Show simple item record

dc.contributor.advisorRahayu, Winiati Pudji
dc.contributor.advisorLioe, Hanifah Nuryani
dc.contributor.authorShantika, Zachra Resha
dc.date.accessioned2021-06-26T00:47:43Z
dc.date.available2021-06-26T00:47:43Z
dc.date.issued2021-06-23
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/107131
dc.description.abstractEstimasi risiko terhadap mikotoksin deoksinivalenol dan fumonisin dari jagung dan produk olahannya di Indonesia belum pernah dilaporkan. Jagung merupakan pangan pokok setelah beras/padi yang rawan terinfeksi oleh berbagai jenis kapang dan memproduksi mikotoksin. Salah satu kapang yang sering dilaporkan menginfeksi tanaman jagung adalah kapang Fusarium spp. dan toksinnya dapat ditemukan secara tunggal maupun simultan. Deoksinivalenol (DON) dan fumonisin (FUM) merupakan toksin Fusarium yang sering ditemukan di tanaman jagung dan keberadaanya dapat ditemukan secara bersama-sama sehingga tingkat risiko bahayanya dapat meningkat. Indonesia dengan iklim tropis serta kondisi penyimpanan yang tidak memadai dapat mendukung pertumbuhan kapang sehingga mikotoksin yang terbentuk dapat terbawa hingga akhirnya produk tersebut dikonsumsi oleh konsumen sehingga menimbulkan risiko terhadap kesehatan masyarakat yang mengonsumsi produk tersebut. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk melihat prevalensi dan tingkat kontaminasi mikotoksin DON dan FUM pada jagung dan produk olahannya dengan menggunakan metode analisis yang telah terverifikasi sebelumnya serta menghitung estimasi risiko toksin kedua mikotoksin tersebut melalui konsumsi jagung dan produk olahannya untuk populasi Indonesia. Tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan sampling pada jagung dan produk olahannya yang dipasarkan di wilayah Bogor, Depok dan Bekasi, Indonesia dan menganalisis prevalensi serta level kandungan mikotoksin dengan metode ultra high-performance liquid chromatography-tandem mass spectrometry (LCMS/MS) dengan preparasi sampel menggunakan metode ekstraksi QuEChERS. Selanjutnya adalah melakukan verifikasi metode toksin DON dan FUM pada matriks sampel jagung dan produk olahannya terhadap indikator performa meliputi parameter linearitas, batas deteksi yaitu limit of detection (LOD) dan limit of quantification (LOQ), presisi dan akurasi metode. Data yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk perhitungan rata-rata konsentrasi toksin DON dan FUM pada jagung dan produk olahannya menggunakan pendekatan skenario lower bound (LB) dan upper bound (UB) yaitu pada skenario LB, sampel tidak terdeteksi kedua toksin akan diganti dengan nilai nol sedangkan pada skenario UB mengganti nilai tersebut dengan nilai LOD masing-masing dari toksin DON dan FUM. Paparan toksin DON dan FUM yang dihitung sebagai Estimated Daily Intake (EDI) pada populasi dengan menggunakan data konsumsi jagung dan produk olahannya yang didapatkan dari laporan Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2014 dengan menggunakan pendekatan deterministik. Karakterisasi risiko dinyatakan dalam persentase Tolerable Daily Intake (%TDI) yang merupakan perbandingan antara nilai paparan toksin DON dan FUM pada jagung dan produk olahannya dengan nilai Provisional Maximum Tolerable Daily Intake (PMTDI) masing-masing mikotoksin. Hasil verifikasi metode toksin DON dan FUM pada sampel jagung dan produk olahannya yang menjadi perwakilan pada masing-masing kategori pangannya menunjukkan nilai yang sesuai dengan kriteia yang ditetapkan oleh EU (2006) dan AOAC (2016). Indikator performa pada parameter linearitas menunjukkan bahwa kurva kalibrasi kedua mikotoksin mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) yang dipersyaratkan oleh AOAC (2016) yaitu > 0.990. Nilai LOD metode jagung dan produk olahannya berkisar antara 2.40 – 2.97 µg/kg untuk toksin DON dan 0.04 - 0.12 µg/kg untuk toksin FUM, serta nilai LOQ nya sebesar 3.43 – 4.00 µg/kg untuk toksin DON dan 0.05 - 0.13 µg/kg untuk FUM. Parameter presisi sebagai nilai RSDr (repeatability) yang diperoleh untuk mikotoksin DON dan FUM masing-masing berada pada kisaran 1.76 - 7.05% dan 4.41 - 12.70% dengan seluruh nilai RSDr dibawah nilai yang dipersyaratkan yaitu RSDH (6.03 - 12.26% untuk toksin DON dan 10.91 - 31.37% untuk toksin FUM). Akurasi dengan menggunakan recovery test berada di kisaran 61.98 hingga 106.11% untuk toksin DON dan 61.18 - 118.66% untuk toksin FUM. Baik nilai RSDr (presisi) dan uji recovery test (akurasi) berada di antara kriteria performa untuk mikotoksin DON dan FUM yang ditetapkan oleh EU yaitu nilai recovery dan nilai RSDr dibawah repeatability harus berada diantara 60 - 110% dan ≤ 20% (DON) dan 60 - 120%, dan ≤ 30% (FUM) (EU 2006). Berdasarkan hasil survei terhadap 45 sampel jagung dan produk olahannya menunjukkan bahwa 37.78% jagung dan produk olahannya mengandung toksin DON dan FUM secara simultan. Toksin FUM merupakan toksin yang paling sering dideteksi di 84.44% sampel dengan konsentrasi rata-rata sampel positif berkisar antara 0.12 - 264.24 µg/kg. Toksin DON ditemukan pada 42.22% sampel dengan rata-rata sampel positif berkisar dari 2.62 - 122.28 µg/kg. Konsentrasi kedua toksin di seluruh sampel jagung dan produk olahannya masih dibawah batas yang ditetapkan oleh Peraturan BPOM No 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Kimia dalam Pangan Olahan yaitu sebesar 1000 µg/kg dalam jagung dan produk makanan berbasis jagung untuk toksin DON dan 800 µg/kg untuk corn flakes dan makanan ringan berbahan dasar jagung; dan 2000 µg/kg untuk tepung dan pati jagung untuk toksin FUM. Rata-rata paparan total dari toksin DON pada setiap kelompok umur berkisar antara 0.0013 - 0.0202 µg/kgBB/hari untuk skenario LB dan 0.0031 - 0.0247 µg/kgBB/hari untuk skenario UB, sementara paparan total pada pengonsumsi tinggi (P95) untuk toksin DON ditemukan 3.2 hingga 4.9 kali lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata paparan total di kelompok umur yang berbeda. Rata-rata paparan total dari toksin FUM berkisar antara 0.0385 - 0.0866 µg/kgBB/hari pada skenario LB dan 0.0386 - 0.0867 µg/kgBB/hari pada skenario UB dengan paparan pada pengonsumsi tinggi (P95) ditemukan 4.4 hingga 6.2 kali lebih tinggi dibandingan dengan keterpaparan toksin FUM pada nilai rata-ratanya. Paparan toksin DON dan FUM total tertinggi pada nilai rata-rata ditemukan pada kelompok umur balita (0-59 bulan). Namun, paparan toksin DON dan FUM pada kelompok umur (0-59 bulan, 5-12 tahun, 13-18 tahun, 19-55 tahun dan 55 tahun serta seluruh umur baik pada nilai rata-rata, median (persentil 50) dan pengonsumsi tinggi (persentil 75 dan persentil 95) tidak melebihi nilai PMTDI masing-masing (% TDI <100). Oleh karena itu, penilaian risiko menunjukkan bahwa tidak adanya potensi risiko yang ditimbulkan dari toksin DON dan FUM terhadap kesehatan melalui asupan jagung dan produk olahannya.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEstimasi Risiko Deoksinivalenol dan Fumonisin dari Jagung dan Produk Olahannya di Indonesiaid
dc.title.alternativeRisk Estimation of Deoxynivalenol and Fumonisins from Maize and Maize-based Products in Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddietary exposureid
dc.subject.keyworddeoxynivalenolid
dc.subject.keywordfumonisinsid
dc.subject.keywordIndonesiaid
dc.subject.keywordmaizeid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record