sehingga lebih ramah terhadap lingkungan. Panil bambu lapis dibuat berukuran 35 cm x 35 cm x 0,5 cm, dan perlakuan yang diberikan adalah model ‘letak sambungan’. Terdapat lima model ‘letak sambungan’ yang nantinya akan dianalisis untuk menentukan letak sambungan mana yang terbaik untuk diaplikasikan pada kayu lapis berdasarkan hasil pengujian fisis mekanisnya. Pengujian sifat fisis menunjukkan nilai kerapatan berkisar antara 0,875-0,897 kg/cm3, kadar air 10,404-10,554%, pengembangan tebal sebesar 4,703-15,389% dan daya serap air berkisar 28,37-34,457%. Pengujian sifat mekanis menunjukkan sebaran nilai MOE antara 4670-29911 kg/cm2, MOR 178,098-753,024 kg/cm2 dan keteguhan geser tarik antara 0,868-23,275 kg/cm2. Hasil pengujian kadar air dan MOR telah memenuhi standar dalam SNI. Hasil pengujian keteguhan geser tarik, selain bambu lapis kontrol hanya model B, D, dan E yang memenuhi standar SNI. Pada pengujian MOE tidak ada satupun bambu lapis termasuk kontrol yang memenuhi standar SNI. Berbagai hasil pengujian menunjukkan bahwa model letak sambungan B merupakan komposisi sambungan yang terbaik. Berdasarkan kualitas fisis mekanisnya, bambu lapis terbaik pada penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penggunaan meja dekorasi, keranjang ayunan bayi, rak buku, lemari pakaian, lemari sepatu, dan untuk kegunaan struktural lain yang menahan beban tidak lebih dari 41,847 kg (pada ukuran 150 cm x 50 cm). Kata kunci : Model ‘letak sambungan’, anyaman bambu, MDI, Bambu Tali.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Letak Sambungan Terhadap Sifat Fisis Mekanis Bambu Lapis Yang Terbuat Dari Anyaman Bambu Tali (Gigantochloa Apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record