Show simple item record

dc.contributor.advisorHakim, Dedi Budiman
dc.contributor.advisorPurnamadewi, Yeti Lis
dc.contributor.authorSyahrial
dc.date.accessioned2023-06-05T03:59:59Z
dc.date.available2023-06-05T03:59:59Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118348
dc.description.abstractDalam era otonomi daerah (2006-2012), Sumatera Barat mengalami perkembangan ekonomi dan sosial yang mengesankan. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat relatif tinggi, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera dan nasional. Disamping itu, dalam kurun waktu tersebut nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan belanja infrastruktur Sumatera Barat cenderung meningkat. Namun demikian, data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT 2013) menunjukkan bahwa terdapat 67 persen kabupaten di Sumatera Barat yang masih tergolong daerah tertinggal. Hal ini mengindikasikan adanya ketimpangan ekonomi antar wilayah yang cukup besar di provinsi tersebut. Indikasi tersebut juga terlihat dari fakta bahwa sebagian besar (lebih dari 50 persen) kabupaten di Sumatera Barat mempunyai pendapatan perkapita maupun pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil daripada di tingkat provinsi. Dalam hal ini menjadi penting mengembangkan perekonomian daerah tertinggal untuk memperkecil ketimpangan antar wilayah. Banyak hasil studi menunjukkan bahwa pembangunan IPM, infrastruktur dan perekonomian sektoral mempunyai peranan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi wilayah. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka tujuan dari studi ini adalah (1) Menganalisis tingkat perkembangan ekonomi sektoral, (IPM) dan Rasio Belanja Infrastruktur (RBI) (2) Mengkaji perkembangan tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah serta (3) Menganalisis besarnya dampak IPM, RBI dan PDRB sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah di era otonomi di Provinsi Sumatera Barat dan daerah tertinggal khususnya. Terdapat beberapa metode analisis dalam menjawab tujuan studi tersebut dan data yang digunakan berupa data sekunder. Untuk menganalisis tingkat perkembangan ekonomi sektoral digunakan Indeks Diversitas Entropi, sementara untuk untuk mengkaji ketimpangan pembangunan antar wilayah digunakan Indeks Williamson. Selanjutnya untuk melihat dampak PDRB sektoral, IPM dan Rasio Belanja Infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi digunakan model ekonometrik data panel. Data panel yang digunakan mencakup data tahunan time series tahun 2004-2012 dan data cross section dari seluruh kabupaten (19 kabupaten) di Sumatera Barat. Hasil studi menunjukkan bahwa peluang perkembangan aktivitas ekonomi sektoral di semua kabupaten/kota di Sumatera Barat, baik untuk daerah tertinggal maupun tidak tertinggal masih didominasi oleh sektor pertanian dimana dominansi sektor pertanian di daerah tertinggal relatif tinggi. Meskipun pertumbuhan sektor pertanian relatif rendah, namun di wilayah daerah tertinggal kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB cenderung meningkat dan sebaliknya dengan sektor industri; keadaan sebaliknya di wilayah daerah tidak tertinggal. Secara umum, kabupaten/kota di wilayah daerah tidak tertinggal memiliki peluang lebih besar terhadap tingkat kemerataan perkembangan semua sektor dibandingkan kabupaten di wilayah daerah tertinggal. dst ..id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPhysical planningid
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddc2014id
dc.titleDisparitas Regional dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat Era Otonomi Daerahid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordregional disparitiesid
dc.subject.keywordeconomic growth regional autonomyid
dc.subject.keywordthe Province of West Sumateraid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record