dc.description.abstract | Market outlook 2023 yang dikeluarkan Economist Intelligence Unit tahun
2022 menjelaskan bahwa sektor telekomunikasi dan teknologi akan mengalami
perlambatan pertumbuhan pendapatan di tahun 2023 karena adanya hambatan
makroekonomi global. Ditengah predisi perlambatan pertumbuhan ini perusahaanperusahaan telekomunikasi khususnya di 4 Negara ASEAN dituntut untuk
mempercepat implementasi belanja modal dalam pengembangan jaringan 5G dan
jaringan fiber. Kebutuhan Investasi jangka panjang tersebut harus diselaraskan
dengan kebutuhan modal kerja yang bersifat jangka pendek dalam menjaga
profitabilitas perusahaan dan menjaga trade-off terhadap resiko perusahaan.
Mayoritas perusahaan-perusahaan telekomunikasi di 4 Negara ASEAN pada tahun
2021 memiliki nilai net working capital minus (nilai piutang usaha ditambah
dengan persediaan dikurangi dengan hutang usaha) dengan rentang minus 193 juta
sampai minus 2,015 juta dolar Amerika serikat. Nilai Net working capital (modal
kerja bersih) yang bernilai negatif pada perusahaan-perusahaan telekomunikasi di
4 Negara ASEAN mencerminkan adanya resiko potensial kesulitan keuangan,
apabila tidak berhati-hati dalam pengelolaan modal kerjannya. Apalagi adanya
dorongan untuk penambahaan investasi pada belanja modal (Capital Expenditure)
dalam implementasi 5G akan menambah beban nilai hutang usaha perusahaan.
Penelitian ini menganalisis kondisi pengelolaan modal kerja kemudian
menganalisis faktor-faktor internal (modal kerja) dan faktor eksternal (financial
development) terhadap profitabilitas baik jangka pendek (accounting based)
maupun jangka panjang (market based) pada perusahaan telekomunikasi di 4
Negara ASEAN dengan sampel perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang
terdaftar di Bursa Efek 4 Negara ASEAN dengan periode pengamatan dari tahun
2012 sampai tahun 2021. Penelitian ini merupakan yang pertama yang mengkaitkan
faktor Financial Development (FD) terhadap pengelolaan dan kebijakan modal
kerjanya secara komprehensif pada perusahaan telekomunikasi di 4 Negara
ASEAN.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan deskriptif untuk
menjelaskan pengaruh variabel yang diteliti. Pengolahan data dilakukan terhadap
laporan keuangan perusahaan telekomunikasi di 4 Negara ASEAN untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi data panel untuk dapat melihat pengaruh variabel pengelolaan modal kerja
terhadap profitabilitas perusahaan. Model penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas 12 model yang diklasifikasikan menjadi 4 bagian utama.
Secara umum pengelolaan modal kerja pada perusahaan-perusahaan
telekomunikasi di 4 negara ASEAN menerapkan strategi agresif baik dari sisi
manajemen maupun kebijakan modal kerja. Hal ini terlihat dari nilai Net Trade
Cycle (NTC) bernilai minus 45 hari. Selanjutnya dari sisi Working Capital
Investment Policy (WCIP) menunjukkan nilai 0.19 atau 19%, hal ini menjelaskan
bahwa porsi aktiva lancarnya lebih kecil daripada porsi aktiva tidak lancarnya. Dan
kemudian dari sisi Working Capital Financing Policy (WCFP) menunjukkan nilai
5
0.27 atau 27%, nilai ini lebih tinggi dari porsi Working Capital Investment Policy
(WCIP), hal ini menjelaskan bahwa semua pendanaan aktiva lancarnya dibiayai
oleh hutang lancar.
Dan kemudian beberapa faktor-faktor internal (modal kerja) memiliki
pengaruh signfikan terhadap profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang
perusahaan adalah Net Trade Cycle (NTC), Average Payable Period to Sales
(APPS) dan Working Capital Financing Policy (WCFP). Selanjutnya secara
makroekonomi rasio Financial Development (FD) memoderasi pengaruh variabel
modal kerja terhadap profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang perusahaanperusahaan telekomunikasi di 4 Negara ASEAN.
Manajemen perusahaan dapat menggunakan variabel Net Trade Cycle (NTC)
sebagai alternatif untuk mengukur efektifitas dalam mengelola modal kerjanya,
karena sifat industri perusahaan telekomunikasi merupakan perusahaan jasa.
Dimana penyajian informasi terkait dengan Cost of Goods Sold (COGS) tidak dapat
ditemukan. Sehingga nilai pendapatan menjadi alternatif untuk mengukur siklus
dari variabel-variabel modal kerja. Manajemen perusahaan telekomunikasi harus
menghindari penggunaan utang jangka pendek yang berlebihan untuk membiayai
kebutuhan modal kerjanya karena akan meningkatkan risiko refinancing pada saat
utang telah jatuh tempo. Hal ini juga didukung oleh hasil Working Capital
Financing Policy (WCFP) dimana rasio Working Capital Financing Policy
(WCFP) yang rendah akan meningkatkan profitabilitas jangka pendek dan jangka
panjang yang di proksikan dengan ROA dan Tobin’s Q.
Bagi investor hasil penelitian ini akan memberikan manfaat dalam
menganalisa perusahaan-perusahaan yang menjadi target investasi dengan
memasukkan variabel-variabel pengelolaan modal kerja baik itu dari sisi
manajemen maupun kebijakan modal kerjanya, karena hasil penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap profitabilitas
jangka pendek (ROA) dan profitabilitas jangka panjang (TQ).
Bagi pemerintah di 4 Negara ASEAN dalam membuat kebijakan harus
memberikan prioritas pada reformasi Financial Development (FD) dengan
memastikan bahwa perusahaan-perusahaan diberikan kemudahaan dalam
mendapatkan akses keuangan yang akan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan industri khususnya industri telekomunikasi. | id |