Show simple item record

dc.contributor.advisorSoekmadi, Rinekso
dc.contributor.advisorRachmawati, Eva
dc.contributor.authorAnjana, Muhamad Redito Gea
dc.date.accessioned2023-05-16T04:13:32Z
dc.date.available2023-05-16T04:13:32Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117620
dc.description.abstractPandemi COVID-19 telah memberikan dampak buruk bagi masyarakat wisata secara luas, termasuk bagi masyarakat Desa Gedepangrango sebagai masyarakat desa penyangga yang banyak bergantung pada aktivitas wisata di Situgunung, Taman Nasional Gunung Gedepangrango. Keterbatasan kewenangan masyarakat dalam pengelolaan wisata di Situgunung membuat masyarakat tidak memiliki banyak pilihan. Menyikapi keterpurukan tersebut strategi pemulihan mulai dipikirkan oleh masyarakat melalui pengembangan objek wisata yang ada di dalam desanya sendiri sebagai desa penyangga wisata sehingga masyarakat dapat memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaanya. Desa penyangga wisata merupakan terminologi bagi sebuah desa penyangga yang memenuhi kriteria-kritera untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Tujuan penelitian yang dilaksanakan mengacu pada kerangka teori pengembanan wisata mencakup aspek supply, demand, dan supporting system berdasarkan 6 kriteria pengembangan desa wisata. Penelitian dilakukan secara langsung di lapangan untuk mendapatkan data objek, masyarakat, dan stakeholder, dan secara daring untuk medapatkan data pengunjung dan data beberapa stakeholder. Instrumen yang digunakan yaitu panduan wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Gedepangrango saat ini telah memiliki 6 objek berkembang dan 3 objek potensial berbasis pertanian hortikultura dan hasil hutan bukan kayu, serta sudah tersedia sarana prasarana dasar. Modal sosial komunitas masyarakat Desa Gedepangrango masih lemah, meskipun telah memiliki dukungan yang tinggi terhadap pengembangan desa penyangga wisata, tetapi belum memiliki kesiapan untuk terlibat langsung dalam pengembangannya. Permintaan pengunjung terhadap desa penyangga wisata Gedepangrango sangat tinggi, namun tidak disertai kesediaan untuk membayar program yang ditawarkan dengan nilai rata-rata WTP yang diperoleh adalah Rp251.197,00. Terdapat 14 Stakeholder yang terlibat yaitu 6 Pemerintah, 1 Akademisi, 6 Masyarakat, dan 1 Industri/Bisnis yang terkelompok dalam kategori Key Player (Pemerintah Desa Gedepangrango, BPP Kadudampit, Pengelola Kampung Lahang, Bumi Karuhun Kadudampit, UMKM Pujasera), Subject (Universitas Pancasila, dan KTH Mekarsari), Context Setter (Dinas Pariwisata Kab. Sukabumi, Pemerintah Kec. Kadudampit, dan Pokdarwis Desa Gedepangrango), dan Crowds (Komunitas Kasenian, Bappedalitbang Kab. Sukabumi, dan BTNGGP). Strategi pengembangan terdiri atas tiga strategi yaitu penataan dan penguatan organisasi kelembagaan dan stakeholder desa penyangga wisata, perencanaan strategis penyelenggaraan, program, dan pemasaran desa penyangga wisata, serta optimalisasi potensi objek dan sarana prasarana desa penyangga wisata.id
dc.description.sponsorshipBeasiswa Sinergiid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleStrategi Pengembangan Desa Penyangga Wisata Resort Situgunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrangoid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbufferid
dc.subject.keywordCOVID-19id
dc.subject.keywordGedepangrangoid
dc.subject.keywordtourismid
dc.subject.keywordvillageid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record