Show simple item record

dc.contributor.advisorBudijanto, Slamet
dc.contributor.advisorPriosoeryanto, Bambang Pontjo
dc.contributor.advisorPrangdimurti, Endang
dc.contributor.authorFitriani, Nurul Dwi
dc.date.accessioned2022-08-11T01:10:38Z
dc.date.available2022-08-11T01:10:38Z
dc.date.issued2022-08
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113435
dc.description.abstractKanker kolon merupakan kanker yang terjadi pada permukaan dinding usus besar. Kanker kolon terjadi dari perubahan epitel kolon yang normal sampai terjadi metastasis. Kanker kolon di Indonesia memiliki kasus kanker terbanyak ke- empat setelah kanker payudara, serviks dan paru-paru. Pola makan yang tidak sehat seperti konsumsi pangan rendah serat pangan berperan penting dalam faktor resiko penyebab kanker kolon. Konsumsi serat pangan dan senyawa bioaktif dapat mencegah terjadinya kanker kolon. Salah satu produk sampingan proses pengolahan pangan yang mengandung serat pangan dan senyawa bioaktif yang tinggi yaitu bekatul beras hitam. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan pengaruh pemberian bekatul beras hitam terfermentasi terhadap penghambatan kanker kolon pada mencit BALB/c secara in vivo dengan mengevaluasi profil Histopatologi organ kolon, hati, ginjal, limpa, serta penanda permukaan dinding kolon (Caspase-3, Caspase-8) secara imunohistokimia. Penelitian ini menggunakan mencit BALB/c jantan (n = 24) dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok normal (K-), kelompok yang diinduksi oleh AOM (K+), kelompok yang diinduksi Azoksimetana (AOM) yang diberi ransum modifikasi bekatul beras hitam (BNF) dan bekatul beras hitam difermentasi (BF). AOM merupakan senyawa karsinogen genotoksik yang banyak digunakan untuk modifikasi karsinogenesis kolon pada rodensia Mencit kelompok K+, BNF, dan BF diinduksi dengan AOM (10mg/kg berat badan) secara intraperitoneal dan pasca 1 minggu AOM diberikan 1% dekstran sodium sulfat (DSS) dalam air minum selama 4 hari. DSS merupakan suatu senyawa polisakarida sulfat sintetis yang bersifat karsinogen non genotoksik, banyak digunakan untuk membentuk kolitis (peradangan) pada rodensia. Kelompok kontrol negatif yang tidak diberikan perlakuan mendapatkan suntikan NaCl isotonik secara intraperitoneal untuk menyeragamkan tingkat stress pada mencit. Penimbangan berat badan mencit dan sisa ransum dilakukan dua kali dalam seminggu bersamaan dengan pembersihan kandang dan penggantian bedding. Pada minggu ke-16, mencit pada semua kelompok dieuthanasia secara anestesi dengan menggunakan ketamine dengan dosis 90-120 mg/kg berat badan dan xylazine dengan dosis 5-10 mg/kg berat badan, kemudian dibedah dengan cepat untuk dilakukan pengambilan organ. Organ mencit yang akan diambil adalah jaringan kolon, hati, ginjal dan limpa. Selanjutnya jaringan tersebut difiksasi dengan larutan fiksatif paraformaldehid 4 % untuk evaluasi histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bekatul beras hitam non fermentasi dan fermentasi dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon. Hasil histopatologi kolon menunjukan bahwa skor penanda kolitis pada kelompok bekatul beras hitam non fermentasi (BNF) (1.00 ± 0.00) dan bekatul fermentasi (BF) (0.60 ± 0.55) lebih rendah dibandingkan kelompok K+ (1.60 ± 0.55). Hasil histopatologi hati menunjukkan bahwa kelompok BNF dan BF memiliki profil hati yang lebih baik dibandingkan kelompok K+. Hasil histopatologi hati pada kelompok K+ terjadi infiltrasi radang, degenerasi sel dan nekrosis karioheksis, sedangkan pada kelompok BNF dan BF hanya terjadi degenerasi sel. Hasil histopatologi ginjal menunjukan kelompok BNF (39.60 ± 5.81) dan BF (40.80 ± 11.32) memiliki jumlah glomerulus yang lebih banyak dibandingkan kelompok K+ (34.60 ± 7.02). Hasil histopatologi limpa menunjukan kelompok BNF (0.3348 ± 0.059) dan BF (0.3242 ± 0.033) memiliki diameter pulpa putih yang lebih kecil dibandingkan kelompok K+ (0.4290 ± 0.073). Hasil Ekspresi Caspase-3 pada kelompok BNF (8.51± 0.40) dan BF (12.18 ± 2.02) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok K+ (5.15 ± 0.65). Hasil serupapun terjadi pada ekspresi Caspase-8 pada kelompok BNF (9.04± 0.28) dan BF (14.63 ± 0.46) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok K+ (5.11 ± 0.53). Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian bekatul beras hitam non fermentasi (BNF) dan fermentasi (BF) pada mencit dapat memperbaiki profil histopatologi pada organ kolon, hati, limpa, dan ginjal dibandingkan kelompok kontrol positif (K+). Bekatul beras hitam non fermentasi dan fermentasi dapat mencegah terjadi kanker kolon pada mencit melalui jalur apoptosis sel dengan peningkatan ekspresi Caspase-3 dan Caspase-8.id
dc.description.sponsorshipProf. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleBekatul Beras Hitam Terfermentasi sebagai Penghambat Pertumbuhan Kanker Kolon melalui Peningkatan Apoptosisid
dc.title.alternativeFermented Black Rice Bran as Colon Cancer Growth Inhibitor through Increased Apoptosisid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordbekatulid
dc.subject.keywordbekatul beras hitam terfermentasiid
dc.subject.keywordimunohistokimiaid
dc.subject.keywordkanker kolonid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record