Show simple item record

dc.contributor.advisorBudiardi, Tatag
dc.contributor.advisorEffendi, Irzal
dc.contributor.advisorHadiroseyani, Yani
dc.contributor.authorMuhlis
dc.date.accessioned2023-05-17T04:13:52Z
dc.date.available2023-05-17T04:13:52Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117640
dc.description.abstractProduksi kepiting bakau diharapkan dari teknologi budidaya yang efisien, salah satunya sistem single room. Pendekatan sistem single room ditujukan untuk menekan kematian akibat kanibalisme, tetapi berdampak mempersempit ruang gerak bagi kepiting. Ukuran wadah memberikan pengaruh terhadap gerakan horisontal yang akan berdampak terhadap respons stres kepiting bakau. Ketinggian air akan berdampak terhadap pergerakan kepiting bakau secara vertikal dalam proses respirasi pada permukaan air. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja produksi dan fisiologi kepiting bakau (Scylla sp.) pada sistem single room dengan ukuran wadah dan ketinggian air berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu faktor ukuran wadah dan faktor ketinggian air, sehingga menghasilkan 9 perlakuan yang diberi 6 kali ulangan. Sembilan perlakuan penelitian kepiting bakau tersebut adalah ukuran wadah 30 cm x 30 cm, dengan ketinggian air 30 cm (P33), 50 cm (P35), 70 cm (P37); ukuran wadah 40 cm x 40 cm, dengan ketinggian air 30 cm (P43), 50 cm (P45), 70 cm (P47), dan ukuran wadah 50 cm x 50 cm, dengan ketinggian air 30 cm (P53), 50 cm (P55), 70 cm (P57). Terdapat 54 unit percobaan yang masing-masing unit percobaan berisi 1 ekor kepiting uji. Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari dengan pemberian pakan dua kali sehari sebanyak 5 % dari bobot tubuh perhari. Pengambilan sampel untuk menghitung parameter kinerja produksi dilakukan dua minggu sekali, parameter fisiologi kepiting dilakukan pada awal, tengah, akhir penelitian, dan parameter fisika kimia air dilakukan setiap hari. Parameter uji meliputi kinerja produksi (laju pertumbuhan spesifik, periode molting, rasio konversi pakan, tingkat kelangsungan hidup, dan tingkah laku kepiting dalam wadah), parameter fisiologi (kadar glukosa, THC, gradien osmotik, dan tingkat konsumsi oksigen), dan parameter fisika kimia air tambak. Hasil penelitian menunjukkan bobot rata – rata awal kepiting bakau 57.89 ± 2.18 g ekor-1 dan pada akhir penelitian bobot rata – rata kepiting bakau yaitu 148.59 ± 16.56 g ekor-1. Tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau pada semua perlakuan yaitu 100 %. Laju pertumbuhan spesifik kepiting bakau pada penelitian ini yakni antara 1.18 % hari-1 sampai 1.31 % hari -1. Periode molting kepiting bakau selama penelitian antara 13 hari - 16 hari dan rasio konversi pakan kepiting bakau yaitu antara 1.70 - 1.91. Hasil pengukuran parameter kinerja produksi kepiting yang dipelihara selama 60 hari menunjukkan peningkatan pada setiap perlakuan. Parameter fisiologi kepiting bakau yang diamati selama penelitian ini adalah kadar glukosa antara 24.56 - 29.67 mg dL-1, THC antara 2.00 - 5.00 (x 106 sel mL-1), dan gradien osmotik antara 325.75 - 396.33 mOsm l H2O-1. Analisis statistik menunjukkan tidak adanya interaksi antara ukuran wadah dan ketinggian air. Hasil analisis statistik juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar semua perlakuan yang diberikan (P>0.05). Tidak adanya perbedaan yang nyata antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain dikarenakan kondisi lingkungan dan perlakuan yang diberikan masih dalam batas toleransi kepiting bakau. Selain itu, waktu pemeliharaan kepiting bakau yang relatif singkat juga diduga memberikan hasil yang tidak berbeda. Pertumbuhan kepiting bakau ini diduga karena kondisi kepiting dalam wadah budidaya masih dalam batas toleransi terhadap stres, sehingga kepiting tidak mengalami stres. Parameter fisika kimia air tambak selama penelitian masih dalam kisaran optimum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ukuran wadah dan ketinggian air pada sistem single room tidak mengakibatkan perbedaan pada kinerja produksi budidaya kepiting bakau berdasarkan tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan, periode molting, rasio konversi pakan, kadar glukosa, THC, dan gradien osmotik kepiting bakau. Untuk efisiensi pemanfaatan tambak, disarankan membudidayakan kepiting bakau sistem single room dengan ukuran wadah 30 cm x 30 cm x 40 cm dengan ketinggian air 30 cm. Selanjutnya, perlu dilakukan pengamatan tingkah laku kepiting bakau didalam wadahid
dc.language.isoidid
dc.publisher2019id
dc.titleKinerja Produksi dan Fisiologi Kepiting Bakau (Scylla sp.) pada Sistem Single Room dengan Ukuran Wadah dan Ketinggian Air Berbedaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordfisiologiid
dc.subject.keywordkepiting bakauid
dc.subject.keywordketinggian airid
dc.subject.keywordkinerja produksiid
dc.subject.keywordukuran wadahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record