Model Optimasi Pembangunan Eco-Geowisata di Kawasan Gunung Slamet dan Pegunungan Serayu Provinsi Jawa Tengah

Abstract

Kawasan Gunung Slamet dan Pegunungan Serayu (Regional BARLINGMASCAKEB) memiliki daya tarik wisata geologi yang unik, langka dan beragam. Di sisi lain kawasan ini menghadapi ancaman kelestarian berupa ekstraksi sumber daya mineral yang berlebihan dan merupakan daerah dengan potensi kebencanaan geologi yang tinggi. Perlu menjadi perhatian bahwa penggunaan lahan kawasan karst dan kawasan bentang alam lainnya yang keliru dengan mengeksploitasi dan mengganggu keseimbangan ekosistem alam, sekalipun memberi kontribusi ekonomi jangka pendek, akan meningkatkan potensi bencana, dan kerugian ekonomi jangka panjang. Atas hal tersebut maka perlu ditemukan pilihan penggunaan lahan dan pemanfaatan sumber daya alam yang diintegrasikan dengan program pembangunan wilayah agar tetap terjaga keseimbangan alam melalui program pembangunan “eco-geowisata”. Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun Model Optimasi Pembangunan Eco-Geowisata sesuai dengan prinsip kepariwisataan berkelanjutan. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut di atas maka disusun rincian penelitian sebagai berikut : (1) menganalisis potensi sumber daya geowisata (supply geowisata), (2) menganalisis dinamika permintaan geowisata (demand geowisata), (3) memetakan pola perilaku (behavior) wisatawan geowisata, (4) memetakan orientasi pemangku kepentingan (stakeholder) geowisata, dan (5) memvaluasi dampak ekonomi regional pembangunan geowisata. Kebaruan (novelty) dari penelitian ini adalah rumusan Model Optimasi Pembangunan Eco-Geowisata yang disusun secara integral dengan memperhatikan aspek “tujuh pilar ekowisata” (ekologi, ekonomi, sosial budaya, kepuasan, pengalaman, kenangan dan pendidikan) serta memadukan antara pembangunan wilayah/regional dengan pembangunan pariwisata melalui metode perencanaan pembangunan wisata dengan pendekatan ilmiah (scientific planning). Secara umum penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dengan metode kualitatif. Jenis penelitian lebih condong ke arah penelitian exploratory dengan tetap mempertahankan kekuatan analisis kuantitatif dan pemaknaan yang mendalam terhadap berbagai fenomena yang terjadi di lokasi studi melalui pendekatan phenomenology. Instrumen penelitian terdiri atas kuesioner, daftar pertanyaan untuk wawancara, dan berbagai instrumen pendukung lainnya. Pertanyaan dalam kuesioner merupakan representasi dari berbagai variabel penelitian yang diukur dengan sistem skoring mengikuti pola “One Score One Indicator Scoring System”. Sumber data primer berasal dari responden, key informan dan pendapat ahli/pakar. Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen dan pustaka yang relevan dengan tema penelitian. Potensi sumber daya geowisata dan evaluasi kinerja pengelolaan geowisata dianalisis dengan metode IPA (Importance Performance Analysis). Data permintaan wisatawan dianalisis dengan menggunakan metode SIG (Sistem Informasi Geografis); metode Gravity/Gravitasi dan analisis regresi linier. Data perilaku wisatawan dianalisis menggunakan metode analisis komparatif dan korelitas dan metode SEM (Structural Equation Model). Data orientasi (persepsi, motivasi, preferensi) stakeholder dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif, analisis komparatif dan analisis korelitas. Data kontribusi ekonomi regional geowisata dianalisis dengan menggunakan metode Tabel Input – Output (Tabel I/O). Sedangkan perumusan beberapa alternatif strategi pembangunan geowisata mengunakan metode analisis SWOT dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber daya geowisata (objek dan daya tarik geowisata) di lokasi studi sangat beragam dengan nilai keunikan, kelangkaan, keindahan dan nilai manfaat sosial – budaya yang tinggi. Dari aspek kinerja penyelenggaraan geowisata belum menunjukkan kondisi yang ideal terutama pada aspek manajemen pengunjung, sarana dan fasilitas geowisata serta infrastruktur transportasi lokal. Hasil pendugaan model permintaan geowisata berdasarkan metode regresi times series menunjukkan bahwa trend kunjungan wisatawan geowisata bersifat eksponensial. Pendugaan model ekonometrik (gravity model) diperoleh hasil bahwa variabel yang siginifikan berpengaruh terhadap permintaan geowisata adalah variabel jumlah populasi penduduk dan variabel indeks pembangunan manusia (IPM). Di sisi lain terdapat tiga variabel yang memiliki tanda koefisien negatif yaitu variabel pendapatan penduduk, variabel pengeluaran penduduk dan variabel indeks harga konsumen. Koefisien yang bertanda negatif ini menunjukkan bahwa roda pembangunan geowisata tidak dapat digerakkan hanya oleh sistem ekonomi pada skala lokal saja. Aspek tujuh pilar ekowisata pada destinasi geowisata adalah saling terkait atau berhubungan satu sama lainnya. Pilar pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan pilar kebutuhan berwisata dan pilar pendidikan memiliki hubungan yang berkebalikan atau tidak searah. Dengan masih adanya“gap” antara pilar pembangunan berkelanjutan dengan pilar kebutuhan dasar wisatawan dan pilar pendidikan menunjukkan bahwa penegakan pilar ekowisata belum sepenuhnya terwujud. Dari hasil analisis dampak ekonomi regional geowisata diperoleh angka pengganda output (multiplier) yang cukup tinggi, dengan kisaran angka multiplier > 2. Secara umum arah polarisasi orientasi stakeholder terhadap pembangunan geowisata adalah bersifat positif. Adapun skala polarisasi pada setiap aspek menunjukkan adanya perbedaan persepsi, motivasi, dan preferensi pada setiap kelompok responden terhadap pembangunan geowisata. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan nilai orientasi stakeholder yang membuat kinerja pembangunan geowisata kurang optimal. Selanjutnya hasil analisis SWOT dan QSPM, diperoleh sebanyak sepuluh alternatif strategi pembangunan eco-geowisata yang dapat dilaksanakan secara simultan. Hasil evaluasi terhadap kinerja pengelolaan geowisata di kawasan gunung Slamet dan Pegunungan Serayu Provinsi Jawa Tengah menunjukkan kondisi yang belum ideal sehingga perlu adanya “loncatan visi dan input yang besar” agar pembangunan geowisata menjadi optimal. Loncatan visi dan input yang besar tersebut di arahkan pada upaya untuk membangun Model Optimasi Pembangunan Eco-Geowisata dengan branding “Eco - Geotourism Teaching Factory Living Area ". Bentuk operasionalnya adalah dengan membangun Universitas dengan bidang keilmuan pada Ilmu Kebumian dan Ilmu Humaniora

Mount Slamet and the Serayu Mountainous areas (Regional BARLINGMASCAKEB) have a unique, rare and diverse geological tourist attraction. On the other hand, this area faces the threat of sustainability in the form of excessive extraction of mineral resources and is an area with a high potential for geological disasters. It should be noted that the wrong use of land in karst areas and other landscape areas by exploiting and disrupting the balance of natural ecosystems, even if they make a short-term economic contribution, will increase the potential for disasters and long-term economic losses. For this reason, it is necessary to find options for land use and utilization of natural resources that are integrated with regional development programs in order to maintain the balance of nature through the "eco-geotourism" development program. The aims of this research is to establish an Optimization Model of Eco-Geotourism Development in accordance with the principles of sustainable tourism. To answer the research objectives above, the research details were compiled as follows: (1) analyzing the potential of geotourism resources (geotourism supply), (2) analyzing the dynamics of geotourism demand, (3) mapping the behavior (behavior) of geotourism visitors, (4) mapping the orientation of geotourism stakeholders. and (5) valualizing the regional economic impact of geotourism development. The novelty of this research is the formulation of the Eco-Geotourism Development Optimization Model which is integrated in an integral way by taking into account the "seven pillars of ecotourism" (ecology, economy, socio-culture, satisfaction, experience, memories and education) and combines regional development with tourism development through the method of tourism development planning with a scientific approach (scientific planning). In general, this research was conducted by combining quantitative-qualitative methods. This type of research was more inclined towards exploratory research while maintaining the power of quantitative analysis and in-depth meaning of various phenomena that occur in the study location through a phenomenological approach. The research instrument consisted of a questionnaire, a list of questions for interviews, and various other supporting instruments. The questions in the questionnaire were representations of various research variables measured by a scoring system following the “One Score One Indicator Scoring System” pattern. Primary data sources come from respondents, key informants and expert opinions. Secondary data sources were obtained from various documents and libraries relevant to the research theme. The potential of geotourism resources and evaluation of geotourism management performance were analyzed using the IPA (Importance Performance Analysis) method.Tourist demand data were analyzed using the GIS (Geographical Information System) method; Gravity method and linear regression analysis. Tourist behavior data were analyzed using comparative and correlation methods and SEM (Structural Equation Model) methods. The orientation data (perceptions, motivations, preferences) of stakeholders were analyzed using descriptive analysis methods, comparative analysis and correlations analysis. Geotourism regional economic contribution data were analyzed using the Input – Output Table method (I/O Table). Meanwhile, the formulation of several alternative geotourism development strategies used the SWOT analysis method and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). The results showed that the geotourism resources (geotourism objects and attractions) in the study locations were very diverse with high uniqueness, rarity, beauty and social-cultural benefits. From the performance aspect, the implementation of geotourism had not shown ideal conditions, especially in the aspect of visitor management, geotourism facilities and local transportation infrastructure. The results of the estimation of the geotourism demand model based on the times series regression method showed that the trend of geotourism tourist visits was exponential. Estimation of the econometric model (gravity model) showed that the variables that have a significant effect on geotourism demand are the population size variable and the human development index (HDI) variable. On the other hand, there were three variables that have a negative coefficient sign, namely the population's income, the population's expenditure and the consumer price index. This negative coefficient indicates that the wheel of geotourism development cannot be driven only by the economic system on a local scale. Aspects of the seven pillars of ecotourism in geotourism destinations were interrelated or related to each other. The pillars of sustainable tourism development with the pillars of tourism needs and the pillars of education had an inverse or unidirectional relationship. The existence of a "gap" between the pillars of sustainable development with the pillars of basic tourist needs and the pillars of education shows that the enforcement of the pillars of ecotourism has not been fully realized. From the analysis of the regional economic impact of geotourism, it is found that the output multiplier was quite high, with a multiplier range of > 2. In general, the direction of polarization of stakeholder orientation towards geotourism development was positive. The polarization scale in each aspect showed that there were differences in perceptions, motivations, and preferences for each group of respondents towards geotourism development. This showed that there is a gap in the value of stakeholder orientation which makes the performance of geotourism development less than optimal. Furthermore, the results of the SWOT and QSPM analysis, obtained as many as ten alternative eco-geotourism development strategies that can be implemented simultaneously. The results of the evaluation of the performance of geotourism management in the Slamet Mountains and Serayu Mountains areas of Central Java Province showed conditions that were not yet ideal so there needs to be a "leap vision and big input " so that geotourism development can be optimal. The leap in vision and great input was directed at efforts to build an Optimization Model of Eco-Geotourism Development with the branding "Eco - Geotourism Teaching Factory Living Area". The operational form was to build a university with scientific fields in Earth Sciences and Humanities.