Show simple item record

dc.contributor.advisorAlimuddin, Alimuddin
dc.contributor.advisorSudrajat, Agus Oman
dc.contributor.advisorNuryati, Sri
dc.contributor.authorAbdurrahman, Afif
dc.date.accessioned2022-11-04T05:52:33Z
dc.date.available2022-11-04T05:52:33Z
dc.date.issued2022-10
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115172
dc.description.abstractWSSV merupakan agen penyakit yang dapat menyebabkan penyakit bintik putih atau whitespot disease dan sifatnya yang sangat virulen menyebabkan penyebarannya menjadi sangat cepat. Jika tidak dicegah dan ditangani, infeksi WSSV mampu menyebabkan kematian massal hingga 100% pada udang setelah 3 hingga 10 hari terinfeksi. Salah satu upaya yang sering dilakukan adalah dengan meningkatkan respons imun udang. Hingga saat ini, metode yang umum dilakukan untuk meningkatkan respons imun udang adalah dengan aplikasi imunostimulan. Hanya saja aplikasi imunostimulan ini tidak menghambat virus WSSV secara langsung, melainkan bergantung pada kenaikan respons imunitas udang akibat pemberian bahan imunostimulan. Oleh karena itu, alternatif metode penghambatan infeksi WSSV secara langsung pada udang perlu dikembangkan lebih lanjut. Viral inhibitor protein (VIP) diketahui berperan dalam resistansi udang terhadap infeksi virus. Berdasarkan studi in silico, diduga terjadi pembentukan ikatan kompleks antara VIP dengan domain RING finger pada WSSV yang menginhibisi aktivitas WSSV secara langsung. Berdasarkan fakta tersebut, VIP dapat digunakan sebagai strategi baru untuk mengontrol infeksi WSSV pada budidaya udang. Salah satu teknologi yang dapat digunakan dengan memanfaatkan potensi tersebut adalah teknologi protein rekombinan. Protein VIP dapat diproduksi dengan menyisipkan vektor ekspresi VIP ke dalam bakteri sehingga VIP dapat diproduksi secara massal dan cepat, memanfaatkan tingkat replikasi bakteri yang tinggi. Oleh karena itu, pada studi ini dilakukan evaluasi terkait pemberian VIP pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) dalam menghambat infeksi WSSV. Pada studi ini rekombinan VIP dapat diproduksi dengan konsentrasi total protein sebesar 2,51±0,10 mg mL-1. Pengujian secara in vivo dilakukan dengan menginjeksikan rekombinan VIP ke udang vaname. Udang dengan bobot 6,66±0,08 g diinjeksi rekombinan VIP dengan dua dosis berbeda (1 μg g-1 dan 10 μg g-1) dan diuji tantang dengan WSSV. Pada kontrol positif udang tidak diinjeksi rekombinan VIP dan diuji tantang dengan WSSV, sedangkan pada kontrol negatif udang tidak diinjeksi rekombinan VIP dan tidak diuji tantang dengan WSSV. Sebagai kontrol rekombinan, udang diinjeksi dengan protein rekombinan non-VIP dan tidak diuji tantang dengan WSSV. Hasil yang diperoleh pada kelangsungan hidup udang yang diinjeksi dengan rekombinan VIP mengalami peningkatan yang signifikan setelah diuji tantang dengan WSSV (P<0,05). Pemberian rekombinan VIP dengan dosis 10 μg g-1 mampu meningkatkan resistansi udang terhadap WSSV ditandai dengan kelangsungan hidup 82,22% setelah 14 hari terinfeksi. Respons imun udang yang diinjeksi dengan rekombinan VIP juga terlihat lebih tinggi daripada perlakuan kontrol positif pascainfeksi WSSV (P<0,05). Laju penurunan respons imun yang terjadi semakin rendah seiring dengan meningkatnya konsentrasi protein VIP yang diberikan. Hasil riset ini menunjukkan bahwa protein VIP sangat berpotensi digunakan untuk mengendalikan penyakit WSD akibat infeksi WSSV.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleProduksi dan Evaluasi Pemberian Rekombinan Viral Inhibitor Protein terhadap Resistansi Udang Vaname Pascainfeksi Virus WSSVid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordLitopenaeus vannameiid
dc.subject.keywordrekombinanid
dc.subject.keywordviral inhibitor proteinid
dc.subject.keywordwhite spot syndrome virusid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record