Show simple item record

dc.contributor.advisorTjahjono, Boedi
dc.contributor.advisorHendaryanto
dc.contributor.authorPrayoga, Jalu
dc.date.accessioned2020-11-11T02:32:45Z
dc.date.available2020-11-11T02:32:45Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103843
dc.description.abstractAir adalah sumber daya alam yang strategis bagi kehidupan manusia karena dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia adalah kecenderungan menurunnya ketersediaan air, sementara itu permintaan air cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, langkah awal yang diperlukan adalah memantau daerah tangkapan air hujan di daerah pegunungan yang mendukung kebutuhan air bagi penduduk yang tinggal di sekitarnya. Gunungapi Ciremai adalah pegunungan yang terletak di dua kabupaten, yaitu Majalengka dan Kuningan, yang telah menyumbangkan sumberdaya airnya untuk kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk air irigasi lahan pertanian mereka. Air dari gunungapi ini bahkan juga digunakan untuk mendukung kebutuhan air minum warga Kota Cirebon yang terletak di pantai utara Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentanglahan Gunungapi Ciremai dan menilai jasa ekosistem penyedia air berdasarkan data faset lahan, penutupan/penggunaan lahan, dan curah hujan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bentanglahan (landscape approach) yang memanfaatkan satuan sub-faset lahan sebagai satuan analisis. Peta sub-faset lahan dihasilkan dari proses tumpang tindih (overlay) antara peta faset lahan dan peta penutupan/penggunaan lahan. Citra satelit Landsat 7 TM+ tahun 2004 dan 2016 digunakan untuk pemetaan penutupan/penggunaan lahan, sedangkan citra ASTERDEM 30 digunakan untuk pemetaan faset lahan yang keduanya dihasilkan dari hasil interpretasi citra secara visual. Adapun untuk menilai jasa ekosistem penyedia air digunakan metode Pairwise Comparison dan Multi Criteria Evaluation (MCE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian tersusun atas 20 kelas faset lahan, 10 jenis penutupan/penggunaan lahan, dan 87 kelas sub-faset lahan. Sejak tahun 2004 hingga 2016 penggunaan lahan daerah penelitian relatif dinamis mengalami perubahan, yaitu penambahan dan pengurangan luas. Penambahan luas tertinggi terjadi pada semak belukar dan permukiman masing-masing sebesar 2.739 ha (3,91%) dan 1.688 ha (2,41%), sedangkan penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas terbesar adalah padang rumput sebesar 1.714 ha (2.41%) dan hutan sebesar 1.352 ha (1.93%). Perubahan penutupan/penggunaan lahan ini terlihat berpengaruh terhadap nilai jasa ekosistem penyedia air, dimana telah terjadi peningkatan luas area penyedia air kelas rendah sebesar 0.74% sebagai konsekuensi dari penurunan luas kelas sedang dan kelas tinggi. Perubahan ini masih tergolong kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan bentanglahan Gunungapi Ciremai pada periode tahun 2004-2016 masih tergolong baik untuk jasa ekosistem penyedia air.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcLand Resources Managementid
dc.titleAnalisis Bentanglahan Gunungapi Ciremai untuk Penilaian Jasa Ekosistem Penyedia Airid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordBentanglahanid
dc.subject.keywordGunungapi Ciremaiid
dc.subject.keywordJasa Ekosistemid
dc.subject.keywordPenyedia Airid
dc.subject.keywordFaset Lahanid
dc.subject.keywordPenggunaan Lahanid
dc.subject.keywordPairwise Comparisonid
dc.subject.keywordMCEid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record