Show simple item record

dc.contributor.advisorSiregar, Vincentius
dc.contributor.advisorSiregar, Vincentius
dc.contributor.authorPrasertya, Muhammad Iqra
dc.contributor.authorPrasertya, Muhammad Iqra
dc.date.accessioned2023-07-04T13:29:57Z
dc.date.available2023-07-04T13:29:57Z
dc.date.issued2023-07
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/120744
dc.description.abstractPerairan laut dangkal merupakan wilayah yang dinamis dan mempunyai peran penting bagi ekologi pesisir. Data dan informasi mengenai karakteristik dasar perairan dangkal yang akurat sangat penting untuk pengembangan wilayah pesisir dan Pulau-Pulau kecil. Indonesia yang memiliki ribuan pulau kecil memiliki karakteristik perairan dangkal yang beragam, sehingga untuk melengkapi kebutuhan data perlu pengkajian mengenai geomorfologi habitat bentik. Citra satelit multispektral telah banyak digunakan untuk estimasi kedalaman di perairan dangkal, salah satunya citra satelit Sentinel-2. Penelitian ini mengkaji potensi penggunaan data citra Sentinel-2 untuk mengestimasi kedalaman, dan struktur geomorfologi bentik habitat pada perairan Pulau Lambasina Kabupaten Kolaka. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kemampuan citra Sentinel-2 untuk mengestimasi batimetri dasar perairan dangkal menggunakan tiga algoritma yakni Lyzenga, Stumpf, Suport vector machine ratio transform (SVM), serta (2) untuk mendapatkan struktur kelas geomorfologi dengan menggunakan pendekatan Benthic Terrain Modeler (BTM). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 hingga Juni 2021 di perairan laut Pulau Lambasina Kecil dan Lambasina Besar, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Bahan-bahan yang digunakan, diantaranya Citra Sentinel-2 dan data batimetri (hasil pemeruman Maps sounder). Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini berupa perangkat keras seperti echosounder, Global Policy and Strategy (GPS) dan Laptop serta perangkat lunak seperti ArcGIS, QGIS, Envi 5.3, Surfer dan Microsoft Excel. Klasifikasi struktur geomorfologi perairan dangkal, menggunakan Citra Sentinel-2 dan diintegrasikan dengan data hasil pemeruman lapangan dengan pendekatan BTM. Penelitian dilaksanakan dengan beberapa tahapan, diantaranya pra-pengolahan citra, koreksi pasang surut, estimasi kedalaman perairan dangkal (batimetri), uji akurasi data batimetri estimasi dari citra satelit dan mengkombinasi batimetri dari citra satelit dengan data pemeruman untuk mendapatkan kelas struktur geomorfologi perairan dangkal. Kelas struktur geomorfologi perairan dangkal di dapatkan dengan input data Fine Bahthymetry Position Index, Broad Bahthymetry Position Index dan data kemiringan (slope). Estimasi kedalaman maksimum pada perairan laut dangkal Pulau Lambasina Kecil dan Lambasina Besar adalah 20 meter pada setiap algoritma yang digunakan pada citra Sentinel-2. Algoritma (SVM) menjadi model terbaik dibandingkan dengan algoritma Stumpf dan Lyzenga dalam pendugaan kedalaman perairan laut dangkal dengan kondisi perairan yang jernih pada kedua pulau. Kombinasi scale factor yang digunakan pada lokasi penelitian yakni Fine_BPI 86 dan Broad_BPI 139. Terdapat 13 kelas struktur geomorfologi yang didapatkan pada kedua pulau dengan hasil analisis BTM. Kelas struktur geomorfologi yang paling bervariasi didapatkan pada wilayah Pulau Lambasina Besar. Variasi kelas struktur yang tinggi ditemukan pada wilayah terumbu karang diantaranya terdapat flat ridges, narrow depressions, local ridges, crevices, dan steep slopes pada wilayah perairan dangkal Pulau Lambasina Besar yang menandakan pada daerah tersebut memiliki kompleksitas habitat yang cukup tinggi.id
dc.language.isoidid
dc.titleKajian Geomorfologi Perairan Dangkal Menggunakan Citra Sentinel-2 dan Data Kedalaman Perairan Dengan Pendekatan Analisis Benthic Terrain Modelerid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbatimetri, lyzenga, penginderaan jauh, perairan dangkal, stumpf, support vector machineid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record