Show simple item record

dc.contributor.advisorSulistiono
dc.contributor.advisorSetyobudiandi, Isdradjad
dc.contributor.authorMunandar, Rizqan Khairan
dc.date.accessioned2020-01-06T03:51:39Z
dc.date.available2020-01-06T03:51:39Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100819
dc.description.abstractLamun (seagrass) merupakan tumbuhan berbunga yang ada di lingkungan laut. Lamun mempunyai akar yang dapat mencengkram dasar laut sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Lamun juga dapat tumbuh pada substrat yang berpasir, berlumpur atau pun yang berbatu. Tumbuhan ini memiliki peranan penting dalam suatu ekosistem antara lain sebagai tempat pemijahan, mencari makan, pembesaran serta tempat berlindung bagi berbagai biota laut seperti ikan, udang dan moluska. Pulau Bintan (Kepulauan Riau) memiliki sebaran lamun yang cukup beragam. Di wilayah tersebut ditemukan 10 jenis lamun yang hidup di perairan tersebut. Salah satu biota yang hidup di ekosistem tersebut ialah kuda laut. Biota ini menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat yang tinggal di wilayah Sebong Pereh. Masyarakat desa ini melakukan penangkapan kuda laut pada saat musim kelimpahan tinggi, sehingga diperkirakan dapat menyebabkan terganggunya ekosistem lamun. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis kondisi ekosistem lamun, (2) menganalisis hubungan antara ekosistem lamun, lingkungan, dan populasi kuda laut, (3) menganalisis strategi pengelolaan lamun untuk keberlanjutan populasi kuda laut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sebong Pereh mulai bulan Maret sampai Juni 2017 yang bertepatan dengan musim penangkapan kuda laut. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Kualitas perairan yang diamati ialah salinitas, suhu, kecepatan arus, kekeruhan, Total suspended solid (TSS), Potential hydrogen (pH), Dissolved oxygen (DO), nitrat (NO3), dan fosfat (PO4-P). Survei lamun dilakukan dengan menggunakan transek garis sepanjang 100 meter, dengan jarak antar transek plot 10 meter dan ukuran plot 50 cm2. Untuk analisis data lamun yang di amati mencakup penutupan, penutupan relatif, kerapatan jenis, kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan indeks nilai penting. Survei populasi kuda laut dilakukan dengan menggunakan visual census pada transek lamun dengan ukuran plot 100 cm2. Hubungan ekosistem lamun, kuda laut, dan parameter lingkungan dianalisis dengan menggunakan Principal component analysis (PCA). Pengumpulan data dalam rangka pengelolaan ekosistem lamun untuk pelestarian kuda laut dilakukan melalui wawancara terstruktur pada nelayan yang biasa menangkap kuda laut, dan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan analisis hubungan ekosistem lamun, kuda laut, parameter lingkungan, jenis lamun sangat erat hubungannya dengan parameter lingkungan. Begitu juga halnya hubungan antara kuda laut dengan parameter lingkungan. Parameter-parameter tersebut untuk jenis lamun (Tc, Ho, Se) dan lingkungannya (suhu, kecepatan arus, kekeruhan, TSS, pH, DO, NO3, dan Fosfat) Pengelolaan ekosistem lamun harus melibatkan masyarakat setempat agar dapat lebih maksimal dan berkelanjutan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAquatic resources managementid
dc.subject.ddcSeagrass ecosystemid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBintan-Riauid
dc.titlePengelolaan Ekosistem Lamun untuk Keberlanjutan Populasi Kuda Laut di Desa Sebong Pereh Kabupaten Bintanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordEkosistem Lamunid
dc.subject.keywordKuda Lautid
dc.subject.keywordMasyarakatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record