Show simple item record

dc.contributor.authorHutagaol, Edinho Ikhtisar Pangihutan
dc.date.accessioned2010-05-05T04:13:50Z
dc.date.available2010-05-05T04:13:50Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12009
dc.description.abstractKendala modal merupakan salah satu penghambat utama bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu dibutuhkan lembaga yang dapat membantu pengusaha agribisnis dalam penyediaan modal usahanya. Salah satu lembaga tersebut adalah bank. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut, maka diharapkan bank dapat membantu pengusaha agribisins untuk meningkatkan produktivitas sektor agribisnis Indonesia melalui kredit yang diberikannya. Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian khusus terhadap perkembangan sektor agribisnis skala mikro adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Adanya KUR ini diharapkan para pengusaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat menerima pinjaman modal minimal hanya dengan melengkapi surat keterangan usaha (SKU) dari Kepala Desa saja. Adanya program ini membuat banyak minat pengusaha untuk memanfaatkannya sebagai tambahan modal usahanya. Oleh karena itu BRI harus lebih selektif dalam mencairkan KUR ini kepada nasabah sehingga sasaran untuk penambahan modal bagi pengusahan dapat tercapai. Suku bunga yang relatif rendah (13,5 persen/tahun) membuat KUR ini menjadi target utama pengusaha kecil dalam pemenuhan kebutuhan modal usahanya. Hampir sebagian besar pengusaha mikro mengajukan pinjaman modal di BRI Unit Cigombong dengan harapan mereka nantinya dapat memperoleh dana pinjaman dari bank. Namun dari keseluruhan pengajuan yang masuk ke BRI Unit Cigombong hanya sebagian kecil saja yang berhak menerima pinjaman dari BRI Unit Cigombong. Usaha yang kurang layak ataupun karakter yang kurang baik merupakan sebagian kecil alasan mengapa nasabah yang mengajukan pinjaman modal tidak dapat memperoleh pencairan pinjaman dari BRI Unit Cigombong. Oleh karena itu maka pihak BRI harus dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pencairan pinjaman KUR kepada nasabah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas di penelitian ini adalah bagaimana mekanisme penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) di BRI Unit Cigombong? dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pencairan pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada sektor agribisnis di BRI Unit Cigombong? Metode penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel adalah 43 nasabah yang sedang menikmati pinjaman KUR. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pencairan kredit adalah lama usaha sudah berjalan (tahun), pendapatan bersih rumah tangga per tahunnya (dalam Rupiah), tingkat pendidikan nasabah dimana D = 0 ; tingkat pendidikan SD, D = 1 ; tingkat pendidikan SMP/SLTP, D = 2 ; tingkat pendidikan SMA/SLTA, nilai agunan/ Jaminan, dummy, D = 0 ; tidak ada agunan,D = 1 ; ada agunan, lokasi usaha / jarak dengan BRI Unit Cigombong (km),usia nasabah (tahun). Secara umum prosedur pencairan KUR haruslah melewati tahap kelengkapan berkas, pengajuan permohonan, dan penilaian kredit apakah layak atau tidak untuk mendapatkan KUR. Apabila suatu usaha dinilai layak untuk diberikan KUR, maka Kepala Unit dapat langsung memutuskan pemberian kredit tersebut. Dalam hal ini, plafond maksimal pemberian KUR di BRI Unit adalah sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah). Bila permohonan KUR tersebut tidak layak, maka Kepala Unit dapat langsung memberikan keputusan penolakan kepada nasabah. Adapun kegiatan usaha yang termasuk dalam penelitian ini adalah budidaya ayam potong, jual beli sayuran, budidaya jagung manis, budidaya singkong, jual beli buah-buahan, dagang bakso, dan penggilingan mie ayam. Pendugaan model linear berganda memperlihatkan koefisien determinasi (R2) sebesar 74,0 %. Hal ini menandakan bahwa 74,0 persen variabel pencairan kredit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang mempengaruhi pencairan kredit dan sisanya sebesar 26,0 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam variabel ini. Uji F menggambarkan bahwa model nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen yang berarti variabel-variabel yang mempengaruhi pencairan kredit secara bersamaan mempengaruhi pencairan kredit. Melalui hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai Fhit adalah 20,91. Dari Ftabel diperoleh nilai F6;36;0,05 = 3,790. Nilai Fhit > Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda ini pada variabel independen dan variabel dependennya terdapat hubungan linear karena menolak H0. Dari uji t diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pencairan kredit adalah pengalaman usaha, pendapatan rumah tangga dalam setahun, tingkat pendidikan, ada tidaknya jaminan dan jarak lokasi usaha. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat, dimana diduga semua variabel berpengaruh nyata terhadap pencairan kredit. Jarak lokasi dengan BRI Unit Cigombong tidak berpengaruh nyata terhadap pencairan kredit, karena dianggap bahwa jarak wilayah kecamatan Cigombong yang tidak terlalu luas sehingga memungkinkan untuk dicapai dan diberikan pencairan kredit. Nilai VIF untuk masing – masing peubah bebas lebih kecil dari lima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antar peubah bebas (multikolinearitas).id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pencairan kredit usaha rakyat (KUR) di sektor agribisnis (Kasus pada BRI Unit Cigombong-Bogor)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record