Show simple item record

dc.contributor.advisorHasim
dc.contributor.advisorHasbullah, Rokhani
dc.contributor.authorMawaddah, Ainul
dc.date.accessioned2019-11-20T03:06:17Z
dc.date.available2019-11-20T03:06:17Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100004
dc.description.abstractBatubara merupakan salah satu sumber energi. Saat ini batubara telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada unit boiler pada industri besar sampai dengan industri skala rumah tangga. Pembakaran batubara menghasilkan emisi udara yang mengandung bahan pencemar seperti debu dan gas (NO2, CO, CO2, dan SO2) yang dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi pencemaran. Salah satu cara adalah mengolah asap hasil pembakaran batubara menjadi asap cair. Asap cair batubara memiliki kandungan kimia yang dapat dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa dalam asap cair yang berasal dari pembakaran batubara dan mengkaji pemanfaatannya sebagai insektisida hama wereng batang coklat (WBC) pada tanaman padi. Bahan yang digunakan adalah batubara jenis sub bituminious, tanaman padi, aqudes, insektisida kimia jenis imidakloprid. Alat yang digunakan antara lain alat pembuat asap cair dari drum, alat GCMS (Gas Chromatography Mass Spektrometry), pHmeter, hand spayer, dan counter check. Pembuatan asap cair dilakukan dengan cara membakar batubara dalam drum berukuran diameter 58 cm dan tinggi 93 cm. Sebelum batubara dibakar, dilakukan pengecilan ukuran (size reduction) dengan palu hingga batubara berukuran sebesar 1-2 ruas jari. Batubara sebanyak 32 kg dimasukan ke dalam tungku pembakaran yang terbuat dari drum. Tempurung kelapa digunakan sebagai pemicu untuk mempermudah pembakaran batubara. Setelah batubara terbakar dan stabil, tungku pembakaran ditutup rapat, sehingga tidak ada udara yang keluar atau masuk. Asap yang dihasilkan akan mengalir menuju pipa kondensor yang berisi air dingin yang bersirkulasi. Asap panas yang masuk ke dalam pipa tersebut didinginkan dan berubah wujud dari asap panas menjadi cairan sebagai asap cair atau liquid smoke. Proses pembakaran dan kondensasi asap dilakukan selama 48 jam. Asap cair yang dihasilkan ditampung, diukur pH, serta diidentifikasi kandungan kimianya menggunakan analisis GCMS. Pemanfaatan asap cair batubara sebagai insektisida WBC terdiri dari uji mortalitas dan uji fitotoksisitas. Ada tiga perlakuan, yaitu asap cair batubara, insektisida kimia, dan kontrol (aquades). Pengujian dilakukan secara langsung dengan cara menyemprotkan masing-masing perlakuan tersebut pada media tanam berupa kapas dalam botol air mineral 600 mL yang pada dindingnya diberi lubang dan ditutup dengan kain kasa. Media tanam diisi dua puluh ekor WBC dan 4 buah tanaman padi berumur 10 hari. Parameter yang diamati adalah kematian WBC dan fitotoksisitas tanaman padi. Pengamatan dilakukan pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam setelah penyemprotan. Hasil penelitian pembuatan asap cair menunjukkan dari 32 kg batubara dengan kadar 20.04% yang dibakar selama 48 jam dihasilkan asap cair sebanyak 4045 mL dan rendemen 12.64%. Warna asap cair yang dihasilkan berbeda-beda yaitu warna hitam pada 12 jam pertama awal pembakaran, bening pada jam ke 12- 34 setelah pembakaran, dan hijau pada jam ke 34-48 setelah pembakaran. Hasil pengukuran pH pada asap cair warna hitam, bening, dan hijau masing-masing menunjukkan nilai pH 5.57, 4.09, dan 4.36. Hasil analisis kandungan asap cair menunjukkan asap cair berwarna hitam memiliki 7 senyawa kimia yang terdiri dari golongan asam, fenol dan amine dengan konsentrasi tertinggi asam sebesar 44.64%. Asap cair warna bening 15 senyawa yaitu golongan asam, fenol, alkena, oksida, dan alkana dengan konsentrasi tertinggi pada asam sebesar 57.41%. Asap cair warna hijau memiliki 7 senyawa terdiri dari golongan asam, fenol dan alkena dengan konsentrasi tertinggi pada golongan asam yaitu 75.83%. Apabila dilakukan pencampuran pada ketiga warna asap cair maka dihasilkan konsentrasi asam sebesar 59.26%, fenol 22.81%, dan senyawa lainnya 17.92% seperti senyawa amina, alkena, oksida, dan alkana. Terdapat senyawa yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan yaitu asam, fenol dan nitrous oksida. Selain itu terdapat senyawa yang bisa dimanfaatkan apabila dimurnikan yaitu asam asetat, fenol, asam miristat, asam palmitat, azulene, nitrous oxide, asam laurik, N2O, dan senyawa alkana. Azulene, asam laurik, asam miristik, dan asam palmitat dapat dimanfaatkan pada industri kecantikan. N2O dimanfaatkan sebagai anestesi, analgesik dan obat penenang, alkana dapat dimanfaatkan sebagai petroleum based oil, senyawa asam sebagai bahan baku emulsifier atau oiling agent pada makanan, spin finishes dan tekstil, pelumas pada plastik, cat dan ink additives. Fenol dimanfaatkan sebagai desinfektan, pestisida dan antibakteri, sehingga diujicobakan sebagai insektisida wereng batang coklat. Hasil penelitian pada pemanfaatan asap cair batubara sebagai insektisida menunjukkan bahwa dalam waktu 72 jam setelah penyemprotan asap cair batubara dapat membunuh 67.1% WBC, sedangkan insektisida kimia dapat membunuh 93.6% WBC. Berdasarkan pengamatan pada daun dan batang tanaman padi, asap cair batubara tidak mengakibatkan fitotoksisitas pada tanaman.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNatural resourcesid
dc.subject.ddcCoalid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleKandungan Kimia Asap Cair dari Asap Pembakaran Batubara dan Pemanfaatannya sebagai Insektisida Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordasap cairid
dc.subject.keywordbatubaraid
dc.subject.keywordGCMSid
dc.subject.keywordinsektisidaid
dc.subject.keywordwerengid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record