Show simple item record

dc.contributor.advisorJusadi, Dedi
dc.contributor.advisorSuprayudi, Muhammad Agus
dc.contributor.advisorNuryati, Sri
dc.contributor.advisorZairin Jr, Muhammad
dc.contributor.advisorSupriyono, Eddy
dc.contributor.authorKurniasih, Titin
dc.date.accessioned2021-08-09T04:05:30Z
dc.date.available2021-08-09T04:05:30Z
dc.date.issued2021-08-01
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/108247
dc.description.abstractIkan nila merupakan komoditas budidaya yang menunjukkan perkembangan pesat akan tetapi menghadapi beberapa kendala antara lain keterbatasan sumberdaya lahan dan air. Keterbatasan lahan menuntut diberlakukannya padat tebar tinggi, sedangkan keterbatasan air menuntut minimalisasi pergantian air. Akibat dari dua konsekuensi ini adalah akumulasi limbah di media budidaya, dan salah satunya adalah amonia. Amonia media pada dosis tinggi atau high environmental ammonia (HEA) menimbulkan hambatan ekskresi amonia endogen pada ikan nila sehingga cepat terakumulasi di tubuh ikan. Akumulasi amonia endogen memicu tubuh ikan melakukan detoksifikasi, antara lain dengan cara konversi amonia oleh asam glutamat menjadi glutamin. Pada kondisi terpapar HEA, ikan nila melakukan detoksifikasi dengan kecepatan tinggi, yang ditandai dengan tingginya aktivitas enzim glutamine synthetase (GSase). Aktivitas ini memerlukan asam glutamat sebagai pengikat amonia, sehingga sediaan asam glutamat dalam tubuh ikan nila berkurang ketika terpapar HEA. Diduga penurunan ini menyebabkan tubuh ikan nila melakukan sintesis asam glutamat secara de novo, dengan cara transaminasi asam amino tertentu, antara lain leusin, isoleusin, valin, aspartat dan alanin. Rendahnya efisiensi protein dan pakan pada ikan nila yang terpapar HEA, diduga disebabkan oleh transaminasi asam-asam amino tersebut. Oleh karena itu ketika terpapar HEA, supplementasi asam glutamat dapat meningkatkan ketersedian glutamat dalam tubuh untuk proses detoksifikasi amonia. Tujuan umum penelitian ini adalah menguji manfaat dan besarnya suplementasi asam glutamat melalui pakan pada budidaya nila yang menghadapi kejadian akumulasi amonia pada konsentrasi rendah dan tinggi. Penelitian tahap pertama bertujuan menguji kadar suplementasi asam glutamat pada pakan yang optimal untuk ikan nila yang dipelihara pada kadar amonia perairan rendah (<0,10 mg L-1 TAN). Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Dosis asam glutamat yang diujikan adalah: A) 0%, B) 0,75%, C) 1,5% dan D) 2,25%. Ikan nila yang digunakan berukuran 9,97 ± 0,38 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan yang ditambah glutamat memberi efek pada responsfisiologis ikan. Aktivitas enzim aspartate aminotransferase (AST) pada Glu 2,25 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yang menjadi indikasi penurunan beban kerja hati. Ada kecenderungan peningkatan kadar aspartat, alanin, leusin, isoleusin dan valin pada jaringan hati seiring dengan meningkatnya kadar suplementasi asam glutamat. Di dalam penelitian ini, kinerja pertumbuhan ikan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Konsumsi pakan yang ditambah asam glutamat 2,25% mampu memperbaiki respons fisiologis ikan akibat menurunnya beban kerja hati yang dicirikan dengan penurunan nilai AST, dan meningkatnya kandungan asam amino pembentuk asam glutamat (AAPAG), walau belum mampu memperbaiki kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan pakan oleh ikan nila. Penelitian tahap kedua bertujuan menguji kadar suplementasi asam glutamat pada pakan yang optimal pada budidaya ikan nilayang dipapar HEA (20 mg L-1 TAN atau 0,51 mg L-1 NH3). Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Dosis asam glutamat yang diujikan adalah: A) 0%, B) 0,75%, C) 1,5% dan D) 2,25%. Ikan nila yang digunakan berukuran 10,02 ± 0,20 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Glu 1,5 dan Glu 2,25 lebih tinggi (P<0,05) pada parameter retensi protein (RP) dibandingkan dua perlakuan lainnya, dan Glu 2,25 lebih tinggi (P<0,05) untuk REP dibandingkan Glu 0 dan Glu 0,75. Aktivitas alanine aminotransferase (ALT) dan rasio konversi pakan (RKP) pada Glu 2,25 lebih rendah (P<0,05) daripada tiga perlakuan lainnya. Aktivitas aspartate aminotransferase (AST) pada Glu 0,75, Glu 1,5 dan Glu 2,25 lebih rendah daripada kontrol (Glu 0). Tidak ada perbedaan untuk aktivitas GSase, amonia plasma darah dan kadar glutamin otak. Kadar alanin, aspartat, leusin, isoleusin dan valin hati meningkat seiring dengan meningkatnya dosis asam glutamat. Glu 1,5 dan Glu 2,25 adalah dosis yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan (RP) pada ikan nila yang terpapar HEA. Kedua dosis tersebut mampu menyediakan tambahan asam glutamat yang mencukupi bagi ikan nila. Karenanya sintesis asam glutamat de novo dapat dicegah, aktivitas enzim ALT dan AST berkurang, rantai transaminasi asam asam amino esensial dapat dicegah dan efsiensi protein dan pakan lebih baik. Penelitian tahap ketiga bertujuan mengkaji MSG sebagai pengganti suplementasi asam glutamat pada pakan ikan nila yang dipapar HEA. MSG diberikan melalui pakan untuk nila yang dipelihara pada kondisi HEA (20 mg L-1 TAN atau 0,51 mg L-1 NH3). Percobaan dilakukan selama 60 hari menggunakan juvenil ikan nila merah berukuran rata-rata 10,01 ± 0,28 g yang ditebar dengan kepadatan 1,0 g L-1. Desain penelitian menggunakan RAL dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Dosis MSG yang diujikan adalah: A) 0%, B) 0,75%, C) 1,5% dan D) 2,25% sedangkan E) adalah asam glutamat dosis 1,5%. Hasilnya menunjukkan bahwa MSG 2,25 dan AG 1,5 secara nyata lebih tinggi daripada MSG 0 dan 0,75 untuk parameter RP dan REP, dan lebih rendah untuk parameter RKP. AG 1,5 menghasilkan aktivitas ALT dan AST yang paling rendah, dan kadar lima AAPAG (asam amino pembentuk asam glutamat) tertinggi, serta biomasa akhir tertinggi dibandingkan empat perlakuan lainnya. Tidak ada beda nyata untuk aktivitas GSase, kadar amonia plasma dan kadar glutamin otak. Dosis MSG 2,25 dan AG 1,5 dapat memperbaiki pemanfaatan pakan (RKP, RP dan REP). Kedua dosis tersebut mampu menyediakan tambahan asam glutamat dalam jumlah memadai, sehingga laju sintesis asam glutamat secara de novo berkurang, aktivitas ALT dan AST berkurang dan rantai transaminasi asam asam amino dapat dicegah. Berdasarkan hasil dari ketiga tahap penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan asam glutamat dosis 1,5% dan MSG dosis 2,25% dapat diaplikasikan pada budidaya nila yang terpapar HEA (0,51 mg L-1 NH3). Kata kunci: amonia, asam glutamat, efisiensi protein, ikan nila, MSGid
dc.description.sponsorshipBRSDM KKPid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleSuplementasi Asam Glutamat untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan pada Budidaya Ikan Nila yang Terpapar Amoniaid
dc.title.alternativeGlutamic Acid Supplementation for Increasing Feed Utilization Efficiency in Nile Tilapia that Exposed to High Environmental Ammoniaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordenvironmental ammoniaid
dc.subject.keywordglutamic acidid
dc.subject.keywordMSGid
dc.subject.keywordNile tilapiaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record