dc.contributor.advisor | Winandi, Ratna | |
dc.contributor.advisor | Priatna, Wahyu Budi | |
dc.contributor.author | Ramadini, Khairunnisa | |
dc.date.accessioned | 2022-10-03T06:35:22Z | |
dc.date.available | 2022-10-03T06:35:22Z | |
dc.date.issued | 2022-09-30 | |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114838 | |
dc.description.abstract | Beras sebagai komoditas pangan primer yang bisa mempengaruhi kesejahteraan penduduk Indonesia karena sulit digantikan oleh komoditas pangan lainnya. Produksi beras yang besar ini membutuhkan penanganan pasca produksi melalui proses pemasaran yang baik karena pemasaran yang baik dapat meningkatkan pendapatan petani. Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani padi di Indonesia yaitu penjualan gabah yang dilakukan segera setelah panen tidak dapat dihindari karena kurangnya sarana penjemuran serta penyimpanan untuk gabah tersebut, dan juga adanya kebutuhan mendesak bagi petani. Hal ini mengakibatkan pasokan yang tinggi saat panen, maka harga gabah yang lebih rendah bagi petani dan posisi tawar yang sangat rendah bagi petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis saluran pemasaran terpilih di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan untuk mempelajari struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar beras di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Pada penelitian ini, data dianalisis dan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif disajikan secara deskriptif dimaksudkan guna mengkaji saluran pemasaran beras, kelembagaan pemasaran terkait, fungsi pemasaran yang dilakukan, dan perilaku pasar dalam pemasaran beras. Analisis kuantitatif saat ini digunakan untuk mengkaji struktur pasar serta kinerja pasar yang mencakup marjin pemasaran, rasio keuntungan dan biaya transaksi, serta farmer’s share. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tepatnya di Desa Triyoso, Desa Sidodadi, Desa Sumber Suko dengan jumlah petani responden sebanyak 90 dan terdapat 4 kelembagaan pemasaran yang terlibat. Saluran pemasaran beras yang terbentuk di Kecamatan Belitang terdiri dari 4 saluran pemasaran beras. Yang pertama petani pabrik gapoktan – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen. Selanjutnya yang kedua petani – pabrik gapoktan – konsumen. Lalu yang ketiga petani – penggilingan – pedagang pengecer – konsumen. Kemudian yang keempat petani – penggilingan – konsumen. Petani lebih dominan menjual hasil panennya berupa gabah kering panen kepada pabrik gapoktan. Struktur pasar beras Kecamatan Belitang menunjukkan rasio konsentrasi yang diperoleh sebesar 0,85. Keempat perusahaan besar tersebut memiliki pasar oligopoli yang kuat, yang berarti memiliki kekuatan untuk menguasai 85% dari total produksi. Selanjutnya, analisis perilaku pasar dapat mencerminkan aktivitas mencoba beradaptasi dengan kondisi dan struktur pasar. Petani padi di Kecamatan Belitang biasanya menjual gabah kering yang baru dipanen langsung ke pabrik gapoktan dengan menggunakan jasa ojek. Pabrik gapoktan juga menjual beras olahan ke pedagang besar dan konsumen akhir. Setelah itu, pedagang besar hanya menjual ke pengecer, dan pengecer hanya fokus menjual langsung ke konsumen. Di sisi lain, jika petani menjualnya ke penggilingan, maka penggilingan yang mengambil dari petani. Penggilingan menjual beras yang dihasilkan ke pengecer dan konsumen. Harga sistem pemasaran ini umumnya bersifat tawar menawar dan disepakati oleh semua kelembagaan pemasaran. Petani cenderung menjadi penerima harga yang ditetapkan oleh gapoktan atau penggilingan. Sedangkan untuk pedagang besar, pabrik gapoktan biasanya justru mempertimbangkan harga yang ditetapkan oleh pedagang besar, apalagi jika kapasitas pedagang besar meningkat. Sistem pembayaran yang paling dominan adalah sistem pembayaran tunai. Hampir semua kelembagaan menerapkan sistem pembayaran tunai untuk memberikan kepuasan, namun hanya pembayaran pabrik gapoktan ke petani terkadang menggunakan sistem pasca bayar yang memakan waktu 4 – 7 hari. Melalui kelompok tani kerjasama antar petani sangat baik. Kelompok tani yang merupakan anggota gapoktan telah menjadi wadah sebagai kelembagaan pemasaran yang dapat meningkatkan posisi tawar petani. Analisis selanjutnya merupakan kinerja pasar yang terdiri dari marjin pemasaran, farmer’s share,dan rasio keuntungan dan biaya. Saluran pemasaran yang relative efisien merupakan saluran pemasaran 1 dengan persentase n volume yaitu 72.30% dan n petani sebesar 58.5%, diperoleh nilai marjin yaitu sebesar Rp 3.333,33/kg, nilai farmer’s share yaitu 66,67 persen, dan nilai rasio keuntungan dan biaya yang sebesar 1,71 persen. | id |
dc.description.abstract | Rice is the main food commodity that affects the welfare of the Indonesian people which is difficult to replace with other food commodities. This large rice production requires post-production handling through a good marketing process because good marketing can increase farmers' income. The problem that is often
faced by rice farmers in Indonesia is that the sale of grain which is carried out
immediately after harvest is unavoidable due to the lack of drying and storage
facilities for the grain, as well as the urgent need for farmers. This results in high
supply at harvest, lower grain prices for farmers, and a very low bargaining position
for farmers. The purpose of this research was to analyze the selected marketing
channels in Belitang District, East Ogan Komering Ulu Regency and to examine
the market structure, market behavior, and market performance of rice marketing
in Belitang District, East Ogan Komering Ulu Regency.
Processing and analysis of data in this study was carried out qualitatively and
quantitatively. Qualitative data is presented in a descriptive form to analyze rice
marketing channels, marketing agencies involved, marketing functions performed,
and market conduct in marketing rice. While quantitative data analyzes the market
structure, as well as market performance which consists of marketing margin, profit
and cost ratio of marketing, and farmer's share.
Based on the results of research that has been carried out in Belitang District,
East Ogan Komering Ulu Regency, precisely in Triyoso Village, Sidodadi Village,
and Sumber Suko Village, the number of respondent farmers is 90 and there are 4
marketing institutions involved. The marketing channels formed in Belitang
District consist of 4 rice marketing channels. The first is farmers – factories of
association of farmer groups – wholesalers – retailers – consumers. Next up is the
second farmer – factories of association of farmer groups – the consumer. Then the
third is farmers – millers – retailers – consumers. Then the fourth is farmers –
millers – consumers. Farmers are more dominant in selling their harvest in the form
of harvested dry grain to the factory of association of farmer groups.
The structure of the rice market in Belitang District shows that the
concentration ratio value obtained is 0.85. It can be said that the four large
companies are a strong oligopoly market or which means that they have the ability
to control 85 percent of the total production.
Furthermore, analysis of market conduct can be reflected as activities carried
out in dealing with and adjusting to market conditions or market structure. Rice
farmers in Belitang District generally sell harvested dry unhulled rice directly after
harvesting to the factories of association of farmer groups by direct delivery using
a motorcycle taxi service. Furthermore, the factories of associaton of farmer groups
sells processed rice to wholesalers and to final consumers. Then wholesalers sell
only to retailers, and retailers only focus on selling directly to consumers.
Meanwhile, if the farmer sells it to the millers, the millers will take it to the farmer.
The millers will sell the rice produced to retailers and consumers. Pricing in this
marketing system is generally a bargain and there is an agreement in each marketing
agency. Farmers tend to be the recipients of prices from the prices set by the
factories of associaton of farmer groups or millers. When dealing with wholesalers,
factories of associaton of farmer groups generally really consider the prices that
have been set by wholesalers, especially if the capacity of large traders is getting
bigger. The most dominating payment system is the cash payment system. Almost
every marketing agency implements a cash payment system to provide satisfaction,
it's just that payments from factories of associaton of farmer groups to farmers
sometimes use a delayed payment system that takes 4-7 days. Cooperation among
farmers through farmer groups has been very good. Farmer groups who are
members of the factories of associaton of farmer groups have become a forum as a
marketing institution that can increase farmers' bargaining.
The next analysis is a market performance which consists of marketing
margin, farmer's share, and profit and cost ratio. In this study, a relatively efficient
marketing channel is marketing channel 1 with a margin value of Rp. 3,333.33/kg,
a farmer's share value of 66.67 percent, and a profit and cost ratio of 1.71 percent. | id |
dc.language.iso | id | id |
dc.publisher | IPB University | id |
dc.title | Sistem Pemasaran Beras di Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur | id |
dc.type | Thesis | id |
dc.subject.keyword | efficiency | id |
dc.subject.keyword | marketing | id |
dc.subject.keyword | rice | id |