Show simple item record

dc.contributor.advisorWiryawan, Komang Gede
dc.contributor.advisorDewi MHK, Panca
dc.contributor.advisorWibawan, Wayan Teguh
dc.contributor.authorSobri, Muchammad
dc.date.accessioned2023-05-08T05:03:28Z
dc.date.available2023-05-08T05:03:28Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117315
dc.description.abstractTingkat kematian kelinci pada fase lepas sapih dan pertumbuhan mencapai 11 – 12 %. Tingkat kematian kelinci dengan pemeliharaan umum di daerah sub tropis adalah 8.5 %. Sementara itu, penyakit yang sering timbul di daerah tropis adalah diare akibat terinfeksi E. coli hingga menyebabkan tingginya angka kematian yaitu 56.8 %. Angka kematian ternak kelinci yang dialami peternak menjadi semakin besar karena keberadaan penyakit lain dan faktor-faktor lainnya. Permasalahan ini belum dapat ditanggulangi dengan optimal sehingga menyebabkan trauma bagi peternak kelinci di Indonesia. Serat dalam pakan sangat penting bagi kelinci terutama pada fase kritis. Serat ini memiliki peran sebagai bahan yang membantu proses pencernaan, pengaturan mikrobial flora, dan perkembangan saluran pencernaan. Peningkatan rasio pati dan serat dengan pemberian neutral detergent fiber (NDF) kurang dari 300 g dapat menyebabkan gangguan aliran pakan dalam usus dan produksi biomasa bakteri pada sekum kelinci lepas sapih. Perbandingan serat dan defisiensi diet mempengaruhi komunitas mikroba pada sekum. Pengurangan NDF pada pakan dari 300 gram kg-1 menjadi 250 gramk-1 menyebabkan peningkatan mikroflora di ileum dan penurunan mikroflora di sekum. Sebaliknya, ditinjau dari segi kesehatan saluran cerna, konsumsi serat yang tinggi mengakibatkan terjadinya infeksi dan meningkatkan jumlah colibacillosis. Secara umum ukuran partikel pakan berserat untuk ternak kelinci adalah 0.5 – 1.5 mm sebelum dibuat pellet. Ukuran partikel pakan mempengaruhi pencernaan dan sangat penting untuk motilitas usus kelinci. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kualitas nutrien dan gangguan sistem pencernaan yang berpengaruh pada status stres kelinci. Hasil pengamatan dari status immunoglobulin A (IgA) dan hematologi dari penilitian ini diharapkan dapat menghasilkan standar kebutuhan nutrien pakan kelinci lepas sapih dan pertumbuhan sebagai acuan mencegah tingginya angka kematian, meningkatkan status kesehatan dan menghasilkan produktifitas yang tinggi pada kelinci fase lepas sapih dan pertumbuhan yang selama ini belum terpecahkan di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas disusun penelitian untuk menjawab tantangan yang dapat meningkatkan performans kelinci lepas sapih berbasis pada interaksi rasio kandungan NDF dan ukuran partikel pakan berserat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 3 yakni faktor pertama terdiri atas 3 level NDF yaitu F1 = 33.60 %, F2 = 36.10 % dan F3 = 41.43 % dan 3 ukuran partikel pakan berserat yang dihasilkan dari saringan yang diameter berbeda yaitu P1 = 1 mm, P2 = 2 mm dan P3 = 3 mm) (Tabel 1). Masing-masing perlakuan diulang 4 kali, setiap ulangan (flok) terdiri atas 4 ekor kelinci lepas sapih. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat mortalitas, konsentrasi IgA, data hematologi, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, feed convertion ratio (FCR), IOFC, persentase karkas pada kelinci fase penggemukan, panjang saluran pencernaan per bobot hidup (sekum dan usus buntu), kecernaan bahan kering, serat kasar dan fraksi serat (NDF, ADF, selulosa, dan lignin), asam organik (asam asetat, asam propionat, dan asam butirat), dan total E. coli dan bakteri asam laktat pada isi sekum. Konsentrasi IgA diukur pada cairan intestinal dan darah. Data hematologi yang diamati adalah jumlah limfosit, dan neutrofil. Kondisi IgA, hematologi dan E. coli digunakan untuk melihat status kesehatan yang berkolerasi dengan penyebab tingginya angka kematian kelinci fase lepas sapih dan pertumbuhan. Sedangkan perbandingan antara neutrofil dan limfosit (N/L) digunakan sebagai indikator untuk mengetahui status stress pada hewan coba. Dari penelitian ini adalah rataan mortalitas hingga minggu ke-12 pada kelinci NZW adalah 19.44%. Kombinasi perlakuan F2P2 dan F2P3 menunjukkan tingkat kematian terendah yaitu 0% dan pada titik pertemuan perlakuan antara F2 dengan P2 dan F3 dengan P2 menunjukkan cemaran infeksi E. coli rendah yaitu 2.55 x 109 cfu mL-1 dan 2.70 x 109 cfu mL-1. Hal ini menunjukkan ada huhungan antara mortalitas dengan cemaran infeksi E. coli. Kandungan IgA serum darah kelompok perlakuan F2P2 pada fase lepas sapih 81.14 ng mL-1. Nilai ini merupakan nilai rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. hal ini menunjukkan rendahnya tingkat infeksi E. coli yaitu 2.71 x 109 cfu mL-1. Kombinasi perlakuan F3P2 pada fase lepas sapih meningkatkan immunoglobulin A (IgA) dalam serum darah dan cairan ilium sebesar 163.76 ng mL-1 dan 71.10 ng mL-1. Nilai ini merupakan nilai tertingi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Kemampuan produksi IgA yang tinggi pada kombinasi perlakuan ini dapat menekan laju pertumbuhan E. coli dan status stress terendah yaitu 2.55 x 109 cfu mL-1 dan 1.14. Perlakuan pakan mempengaruhi nilai hematologi kelinci pada fase kritis. Perbedaan tingkat infeksi dan stres pada kelinci fase kritis juga teramati sebagai respon perbedaan pakan. Kombinasi F1P1 dan F3P2 menunjukkan pola rataan yang sama terhadap penambahan ukuran panjang sekum per bobot hidup yaitu 0.080 dan 0.046 dan ukuran panjang usus buntu per bobot hidup yaitu 0.0101 dan 0.0113 pada fase pertumbuhan. Pada fase lepas sapih dan pertumbuhan, kombinasi perlakuan mempengaruhi kecernaan (bahan kering, serat kasar, NDF, ADF, selulosa, asam asetat, propionat), total asam organik. Rataan performa kelinci yang dipelihara pada fase penggemukan mulai minggu ke-5 sampai minggu ke-12 dengan rataan suhu kandang sebesar 26.01 °C menghasilkan rataan konsumsi pakan sebesar 4.78 kg ekor-1. Perlakuan F2 menunjukkan hasil pertambahan bobot badan (PBB) FCR. IOFC dan persentase karkas terbaik sebesar 1.80 kg ekor-1, 2.78, Rp. 37.510.-/ekor dan 50.08 %. Kesimpulan penelitian ini adalah Pakan perlakuan mempengaruhi mortalitas, imunitas, hematologi, histologi, mikrobial flora VFA, kecernaan bahan kering, kecernaan serat, status stress dan produktivitas kelinci pada fase kritis. Kombinasi perlakuan F3P2 merupakan pakan terbaik dalam penelitian ini.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcPeternakanid
dc.subject.ddcNutrisi hewanid
dc.subject.ddcPakanid
dc.titleInteraksi level NDF dan ukuran partikel pakan berserat terhadap mortalitas dan produktivitas kelinci fase lepas sapih dan pertumbuhan di daerah tropis basahid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordNDFid
dc.subject.keywordfiber sizeid
dc.subject.keywordfiber digestionid
dc.subject.keywordmicro floraid
dc.subject.keywordrabbits productionid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record