Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmawan, Arya Hadi
dc.contributor.advisorPandjaitan, Nurmala Katrina
dc.contributor.authorLuas, Alfando
dc.date.accessioned2021-08-09T10:10:04Z
dc.date.available2021-08-09T10:10:04Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/108262
dc.description.abstractVariabilitas iklim merupakan suatu gejala yang ditimbulkan dari perubahan iklim yang mengakibatkan adanya siklus cuaca dan curah hujan yang mengalami pergeseran dan ketidakpastian, kadang turun hujan sangat deras ketika musim hujan dan kekeringan ekstrem saat musim kemarau (Intan et al. 2016). Variabilitas dan perubahan iklim menyebabkan perubahan ekologis dan biologis yang signifikan pada ekosistem laut yang secara langsung berdampak pada masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada ekosistem tersebut (Badjeck et al. 2010). Tidak menentunya musim hujan serta kondisi perairan dengan gelombang tinggi dan angin kencang mempengaruhi aktivitas nelayan di laut dalam melakukan operasional penangkapan yang mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan yang sangat bergantung pada hasil perikanan (Azizi et al. 2017). Diduga ada indikasi bahwa rumah tangga nelayan mengalami kerentanan pada sumber nafkah akibat adanya tekanan (pressure) dari fenomena variabilitas iklim Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat kerentanan rumah tangga nelayan dalam tekanan variabilitas iklim, (2) menganalisis struktur nafkah rumah tangga nelayan, dan (3) menganalisis mekanisme adaptasi rumah tangga nelayan. Analisis tingkat kerentanan nafkah rumah tangga nelayan akibat pengaruh variabilitas iklim dengan menggunakan pendekatan Livelihood Vulnerability Index-Intergovernmental Panel of Climate Change LVI-IPCC (Hahn et al. 2009). Menurut Subair et al (2015), rumah tangga atau komunitas yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi pada suatu sumber daya alam biasanya akan lebih terpapar dan lebih rentan apabila terjadi gangguan (guncangan) pada kondisi lingkungan (ekologis) mereka. Selanjutnya dalam penelitian ini juga akan di analisis bagaimana mekanisme adaptasi yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan dalam menghadapi tekanan yang terjadi akibat variabilitas iklim. Bentuk-bentuk mekanisme yang dibangun ditentukan oleh bagaimana rumah tangga memanfaatkan beragam modal nafkah (modal fisik, modal alam, modal finansial, modal manusia, dan modal sosial) yang dimiliki sebagai bagian dari langkah adaptasi dan strategi agar mampu menghadapi tekanan yang ada. Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kabupaten Manokwari, yaitu desa Padarni, Biryosi dan Pasirido yang berada di Distrik Manokwari Barat dan Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2020 hingga Desember 2020. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian secara geografis berada di wilayah pesisir dan sebagian besar sumber pendapat masyarakat di lokasi penelitian berasal dari sektor perikan. Penelitian ini menggunakan strategi dengan mengombinasikan metode kuantitatif dan metode kualitatif sebagai upaya untuk memahami fenomena di lapangan secara lebih terperinci. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalaui kuesioner dan wawancara terhadap responden penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait, seperti Badan pusat statistik, Dinas perikanan kelautan kabupaten Manokwari dan berbagai jurnal/publikasi ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabilitas iklim menjadi ancaman yang bagi aktivitas nafkah rumah tangga nelayan tuna di Kabupaten Manokwari. Variabilitas iklim menyebabkan nelayan mengalami kegagalan (kerugian) dalam kegiatan melaut yang menyebabkan terganggunya sumber pendapatan nelayan. Menurut Gravitiani et al. (2018) skala kerentanan (LVI) dimulai dari -1 sampai -0.4 (tidak rentan), selanjutnya -0.41 sampai 0.3 mengacu pada “sedang” dan 0.31 sampai 1 mengacu pada “sangat rentan”. Mengacu pada skala tersebut maka kedua rumah tangga nelayan secara umum dapat dikatakan rentan (sedang). Hasil perhitungan LVI) ditemukan bahwa skor kerentanan nelayan Papua sedikit lebih tinggi (0.28) dari pada skor kerentanan nelayan Buton (0.18). Perbedaan nilai kerentanan di antara Rumah nelayan Papua dan Buton dikarenakan kapasitas adaptasi di kalangan masyarakat nelayan Buton jauh lebih beragam dibandingkan nelayan Papua. Pada rumah tangga nelayan Buton terdapat modal sosial yang aktifkan untuk beradaptasi dengan tekanan yang terjadi. Modal sosial pada kelompok nelayan Buton memungkinkan adanya kerja sama di antara mereka. Kerja sama di antara nelayan Buton terwujud dalam solidaritas untuk saling pinjam-meminjamkan modal/uang apabila nelayan mengalami kekurangan modal operasional melaut. Solidaritas untuk saling pinjam meminjamkan modal ini hanya terdapat pada nelayan Buton. Pendapatan rumah tangga nelayan tuna di Kabupaten Manokwari di dominasi oleh sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan on fishing yaitu 95% dari total keseluruhan pendapatan nelayan. Sedangkan 5% pendapatan yang berasal dari kegiatan non fishing. Pendapatan on fishing rumah tangga nelayan di Kabupaten Manokwari berasal dari penjualan hasil tangkapan, baik ikan tuna maupun jenis ikan lainya. Sementara pendapatan non-fishing berasal dari pendapatan diluar dari kegiatan melaut, yaitu berasal dari upah (anggota keluarga) sebagai buruh atau karyawan di toko, sektor jasa (kuli bangunan dan ojek), berdagang (toko kelontong), dan kiriman uang dari anggota keluarga yang bekerja di luar daerah (transfer payment). Rumah tangga nelayan tuna di Kabupaten Manokwari, baik nelayan Papua maupun Buton melakukan berbagai tindakan dan penyesuaian sebagai bagian dari langkah adaptasi terhadap perubahan yang terjadi karena pengaruh variabilitas iklim. Berdasarkan analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa rumah tangga nelayan Buton memiliki lebih banyak variasi modal penghidupan yang diaktifkan untuk merespons tekanan/paran variabilitas iklim dibandingkan nelayan Papua, artinya kapasitas adaptasi nelayan Buton relatif lebih baik dibandingkan nelayan Papua. Variasi modal penghidupan yang dimiliki memungkinkan rumah tangga nelayan Buton untuk membangun beragam bentuk adaptasi dengan memanfaatkan ketersediaan modal penghidupan yang ada. Ikatan sosial yang berbasis pada kesamaan suku yang terdapat pada kelompok masyarakat nelayan Buton memungkinkan adanya kerja sama yang baik di antara mereka. Budaya baku bantu (saling tolong) yang melekat pada masyarakat nelayan Buton juga menjadi landasan yang memungkinkan adanya kerja sama dan koordinasi untuk mengatasi tekanan yang terjadi pada sumber penghidupan nelayan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKerentanan Nafkah Rumah tangga nelayan tuna dalam tekanan Variabilitas Iklim di kabupaten Manokwari, Papua Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordvulnerabilityid
dc.subject.keywordadaptation mechanismid
dc.subject.keywordfisherman’s householdsid
dc.subject.keywordlivelihood structureid
dc.subject.keywordclimate variabilityid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record