Show simple item record

dc.contributor.advisorSadik, Kusman
dc.contributor.advisorNotodiputro, Khairil Anwar
dc.contributor.advisorSartono, Bagus
dc.contributor.authorSumarni, Cucu
dc.date.accessioned2023-05-08T04:53:55Z
dc.date.available2023-05-08T04:53:55Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117311
dc.description.abstractModel pendugaan area kecil (SAE) telah banyak digunakan oleh ahli statistik dan pembuat kebijakan untuk mendapatkan statistik area kecil karena metode ini lebih efisien daripada metode pendugaan langsung dalam beberapa kasus. Model dasar tipe level area (model FH) diperkenalkan oleh Fay dan Herriot (1979). Komponen pengaruh acak dan galat penarikan contoh pada model FH umumnya diasumsikan memiliki sebaran normal, namun sebaran ini sangat sensitif terhadap pencilan. Model FH mungkin berkinerja buruk dalam mendapatkan prediktor takbias linear terbaik empiris (EBLUP) ketika data mengandung pencilan. Masalah seperti ini biasanya diatasi dengan membuang pencilan, namun hal ini dapat menyebabkan kehilangan beberapa informasi penting, atau dengan menggunakan metode transformasi log, namun metode ini mungkin menghasilkan perkiraan yang tidak akurat. Metode kekar juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ini, seperti menggunakan fungsi Huber atau mengganti asumsi normalitas dengan sebaran-t. Fungsi Huber digunakan untuk mengatasi pencilan karena ini merupakan fungsi terbatas, artinya untuk nilai-nilai amatan yang dianggap pencilan diberi pembobotan sehingga dugaan yang dihasilkan terbatas. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran-t juga mempunyai fungsi pengaruh (IF) yang terbatas terutama ketika derajat bebas kecil. Sementara itu, sebaran normal mempunyai IF yang tidak terbatas. Model kekar Huber dapat dengan baik mengatasi pencilan level area. Namun, ada tiga jenis pencilan yang mungkin ada dalam model SAE, yaitu pencilan level unit, level area atau keduanya. Mengganti asumsi normalitas dengan sebaran-t telah dipelajari untuk mengatasi masalah pencilan ini dengan menggunakan pendekatan Bayesian. Namun, hanya menangani pencilan level area atau level unit saja dengan mengasumsikan sebaran-t pada pengaruh acak atau galat penarikan contoh secara terpisah. Sementara itu, lembaga statistik resmi terutama di negara berkembang umumnya lebih menyukai pendekatan frekuentis seperti metode kemungkinan maksimum daripada Bayesian karena alasan komputasi. Jadi, penelitian ini mengusulkan pengembangan model kekar SAE dengan mengasumsikan sebaran-t baik pada pengaruh acak dan galat penarikan contoh dengan metode pendugaan menggunakan pendekatan fungsi kemungkinan, dan dinamakan model t-SAE. Algoritme ekspektasi-maksimisasi bersyarat (ECM) disajikan untuk mendapatkan pendugaan parameter model. Selanjutnya model t- SAE yang diusulkan, diterapkan pada data SUSENAS Kota Bandung Maret 2015 dalam memperkirakan rata-rata pengeluaran rumah tangga per kapita level kecamatan. Hasilnya menunjukkan bahwa model t-SAE menghasilkan nilai kriteria Akaike (AIC) yang lebih kecil dibanding model FH dan pendugaannya lebih dekat dengan hasil SAE-Huber. Simulasi juga menunjukkan bahwa model t-SAE memiliki kinerja yang lebih baik daripada model FH dan bahkan model SAE-Huber ketika data mengandung pencilan level unit dan area. Model ini menghasilkan bias dan kuadrat tengah galat (MSE) EBLUP yang lebih kecil. Menemukan MSE EBLUP dan penduganya dalam model pendugaan area kecil secara analitik merupakan salah satu tantangan bagi para peneliti SAE. Hal ini juga dilakukan pada model yang diusulkan. Hasilnya menunjukkan bahwa MSE EBLUP ini bergantung pada ragam asimtotik dari penduga parameter model. Berdasarkan pada metode penghitungan ragam asimtotik dari penduga ragam pengaruh acak, pendugaan MSE EBLUP dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu informasi Fisher dan pseudo fungsi kemungkinan. Simulasi menunjukkan bahwa pendekatan pseudo fungsi kemungkinan lebih dapat diandalkan daripada pendekatan informasi Fisher. Selanjutnya, hasil simulasi diterapkan untuk menduga MSE dari pendugaan rata-rata pengeluaran rumah tangga per kapita, lalu dibandingkan dengan MSE metode pendugaan langsung dan beberapa alternatif model SAE lainnya, seperti model FH dan SAE-Huber. Hasilnya menunjukkan bahwa model yang diusulkan memiliki MSE EBLUP yang lebih kecil daripada metode pendugaan langsung dan model SAE lainnya. Selain analisis peubah respon tunggal, dewasa ini semakin banyak peneliti yang tertarik untuk menganalisis peubah respon ganda yang mungkin berkorelasi. Dalam kerangka pendugaan area kecil, model SAE peubah respon ganda (multi- FH) telah dipelajari beberapa peneliti. Namun, pengembangan model kekar SAE berbasis sebaran-t untuk kasus peubah respon ganda belum pernah dibahas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dilakukan pengembangan model kekar SAE berbasis sebaran-t untuk kasus peubah respon ganda dan selanjutnya disebut sebagai model multi-t SAE. Model yang diusulkan tersebut diimplementasikan dalam memperkirakan rata-rata pengeluaran rumah tangga per kapita untuk konsumsi makanan dan konsumsi non makanan pada level kecamatan. Selanjutnya, hasilnya dibandingkan dengan hasil pendugaan model multi-FH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara pengeluaran konsumsi makanan dan non makanan. Selain itu, berhasil ditunjukkan bahwa nilai dugaan dengan metode yang diusulkan menghasilkan nilai MSE yang lebih kecil dibanding model multi-FH.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.subject.ddcStatistikid
dc.subject.ddcMathematics and Natural Scienceid
dc.titlePengembangan Model Kekar Berbasis Sebaran-t untuk Pendugaan Area Kecil dengan Peubah Respon yang Mengandung Pencilanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordrobust of small area estimationid
dc.subject.keywordarea level modelid
dc.subject.keywordt-distributionid
dc.subject.keywordunit and area level outliersid
dc.subject.keywordlikelihood approachid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record