Show simple item record

dc.contributor.advisorSobir
dc.contributor.advisorWachjar, Ade
dc.contributor.advisorSusilo, Agung Wahyu
dc.contributor.authorDevy, Lukita
dc.date.accessioned2020-08-03T00:18:51Z
dc.date.available2020-08-03T00:18:51Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103347
dc.description.abstractDalam perdagangan internasional dikenal kakao mulia sebagai produk spesialti dan kakao lindak yang merupakan kakao pada umumnya. Indonesia memiliki kakao mulia Java fine flavor cocoa berbiji putih yang terkenal selama hampir satu abad. Karakter agronomis kakao ini cenderung lemah sehingga perlu dilakukan pemuliaan untuk menghasilkan kakao mulia Java fine flavor cocoa berkualitas tinggi dengan karakter agronomis lebih baik. Sebagai tanaman tahunan, pencapaian target pemuliaan kakao mulia Java fine flavor cocoa memerlukan waktu lama yaitu sekitar 15-20 tahun sehinggaperlu dilakukan pengembangan program pemuliaan yang mampu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses seleksi. Saat ini kriteria seleksi kakao mulia Java fine flavor cocoa adalah persentase biji putih/buah ≥ 80%, tetapi kriteria ini baru dapat dicapai pada fase reproduktif sehingga perlu dicari marka seleksi dini pada fase pembibitan yang mampu menggambarkan karakter tersebut. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter morfologi, biokimia dan genomik pembeda kakao mulia Java fine flavor cocoa dan lindak Indonesia serta mengembangkan metode seleksi spesifik kakao mulia Java fine flavor cocoa dalam upaya meningkatkan efisiensi dan akurasi pemuliaan kakao mulia penghasil Java fine flavor cocoa sebagai produk kakao spesialti bercita rasa khas kebanggaan bangsa. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik sensori spesifik yang dapat membedakan produk kakao mulia Java fine flavor cocoa dan produk kakao lindak, (2) mengidentifikasi profil biokimia penciri kakao mulia Java fine flavor cocoa, (3) mengidentifikasi keragaman genetik, karakteristik, dan pengembangan marka fenotipik penciri kakao mulia Java fine flavor cocoa dan (4) mengembangkan marka molekuler penciri kakao mulia Java fine flavor cocoa berbasis gen MYB. Materi genetik koleksi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) yang digunakan adalah 8 klon kakao mulia Java fine flavor cocoa (DR2, DRC16, DR38, PNT16, PNT17, PNT33B, ICCRI 01 dan ICCRI 02) dan 11 klon kakao lindak (MCC01, MCC02, Sulawesi 01, KW733, KW617, PA191, ICCRI 03, ICCRI 04, KW516, KEE2 dan Scavina 6). Dari 19 klon kakao tersebut yang digunakan pada kajian sensori, biokimia dan morfologi adalah 4 klon kakao mulia (DR2, DRC16, PNT16, PNT17) dan 5 klon kakao lindak (KW516, KW617, MCC02, Sulawesi 01, PA191). Pada kajian sensori digunakan juga referensi klon kakao lindak Ghana. Hasil kajian sensori menunjukkan kakao mulia cenderung kuat pada atribut floral, sedangkan kakao lindak pada atribut cocoa. Kakao mulia DR2 dan DRC16 memiliki ciri khas floral dan spicy, sedangkan kakao mulia PNT16 memiliki ciri khas browned fruit (fruity). Kakao mulia PNT17 memiliki kemiripan cita rasa dengan kakao lindak namun memiliki nilai atribut floral lebih tinggi daripada seluruh kakao lindak yang diujikan. Terdapat kakao lindak dengan cita rasa khas yaitu KW617. Kajian biokimia untargeted metabolomics menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry telah mengidentifikasi 23 metabolit putatif. Principal component analysis mampu menerangkan 82.5% keragaman yang ada antara kedua tipe kakao. Kakao lindak memiliki kadar asam lemak tinggi (asam palmitat, asam stearat, asam oleat) dan kakao mulia memiliki kadar kafein tinggi. Kajian biokimia metabolit primer menunjukkan hanya peubah kadar lemak total yang mampu membedakan kedua tipe kakao tersebut. Berdasarkan kajian sensori dan biokimia dapat disimpulkan bahwa kakao mulia cenderung memiliki cita rasa khas disebabkan oleh kandungan senyawa metabolit sekunder penyusun aroma dan rasa yang lebih tinggi daripada kakao lindak. Kajian morfologi menunjukkan pemisahan pengelompokan klon kakao mulia Java fine flavor cocoa dan lindak berdasarkan deskriptor kakao Puslitkoka. Kriteria seleksi persentase biji putih/buah sebagai marka morfologi kakao mulia Java fine flavor cocoa dapat diduga melalui warna flush dan kadar antosianin flush pada fase bibit. Warna flush kakao mulia Java fine flavor cocoa cenderung pucat, berwarna kekuningan sedangkan kakao lindak cenderung cerah, berwarna kemerahan. Kadar antosianin flush kakao mulia Java fine flavor cocoa lebih rendah daripada kakao lindak dan dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau seleksi dilakukan untuk kadar antosianin flush kurang dari 155 ppm sedangkan pada musim hujan untuk kadar kurang dari 117 ppm. Pendugaan cepat (rapid detection) terhadap kadar antosianin pada musim kemarau dapat dilakukan melalui nilai b* (warna kuning) di atas 16. Marka molekuler mampu mempertajam marka morfologi dan sifatnya tidak dipengaruhi lingkungan sehingga dilakukan pengembangan marka menggunakan transcription factor TcMYB113 yang mampu membedakan kakao berdasarkan warna kulit buah. Hasil pengkajian molekuler menunjukkan kakao mulia Java fine flavor cocoa dan kakao lindak dapat dibedakan berdasarkan 21 situs insertions/deletions dan 1 situs single nucleotide polymorphism dengan marka P7MT yang didesain dari primer yang mengamplifikasi segmen pada transcription factor TcMYB113. Marka kakao mulia Java fine flavor cocoa memiliki panjang fragmen 170 bp. Berdasarkan kajian marka morfologi dan molekuler telah disusun metode seleksi kakao mulia Java fine flavor cocoa pada fase pembibitan yang meliputi seleksi terhadap karakter warna flush menggunakan color chart pada 4 Bulan Setelah Semai (BSS) dilanjutkan dengan pengukuran kadar antosianin flush pada 5 BSS dan seleksi dengan marka molekuler menggunakan primer P7MT pada 6 BSS. Seleksi yang dilakukan pada fase pembibitan ini akan mampu: (1) memperpendek periode seleksi, (2) mengurangi kebutuhan luasan area seleksi jika dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan pada saat tanaman sudah memasuki fase dewasa, (3) mengurangi dampak penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT) secara luas jika dibandingkan dengan uji ketahanan terhadap OPT di lapangan, (4) meningkatkan akurasi karena digunakannya marka molekuler berbasis DNA dan (5) mampu mengurangi biaya dalam proses pemuliaan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcBiotechnologyid
dc.subject.ddcSelection Traitsid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleStudi Karakter Seleksi Kakao Mulia (Theobroma cacao L) Penghasil Produk Java Fine Flavor Cocoa di Indonesiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordantosianinid
dc.subject.keywordflushid
dc.subject.keywordJava fine flavor cocoaid
dc.subject.keywordmarka seleksiid
dc.subject.keywordseleksi diniid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record