Show simple item record

dc.contributor.advisorTondok, Efi Toding
dc.contributor.advisorIstiaji, Bonjok
dc.contributor.authorPapona, Alisya Talita
dc.date.accessioned2023-01-25T01:19:47Z
dc.date.available2023-01-25T01:19:47Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116279
dc.description.abstractKelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang mendukung perekonomian di Sangihe. Inventarisasi hama dan penyakit yang spesifik di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe belum pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan hama dan penyakit pada tanaman kelapa di Sangihe serta mendapatkan data luas serangan hama dan insidensi penyakit. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara, pengambilan sampel, identifikasi hama dan penyakit dan analisis data. Wawancara dilakukan kepada 10 petani di setiap kecamatan menggunakan kuesioner. Hasil pengamatan menunjukan bahwa mayoritas petani kelapa di Kepulauan Sangihe berumur >50 tahun dengan tingkat pendidikan sekolah dasar. Sebanyak 75% petani bertindak sebagai pemilik lahan dan 25% sebagai penyewa. Penyakit yang ditemukan adalah penyakit busuk pucuk (Phytophthora palmivora) dan penyakit bercak daun kelabu (Pestalotiopsis palmarum). Insidensi dan keparahan tertinggi di Kecamatan Tabukan Utara dengan persentase masing-masing 43% dan 22%, sedangkan insidensi dan keparahan terendah di Kecamatan Tahuna Barat dengan persentase masing-masing 3% dan 1%. Hama yang ditemukan adalah belalang Sexava coriacea, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), kumbang janur (Brontispa longissima), kumbang bibit (Plesispa reichei), tungau kelapa (Aceria guerreronis), kutu perisai (Aspidiotus sp.) dan tikus ekor putih (Maxomys hellwandii). Pengamatan luas dan intensitas kerusakan Sexava coriacea dilakukan di Kecamatan Tahuna Barat dengan memilih tiga kategori lahan. Lahan A ditanami Kelapa Dalam secara monokultur, berumur 60-80 tahun, tidak pernah dipupuk dan disiangi tiga bulan sekali. Lahan B berupa lahan Kelapa Hibrida, berumur 40 tahun, pernah dipupuk, dibersihkan tiga sampai empat bulan sekali, ditanami tanaman sela yaitu pisang. Lahan C adalah lahan Kelapa Dalam, berumur 60-80 tahun, tidak pernah dipupuk, dibersikan sebulan sekali, ditanami tanaman sela yaitu pepaya. Kerusakan tertinggi terjadi di lahan B dengan persentase sebesar 39%, sedangkan kerusakan terendah di lahan C dengan persentase 17%.id
dc.description.abstractCoconut (Cocos nucifera L.) is one of the strategic commodities supporting farmers' economies in the Sangihe Islands Regency. There has yet to be any data and information regarding the list of coconut pests and diseases in Sangihe. This study aims to determine the presence of pests and diseases in coconut plants in Sangihe and to measure the intensity of pest attacks and disease occurrence. The research includes interviews, sampling, pest and disease identification, and data analysis. Interviews were conducted with 10 coconut farmers in every district using a questionnaire. Most coconut farmers are over 50 years old with an elementary school-educated background. In addition, 75% are land owners, while 25% are land tenants. The result of disease observation in Sangihe Islands was gray leaf spot disease caused by Pestalotiopsis palmarum and bud rot disease caused by Phytophthora palmivora. The highest incidence and severity of coconut gray leaf spot disease were observed in the Tabukan Utara district at 43% and 23%, respectively. In contrast, the lowest disease incidence and severity were observed in the Tahuna Barat district, 3% and 1%, respectively. Some pests found were Oryctes rhinoceros L., Sexava coriacea, Brontispa longissima, Plesispa reichei, Aceria guerreronis, Aspidiotus sp. and Maxomys hellwandii. Sexava coriacea attacks were observed in Tahuna Barat district by selecting three field categories. Field A was planted with Tall Coconut, 60-80 years old in monoculture, had never been fertilized and was weeded once every three months. Field B was a Hybrid Coconut plantation, 40 years old, fertilized, weeded every three to four months, and intercropped with bananas. Field C was planted with Tall Coconut, 60-80 years, never been fertilized, weeded once a month, and intercropped with papaya. The highest attack intensity of Sexava coriacea was observed in field B at 39%, while the lowest was in field C at 17%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleInventarisasi Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utaraid
dc.title.alternativeThe Record of Pests and Diseases of Coconut Plants in Sangihe Islands Regency, North Sulawesiid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordIdentifikasiid
dc.subject.keywordinsidensi penyakitid
dc.subject.keywordproduksi kelapaid
dc.subject.keywordserangan hamaid
dc.subject.keywordwawancara petaniid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record