Dampak Kebijakan Tarif dan Non Tarif Negara Negara Importir Terhadap Kinerja Ekspor Produk Ikan Tuna Indonesia

Abstract

Perdagangan internasional di era globalisasi ini tidak hanya dihadapkan pada adanya kebijakan tarif, tetapi juga munculnya kebijakan non tarif yang semakin meningkat penerapannya. Indonesia merupakan negara yang harus menghadapi beberapa penerapan kebijakan non tarif dari negara-negara importir. Terbukti dengan terjadinya beberapa kasus penolakan produk perikanan Indonesia. Komoditas perikanan yang paling banyak jumlah penolakan produknya adalah ikan tuna. Padahal komoditas ikan tuna menempati posisi kedua terbesar dalam menyumbang nilai ekspor sektor perikanan Indonesia. Ikan tuna Indonesia diekspor dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk segar, beku, fillet dan olahan. Ikan tuna olahan memiliki nilai ekspor yang tertinggi, begitu juga ekspor ikan tuna fillet yang bernilai lebih tinggi dibandingkan ikan tuna beku dan ikan tuna segar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1) Kinerja ekspor ikan tuna fillet dan olahan Indonesia di pasar dunia, 2) Pemberlakukan kebijakan tarif dan non tarif pada ekspor ikan tuna fillet dan olahan Indonesia di negara-negara impotir, dan 3) Dampak kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor ikan tuna fillet dan olahan Indonesia di pasar dunia. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis model cross-sectional gravity. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menggambarkan kinerja ekspor ikan tuna fillet dan ikan tuna olahan serta pemberlakuan kebijakan tarif dan non tarif pada produk-produk tersebut. Untuk menjawab permasalahan yang ketiga mengenai dampak kebijakan tarif dan non tarif terhadap kinerja ekspor ikan tuna fillet dan ikan tuna olahan Indonesia dianalisis dengan menggunakan model cross-sectional gravity. Data yang digunakan adalah data cross section 40 negara yang merupakan negara importir produk ikan tuna fillet dan ikan tuna olahan Indonesia di tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perdagangan ekspor ikan tuna fillet dan tuna olahan Indonesia pada tahun 2012-2018 hampir setiap tahunnya terjadi surplus neraca perdagangan. Komoditas ikan tuna fillet Indonesia memiliki market share di pasar internasional yang lebih tinggi yaitu sebesar 14% dibandingkan dengan ikan tuna olahan Indonesia yang hanya memiliki market share sebesar 5%. Negara importir terbesar ikan tuna fillet Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jepang, sedangkan negara importir terbesar ikan tuna olahan Indonesia adalah Jepang dan Arab Saudi. Penerapan kebijakan tarif terhadap ikan tuna fillet dan ikan tuna olahan Indonesia pada beberapa negara pengimpor besarnya masih cukup tinggi. Kebijakan tarif tertinggi pada ikan tuna fillet adalah negara Algeria sebesar 30%, sedangkan pada ikan tuna olahan adalah negara Amerika Serikat sebesar 35%. Pemberlakuan kebijakan non tarif baik pada ikan tuna fillet dan olahan meliputi tindakan SPS; TBT; Pre-shipment inspection; Licenses, qutas, prohibiti\ons and other quality cntrol measres; price-cotrol mesures, includin additional taxes and charges; financ measure; measurs affecting competiion; serta intellectual property. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah dan jenis tindakan. Negaranegara importir ikan tuna olahan Indonesia cenderung lebih banyak menerapkan kebijakan-kebijakan non tarif dibandingkan dengan negara-negara importir ikan tuna fillet Indonesia Hasil estimasi model cross-sectional gravity menunjukkan variabel GDP perkapita negara pengimpor, populasi dan nilai tukar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan kedua komoditas tersebut. Variabel harga juga memiliki pengaruh yang positif namun pada ikan tuna fillet pengaruhnya tidak signifikan seperti pada ikan tuna olahan. Jarak ekonomi, kebijakan tarif dan kebijakan TBT memiliki pengaruh yang negatif terhadap besarnya volume ekspor ikan tuna fillet maupun ikan tuna olahan. Sedangkan pada kebijakan SPS memiliki pengaruh yang berbeda pada kedua komoditas tersebut. Pada ikan tuna fillet kebijakan SPS berpengaruh negatif, sedangkan pada ikan tuna olahan kebijakan SPS berpengaruh positif. Kata kunci : cross sectional gravity, kinerja perdagangan, non tarif, tarif

International trade in this era of globalization is not only faced with tariff policies, but also the emergence of non-tariff policies increasing its application. Indonesia is a country that must face several implementation of non-tariff policies from importer countries. Evidenced by several cases of rejection of Indonesian fishery products. Fisheries commodities The most number of rejection of their products is tuna. Even though the tuna commodity occupies the second largest position in contributing the export value of the Indonesian fisheries sector. Indonesian tuna is exported in various forms, namely in fresh, frozen, fillet and processed forms. Processed tuna has the highest export value, as well as export of tuna fillet fish which is worth taller than frozen tuna and fresh tuna. The purpose of this study was to analyze: 1) the export performance of Indonesian tuna fillet and processed tuna fish in the world market, 2) the implementation of tariff and non tariff policies on the export of Indonesian tuna fillet and processed tuna in impotir countries, and 3) the impact of tariff policy and non tariffs for export of Indonesian tuna fillet and processed tuna in the world market. This study uses a quantitative descriptive analysis method and analysis of the Cross-Sectional Gravity model. Quantitative descriptive analysis is used to describe the performance of the export of tuna fillet and processed tuna and the enactment of tariff and non tariff policies on these products. To answer the third problem regarding the impact of tariff and non tariff policy on the performance of the export of Indonesian tuna fillet and processed tuna fish was analyzed using the Cross-Sectional Gravity model. The data used is the data of Cross Section 40 countries which are the importer countries of Indonesian Fillet Tuna and Tuna Fish Products in 2018. The results showed that the trading performance of the export of Indonesian fillet tuna and processed tuna in 2012-2018 almost every year there was a trade balance surplus. Indonesian tuna fillet commodities have a market share in a higher international market which is 14% compared to Indonesian processed tuna which only has a market share of 5%. The largest importer country of Indonesian tuna fillet is the United States and Japan, while the country's largest importers of Indonesian processed tuna are Japanese and Saudi Arabia. The application of tariff policies for Indonesian tuna fillet and processed tuna fish in some of the large importing countries is still quite high. The highest tariff policy on fillet tuna is a 30% algeria state, while in processed tuna is the United States of 35%. Implementation of non tariff policies in Indonesian tuna fillet and processed tuna fish includes SPS actions; TBT; Pre-Shipment Inspection; Licenses, Qutas, Prohibiti \ ounces and other Quality CNTROL Measres; Price-cotrol Mesures, Includin Additional Taxes and Charges; Measure Financ; Measurs affecting competion; and Intellectual Property. The difference only lies in the number and type of action. Countries for Indonesian processing importers tend to apply more non-tariff policies compared to Indonesian fillet fish importers The estimated results of the Cross-Sectional Gravity model showed GDP variables in the provision of importing countries, populations and exchange rates have a positive and significant influence on the trade of both commodities. The price variables also have a positive effect but in tuna fillet, the influence is not significant as in processed tuna. Economic distance, tariff policy and TBT policy have a negative influence on the magnitude of the export volume of fillet tuna and processed tuna. Whereas in the SPS policy have a different influence on both commodities. In Tuna Fish Fillet SPS policy has a negative effect, while the processed tuna policy SPS has a positive effect. Keywords: cross sectional gravity, trade performance, non tariff, tariff