Peran Koperasi dalam Agribisnis Cengkeh di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan
Abstract
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi unggulan strategis yang memberikan konstribusi besar terhadap perekonomian Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung dengan sumberdaya lahan yang luas, iklim yang sesuai dan keanekaragaman genetika sumberdaya hayati yang besar. Adapun tanaman perkebunan yang termasuk komoditas unggulan, yaitu : kelapa dalam dan hibrida, kopi robusta dan arabika, kakao, cengkeh, jambu mete, karet, kapas, dan lada. Cengkeh merupakan komoditas unggulan keempat setelah kelapa, kakao, dan kopi. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh petani cengkeh di Kabupaten Bulukumba adalah harga cengkeh yang tidak stabil, di mana harga cenderung ditentukan oleh pihak tertentu, salah satunya adalah pedagang pengumpul dan ijon. Pedagang pengumpul memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan para petani, sehingga mereka cenderung menentukan harga cengkeh jauh lebih rendah dari harga pasar. Pada prinsipnya proses tawar menawar adalah hal yang biasa, namun pada beberapa komoditi dan wilayah tertentu, seringkali proses tawar menawar tidak seimbang (hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain). Pihak yang sering dirugikan adalah petani, bahkan seringkali penetapan harga jual terlalu jauh dari harga pasar sehingga tidak mampu menutupi biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Hal ini juga terjadi dalam agribisnis cengkeh, di mana pedagang pengumpul cenderung menentukan harga, bahkan dikenal adanya sistem ijon di mana harga cengkeh ditaksir dan ditentukan lebih dahulu sebelum panen tanpa mempertimbangkan harga pasar. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga yang dapat membantu petani dalam menjaga stabilitas harga cengkeh. Koperasi merupakan lembaga yang tepat untuk menjawab persoalan ekonomi pasar tersebut mengingat koperasi berciri sebagai asosiasi (perkumpulan orang), badan usaha dan sebagai suatu gerakan (untuk melawan penindasan ekonomi dan ketidakadilan sistem pasar). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran koperasi dalam agribisnis cengkeh di Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan sistem agribisnis cengkeh di Kabupaten Bulukumba sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis peran koperasi dalam agribisnis cengkeh di Kabupaten Bulukumba. Adapun analisis kuantitatif menggunakan metode Importance and Performance Analysis (IPA), di mana analisis ini pada dasarnya digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan seseorang atas kinerja pihak lain dengan cara membandingkan tingkat harapannya dengan kinerja yang dilakukan pihak lain. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah tingkat kepuasan petani cengkeh yang merupakan anggota koperasi terhadap kinerja koperasi, di mana koperasi berperan sebagai penyedia jasa (produsen) dan anggota koperasi sebagai pengguna jasa (konsumen). Pada dasarnya, KUD Mattiro Bulu sebagai lembaga jasa dan penunjang dalam agribisnis cengkeh berperan dalam semua subsistem agribisnis, di mana koperasi tersebut berperan dalam akses informasi, akses modal, akses infrastruktur, akses pasar dan adopsi inovasi. Peran KUD Mattiro Bulu dalam akses informasi belum sesuai dengan harapan anggota koperasi sehingga perlu untuk ditingkatkan pelayanannya. Atribut yang perlu ditingkatkan adalah kemudahan dalam akses informasi dan kinerja kepengurusan. Untuk meningkatkan peran tersebut, KUD Mattiro Bulu perlu melakukan beberapa strategi. Dalam penyebaran informasi, strategi yang dapat dilakukan adalah memilih salah satu anggota koperasi pada masing-masing wilayah kerja atau desa yang mempunyai pengaruh dan dapat dipercaya untuk menyampaikan informasi secara efektif dan merata. Sedangkan untuk meningkatkan kinerja kepengurusan, strategi yang dapat dilakukan adalah pengurus aktif mengikuti pendidikan dan pelatihan manajemen koperasi untuk meningkatkan kualitas dan kesadaran pengurus sehingga lebih bertanggungjawab dalam mengelola manajemen koperasi. Peran KUD Mattiro Bulu dalam adopsi inovasi juga perlu ditingkatkan khususnya pendidikan dan pelatihan manajemen koperasi, anggota ikut menentukan kebijakan koperasi, strategi bersaing koperasi dan studi banding dengan koperasi yang sudah berhasil. Anggota koperasi perlu diikutsertakan dalam setiap kegiatan koperasi, termasuk ikut berpartisipasi dalam pendidikan dan pelatihan manajemen koperasi dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan koperasi sehingga meningkatkan loyalitas anggota dalam berkoperasi dan menganggap koperasi adalah milik semua anggota, bukan hanya milik pengurus. Sedangkan untuk meningkatkan strategi bersaing koperasi, hal yang dapat dilakukan adalah dengan diversifikasi usaha koperasi yang selama ini hanya berfokus pada pemasaran cengkeh. KUD Mattiro Bulu dapat melakukan usaha lain berupa penyulingan minyak cengkeh dan pengolahan pestisida nabati untuk meningkatkan nilai tambah cengkeh sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota. Peran KUD Mattiro Bulu dalam akses modal dan akses pasar sudah sesuai dengan harapan anggota sehingga perlu untuk dipertahankan kinerjanya, salah satunya adalah kepastian pasar dan harga cengkeh. Sebagai lembaga penunjang, KUD Mattiro Bulu perlu menjaga stabilitasi harga cengkeh agar petani khususnya anggota koperasi tidak terjebak oleh tengkulak atau ijon yang kadang menetapkan harga jauh dari harga di pasaran yang dapat merugikan petani karena pendapatan tidak menutupi biaya produksi cengkeh. Peran KUD Mattiro Bulu dalam akses infrastruktur juga sudah sesuai dengan harapan, namun ada beberapa atribut yang dianggap terlalu berlebihan sehingga perlu dikurangi, di antaranya yaitu fasilitas gudang penyimpanan dan fasilitas informasi berupa brosur. Atribut tersebut dapat menambah biaya operasional koperasi sehingga perlu untuk dikurangi dan lebih baik mengalokasikan sumberdaya pada atribut lain yang memiliki tingkat prioritas lebih tinggi. The plantation sector is one of the leading strategic potentials that make a major contribution to the economy of Bulukumba Regency, South Sulawesi Province. This is supported by extensive land resources, suitable climate and great genetic diversity of biological resources. As for the plantation crops, which include superior commodities, namely : coconut and hybrids, robusta and arabica coffee, cocoa, cloves, cashew nuts, rubber, cotton and pepper. Cloves are the fourth leading commodity after coconut, cocoa and coffee. One of the problems faced by clove farmers in Bulukumba Regency is the unstable price of cloves, where prices tend to be determined by certain parties, one of which is collectors and bonded traders. Collecting traders have a stronger bargaining position than farmers, so they tend to set the clove price much lower than the market price. In principle, the bargaining process is normal, but in certain commodities and areas, the bargaining process often unbalanced (only benefiting one party and harming the other). The parties who are often disadvantaged are farmers and often the selling price is set too far from the market price so that it is not able to cover the production costs incurred by farmers. This also happens in clove agribusiness, where traders tend to determine the price, and there is even a bonded bond system in which the price of cloves is estimated and determined before harvest without considering the market price. Therefore, we need an institution that can assist farmers in maintaining price stability. Cooperatives are the right institution to answer the problems of the market economy considering that cooperatives are characterized as associations (associations of people), business entities and as a movement (to fight economic oppression and injustice in the market system). This study aims to analyze the role of cooperatives in clove agribusiness in Bulukumba Regency using descriptive and quantitative analysis. Descriptive analysis was used to describe the clove agribusiness system in Bulukumba Regency while quantitative analysis was used to analyze the role of cooperatives in clove agribusiness in Bulukumba Regency. The quantitative analysis uses the Importance and Performance Analysis (IPA) method, where this analysis is basically used to measure a person's level of satisfaction with the performance of another party by comparing his level of expectations with the performance of other parties. In this study, what is meant is the level of satisfaction of clove farmers who are members of cooperatives on the performance of cooperatives, where cooperatives act as service providers (producers) and cooperative members as service users (consumers). Basically, KUD Mattiro Bulu as a service and support institution in clove agribusiness plays a role in all agribusiness subsystems, where the cooperative plays a role in accessing information, accessing capital, accessing infrastructure, accessing markets and adopting innovations. The role of KUD Mattiro Bulu in accessing information has not been in line with the expectations of cooperative members so that services need to be improved. Attributes that need to be improved are the ease of access to information and management performance. To enhance this role, KUD Mattiro Bulu needs to carry out several strategies. In disseminating information, the strategy that can be done is to choose one member of the cooperative in each work area or village who has influence and can be trusted to convey information effectively and evenly. Meanwhile, to improve management performance, the strategy that can be done is to actively participate in cooperative management education and training to improve the quality and awareness of the management so that they are more responsible in managing cooperative management. The role of KUD Mattiro Bulu in the adoption of innovation also needs to be improved, especially education and training on cooperative management, members participate in determining cooperative policies, cooperative competitive strategies and comparative studies with successful cooperatives. Cooperative members need to be involved in every cooperative activity, including participating in cooperative management education and training and making decisions to determine cooperative policies so as to increase member loyalty in cooperatives and consider cooperatives to be owned by all members, not just the management. Meanwhile, to improve competitive strategy of cooperatives, the thing that can be done is to diversify the cooperative's business which so far has only focused on clove marketing. KUD Mattiro Bulu can carry out other businesses in the form of refining clove oil and processing vegetable pesticides to increase the added value of cloves so as to increase the income and welfare of members. The role of KUD Mattiro Bulu in access to capital and market access is in accordance with the expectations of members so that its performance needs to be maintained, one of which is market certainty and clove prices. As a supporting institution, KUD Mattiro Bulu needs to maintain clove price stability so that farmers, especially cooperative members, are not trapped by middlemen or bonded laborers who sometimes set prices far from market prices which can harm farmers because income does not cover the cost of clove production. The role of KUD Mattiro Bulu in accessing infrastructure has also been in line with expectations, but there are several attributes that are considered too redundant and need to be reduced, including storage facilities and information facilities in the form of brochures. These attributes can increase the operational costs of the cooperative so that it is necessary to reduce and better allocate resources to other attributes that have a higher priority level. Keywords : Clove Agribusiness, Importance and Performance Analysis (IPA), KUD Mattiro Bulu
Collections
- MT - Economic and Management [2878]