Show simple item record

dc.contributor.advisorArief, Harnios
dc.contributor.advisorSunarminto, Tutut
dc.contributor.authorNurkhalis
dc.date.accessioned2020-07-17T03:18:48Z
dc.date.available2020-07-17T03:18:48Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103116
dc.description.abstractHutan Adat Ammatoa Kajang merupakan hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat Ammatoa Kajang Kabupaten Bulukumba dengan fungsi pokok lindung sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor SK.6746/MENLHK-PSKL/KUM.1/12/2016. Hutan Adat Ammatoa Kajang memiliki potensi ekologi dan budaya berupa hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan, keanekaragaman flora dan fauna, kearifan lokal, dan sosial budaya yang dapat menjadi objek pengembangan ekowisata. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi daya tarik wisata di Hutan Adat Ammatoa Kajang sebagai objek dalam pengembangan wisata. Analisis persepsi, motivasi, preferensi, dan partisipasi dari stakeholder juga dilakukan untuk mengetahui ketersediaan/kondisi infrastruktur dan fasilitas yang ada, memetakan alasan masyarakat adat dan para pihak, serta mengidentifikasi prioritas pengembangan yang sesuai untuk pengembangan ekowisata di Hutan Adat Ammatoa Kajang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup dengan metode one score one indicator (skala 1-7). Teknik pengambilan sampel pada analisis stakeholder (pemerintah, pemangku adat, masyarakat lokal) yaitu purposive sampling sedangkan pengunjung/wisatawan menggunakan teknik random sampling. Disamping itu, dilakukan analisis stakeholder untuk memetakan para pihak yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan dalam pengelolaan dan rencana pengembangan ekowisata hutan adat. Penelitian ini juga menganalisis tingkat kesiapan masyarakat serta kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat adat. Hasil dari analisis potensi daya tarik wisata, analisis persepsi, motivasi, preferensi, dan partisipasi stakeholder, serta analisis kesiapan masyarakat dan kelembagaan kemudian menjadi basis dalam menyusun rancangan program pengembangan ekowisata di Ammatoa Kajang. Wilayah adat Ammatoa Kajang merupakan wilayah yang memiliki potensi daya tarik wisata cukup besar. Di wilayah adat ini ditemukan daya tarik biologi, potensi flora dan fauna yang endemis di Sulawesi Selatan, daya tarik fisik, serta daya tarik sosial budaya masyarakat adat meliputi kepercayaan patuntung, berbagai upacara adat/ritus, bahasa, pengetahuan lokal yaitu pasang, sistem kekerabatan, peralatan hidup dan teknologi, kesenian, dan sistem mata pencaharian. Berbagai potensi daya tarik ini menjadi objek dalam mengembangkan ekowisata. Identifikasi persepsi terhadap kondisi infrastruktur dan fasilitas, motivasi, preferensi, dan partisipasi dari stakeholder juga dilakukan dalam rangka pengembangan ekowisata. Hasilnya ditemukan bahwa secara umum baik pemerintah, pemangku adat, masyarakat lokal, maupun pengunjung menilai bahwa kondisi infrastruktur dalam kondisi sedang. Untuk fasilitas, pemangku adat dan pemerintah menilai dalam kondisi baik, sementara masyarakat lokal dan pengunjung menilai infrastruktur dalam kondisi sedang. Motivasi pemerintah, pemangku adat, dan masyarakat lokal berada pada kondisi yang tinggi. Preferensi dalam membangun tapak dan destinasi serta pemberdayaan masyarakat lokal juga ditemukan tinggi. Hanya partisipasi masyarakat lokal yang masih dalam kondisi sedang. Meskipun demikian, secara umum hasil ini menunjukkan bahwa terdapat motivasi yang tinggi dari para stakeholder dalam pengembangan ekowisata di wilayah adat Ammatoa Kajang. Pengembangan ekowisata hutan adat juga mengidentifikasi kesiapan masyarakat dan kelembagaan/instansi di tingkat tapak. Dalam studi ini, identifikasi kesiapan kelembagaan difokuskan pada dua kategori stakeholder yaitu pemerintah daerah meliputi Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bulukumba dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba, serta lembaga masyarakat adat meliputi Kecamatan Kajang, Desa Tana Towa, dan Ammatoa. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelembagaan masyarakat lokal secara umum memiliki tingkat kesiapan yang lebih baik dibandingkan pemerintah daerah. Dengan demikian, diperlukan upaya-upaya peningkatan kesiapan kelembagaan khususnya terhadap pemerintah daerah untuk mewujudkan pengembangan ekowisata di Hutan Adat Ammatoa Kajang. Program pengembangan ekowisata kemudian dirancang berdasarkan potensi daya tarik wisata, persepsi atas kondisi infrastruktur dan fasilitas, motivasi, preferensi, dan partisipasi dari para stakeholder, serta kesiapan masyarakat dan kelembagaan di tingkat tapak. Hasilnya berupa rancangan program dengan tiga bentuk program yaitu program wisata harian, bermalam, dan event tahunan. Program wisata harian dibuat untuk pengunjung yang memiliki waktu singkat. Paket wisata yang disediakan yaitu berkunjung ke rumah Ammatoa, tracking ke kawasan adat, menenun, dan kunjungan ke sanro kajang. Program wisata bermalam dibuat untuk pengunjung yang memiliki waktu luang lebih untuk merasakan nuansa menginap di homestay milik masyarakat adat, serta dapat memilih paket wisata seperti yang tertera pada paket wisata harian. Sementara untuk program event tahunan ditawarkan sebuah event bertajuk Festival Kajang yang meliputi upacara adat andingingi, penampilan kesenian adat Kajang, lokakarya, dan pameran.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEcotourism Managementid
dc.subject.ddcIndigenous Forestid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSulawesi Selatanid
dc.titlePengembangan Ekowisata Hutan Adat di Ammatoa Kajang Sulawesi Selatan.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAmmatoaid
dc.subject.keywordEkowisataid
dc.subject.keywordHutan Adatid
dc.subject.keywordKajangid
dc.subject.keywordStakeholderid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record